Monday, May 31, 2010

Arti "Traveling" Bagi Saya

One’s destination is never a place, but a new way of seeing things.
- Henry Miller


Hobi saya setahun belakangan ini adalah berburu tiket pesawat murah. Apalagi dipacu dengan adanya promo-promo 0 rupiah sebuah maskapai penerbangan asal Malaysia, hobi saya terasa makin dipuaskan saja.

Bagi yang memiliki hobi traveling seperti saya, booking tiket promo bagaikan bermain online game. Bikin ketagihan!

Rasanya puas sekali apabila berhasil mendapat tiket murah, apalagi setelah berhasil melewati beberapa "tantangan". Tantangan tersebut antara lain adalah website maskapai penerbangan yang seringkali down karena padatnya traffic akibat perburuan tiket, gagalnya booking karena kartu kredit yang melewati limit, dan sebagainya. Dapat dibilang kami adalah shopaholic khusus tiket, hehehe... Sederhana sebenarnya, kalau orang lain beli gadget terbaru, kami beli tiket.

Sementara ini budget saya untuk membeli tiket dibatasi hingga maksimal 2 juta rupiah untuk sekali perjalanan ke LN. Perjalanan (ke LN) saya biasanya 1-2x/tahun, tergantung sikon. Masih realistis kan? Anggap saja reward setelah capai bekerja.

Tiket termurah yang pernah saya beli dengan pengalaman terbanyak dan paling menyenangkan adalah tiket dengan rute Jakarta - Singapore - KL - Ho Chi Minh City - Bangkok - Jakarta, dengan total biaya sekitar 1,5 juta. Dan yang terakhir adalah tiket perjalanan ke Macau - Hong Kong dengan total biaya sekitar 1,6 juta. Sangat murah jika dibandingkan dengan harga tiket normal. Ngomong-ngomong, teman saya pernah mendapatkan tiket one way ke Singapore seharga Rp 30.000,-!

Benar-benar kita beruntung hidup di masa ini, di mana biaya transportasi ke LN semakin murah. Informasi tentang tujuan wisata pun melimpah di internet, sehingga aktivitas traveling terasa semakin mudah. Ha! It's rhymed! Murah, melimpah, mudah. Hehehe...

Saya ingat, dahulu waktu saya kecil, tampaknya hanya orang yang benar-benar "makmur" yang dapat berjalan-jalan ke luar negeri, namun sekarang tampaknya siapa pun mungkin. Meminjam tagline maskapai penerbangan favorit saya, "Now Everyone Can Fly!"

Arti Traveling Bagi Saya
Seiring dengan berjalannya waktu, tampaknya tipe traveling saya mulai berubah. Apabila dulu saya seperti berlomba untuk sebanyak-banyaknya mendatangi dan melihat beberapa tempat sekaligus dalam waktu singkat, kini saya lebih memilih untuk "menyelami" dan menikmati keindahan lokal dengan rentang waktu yang lebih panjang. Rupanya tipe traveling saya mulai beralih ke tipe "slow travel". Mudah-mudahan ini adalah perubahan ke arah yang lebih baik.

Traveling itu sendiri secara tidak langsung membuat saya belajar banyak dan melatih saya untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, menerima keadaan seperti apa adanya, melihat perbedaan sebagai keindahan, serta membuat saya lebih mengenali diri saya sendiri dan orang lain.

Dengan traveling saya juga dituntut untuk cepat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan baru termasuk beradaptasi dan bertoleransi dengan teman jalan saya, khususnya apabila itu kali pertama kami backpacking bareng.

Saya belajar bahwa tidak semua orang cocok dengan gaya jalan saya yang dapat dibilang ngirit abis dan whatever will be will be, jadi jangan salahkan saya apabila kini saya cukup pemilih dalam mencari teman jalan. Kan kasihan kalau teman jalan saya nanti harus "menderita" seperti saya, hehehe... (Memang ternyata teman jalan harus cocok-cocokan seperti kata Trinity.)

Lama kelamaan saya juga menyadari bahwa dalam traveling, rupanya saya lebih menyukai unsur petualangan dalam "perjalanan" menuju ke sana, bukan destinasinya. Destinasi yang indah dan menarik "hanyalah" reward dari "perjuangan" yang telah saya hadapi untuk mencapainya. Proses perjalanan yang menariklah yang membuat saya lebih menikmati dan menghargai destinasi tersebut.

Ada orang yang bilang, traveling mengajarkan kita tentang hidup jauh lebih banyak daripada bertahun-tahun belajar di bangku sekolah. Menurut saya pendapat tersebut ada benarnya juga. Walaupun saya memang masih termasuk amatir dalam urusan traveling, namun dari "petualangan-petualangan" saya yang tidak seberapa itu saya sudah mendapatkan banyak pengalaman baru (dan teman baru) yang unik-unik dan senantiasa menginspirasi saya.

Tips saya untuk para calon traveler:
Sebuah buku yang sedang saya pinjam dari sepupu saya* memberikan tips sebagai berikut, "Remember, you only need three things to have a great trip: your passport, your money, and, above all, your sense of humor." - Gutsy Women, oleh Maribeth Bond.

Bon voyage! :)

Gambar © Saniphoto | Dreamstime.com
*Thanks ya May buat pinjeman bukunya, hehehe...

Monday, May 24, 2010

Photo(s) : Malacca, Malaysia

Foto oleh : Herajeng Gustiayu
"Malacca (Malay: Melaka) is the capital of the state of Malacca, on the west coast of peninsular Malaysia. Modern-day Malacca is a vibrant old city that believes its wealth of history. Visiting Malacca is a unique experience; its rich historical background earned it a World Heritage Site designation in July 2008." - Wikitravel


Becak warna-warni di Melaka.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009



Christ Church at Stadthuys Square.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009



Ruins of Fort A Famosa.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009



Bapak penjual sketsa tangan.
Kirain dia senimannya, kirain sketsanya asli, ehh ternyata
bapak ini cuma jualan sketsa cetakan. Tapi emang keren-keren sih.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Friday, May 21, 2010

9 Barang Multifungsi untuk Backpacking



Sembilan barang di bawah ini adalah barang-barang yang wajib saya bawa saat traveling. Memang sekilas terlihat kurang berguna, namun ternyata amat multifungsi pada prakteknya:

(1) Senter kecil

Berguna saat mati lampu atau di saat tidak tersedia penerangan yang memadai di lokasi yang bersangkutan. Waktu ke Ujunggenteng, saya sempat menggunakan senter kecil ini saat mencari jalan ke tempat penangkaran penyu, karena memang lokasi penangkaran penyu tidak boleh ada alat penerangan, tujuannya agar tidak mengganggu penyu bertelur. Tapi tentu saja, setelah mencapai daerah krusial tempat penyu bertelur, saya matikan senter saya agar tidak ada polusi cahaya.

(2) Sarung Bali

Berulangkali sarung Bali milik saya berguna untuk berbagai macam keperluan saat di perjalanan. Saya bagi jadi dua sisi, sisi bersih dan sisi kotor. Lupa bawa sajadah, gunakan sarung ini untuk alas sholat. Tempat tidur hostel terlihat kurang bersih? Jadikan sarung ini sebagai seprei. Menginap di bandara? Gunakan sarung ini sebagai selimut. Hehehe... Multifungsi!

(3) Scarf
Berguna untuk bad hair day, sebagai kerudung, atau tambahan selimut di pesawat/bus/kereta. Kalau terpaksa, bisa dijadikan sebagai handuk darurat.

(4) Tissue basah & tissue kering

Sangat berguna apabila ternyata di toilet umum tidak tersedia air, untuk cuci tangan sebelum makan, dan sebagainya.

(5) Buku/notes kecil & bolpen

Selain untuk menulis dokumen imigrasi, buku saku & bolpen ini bisa digunakan untuk mencatat ide dadakan atau sekedar untuk mencatat pengeluaran traveling. Mendapat kenalan baru di perjalanan? Jangan lupa untuk menuliskan info Facebook atau email mereka di sini untuk keep in touch.

(6) Kantong plastik/
kresek
Berguna untuk packing. Baju kotor, sampah, oleh-oleh, dan sebagainya, bisa dipisah-pisahkan dengan kantong kresek. One is never enough! :)

(7) Karet gelang
Digunakan bersama kantong kresek, karet gelang ini berguna untuk packing.

(8) Balsem, permen jahe, tolak angin
Apabila badan terasa mulai tidak enak karena diforsir terus untuk berjalan-jalan & selalu pulang larut malam, gunakan piranti pembantu ini untuk menangkalnya. Hehehe, it works fine for me...

(9) Lakban a.k.a duct tape
Berguna untuk memperbaiki barang-barang rusak secara darurat. Membawa lakban untuk keperluan traveling telah disarankan oleh banyak backpacker profesional, ini list lengkapnya: 101 Uses for Duct Tape & MacGyver Traveler: 14 Ways to Use Duct Tape in Your Travels .

Ada yang mau menambahkan?


*gambar dipinjam dari dreamstime.com

Wednesday, May 19, 2010

Event Tahunan di Kota Bristol, SW England

Posting tamu oleh: Dhitta Puti Sarasvati



Sebelumnya, saya tidak tahu menahu tentang kota Bristol. Saya hanya mendaftar di universitasnya karena universitasnya memiliki reputasi yang sangat baik di bidang ilmu pendidikan. Tapi ternyata saya jatuh hati pada kotanya karena suasananya mirip Bandung, hangat, banyak kegiatan, artistik, dan juga bukan kota besar --I hate big cities I might say!-- tapi juga bukan kota yang terlalu kecil.



Kalau ke Bristol, ada beberapa event tahunan yang menyenangkan. Di antaranya:


1) Bristol Balloon Fiesta

Kegiatan ini diadakan setiap tahun di musim panas, biasanya selama tiga hari berturut-turut di daerah bernama Ashton Court. Kalau cuaca sedang baik, biasanya balon akan diterbangkan pagi-pagi sekali (saat matahari terbit) atau sore (saat matahari terbenam). Biasanya event ini sangat penuh dan sangat menyenangkan. Tahun 2009 lalu saya datang di acara pembukaannya di sore hari. Balon-balonnya berkedap-kedip lampunya. Seru sekali! Lalu suatu hari saya sedang belajar di perpustakaan di lantai dua, ternyata saya masih bisa melihat balon-balon berterbangan di udara. It is great fun!



Editor's Note: You should see the beautiful photographs of Bristol Balloon Fiesta in this link! Captured by Daugirdas Tomas Racys from Long Lens Photography. You can see more of his awesome works on his flickr account. :)



2) Bristol Art Trail
Kebetulan tahun 2009 lalu saya ikut berpartisipasi di West Bristol Art Trail dengan berjualan kalung karya sahabat saya Aini, Manikam. Jadi, di daerah tempat saya tinggal, bukan hanya seniman profesional yang bisa ikut berpartisipasi, tetapi juga orang-orang biasa. Orang-orang yang merasa memiliki karya seni dapat mengadakan open house di rumahnya (ada juga yang di sekolahnya) dan memamerkan karya-karya seni yang ada di rumah mereka. Kebetulan, pemilik rumah saya setiap tahun selalu membuat kartu natal sendiri, jadi mereka memamerkan kartu-kartu natal yang mereka buat.



Ada juga karya-karya lain seperti gambar anak-anak mereka, hasil quilting, gambar-gambar bangunan di Bristol, dan juga lukisan dan fotografi karya keluarga. Selama seminggu saya ikut rapat bersama pemilik rumah, membersihkan rumah dan mengatur tata letak ruang agar terlihat bagus. Kami juga menyediakan teh dan biskuit bagi tamu di rumah. Saya bertemu banyak orang baru, dan beberapa tamu bahkan sudah pernah ke Indonesia!



Sayangnya, saya hanya sempat mengunjungi satu rumah tetangga untuk melihat karya seni mereka, karena jumlah tamu yang datang ke tempat tinggal saya banyak sekali. Sehingga kami tak sempat berjalan-jalan ke tempat lain. Ini adalah foto beberapa karya di tempat tinggal saya.






Beberapa karya seni warga Bristol

yang dipamerkan di Bristol Art Trail.


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009




Ini juga event tahunan yang diadakan di pelabuhan Bristol. Tepatnya diadakan di Bristol Harbour, Queen Square, Millennium Square, Harbourside pada saat musim panas. Banyak kapal yang ada di pelabuhan, juga ada berbagai musik, bazaar, dan juga semacam fun fair. Saya dan teman saya naik sebuah wahana serupa di Dunia Fantasi, Ancol, Indonesia. Berhubung kami penakut --saya terutama--, saya hanya berani naik satu permainan, itu pun sudah teriak-teriak ketakutan. Haha! Tapi event ini menurut saya kalah seru dibandingkan Bristol Balloon Fiesta dan Bristol Art Trail.


Bristol Harbour Festival.

Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009




4) Redland Mayfair

Sebenarnya event ini baru beberapa minggu lalu. Event ini diadakan setiap May Day, alias tanggal 1 Mei dan selalu diadakan di daerah yang disebut Redland, yang jaraknya hanya 20 menit berjalan kaki dari tempat saya tinggal. Saya tidak datang karena sedang sedikit sakit, padahal beberapa teman-teman saya dari Amnesty International Bristol membuka stand di sana.





Redland May Fair.

Source: flickr


Satu lagi event yang tampaknya tidak akan sempat saya kunjungi (beberapa minggu mendatang) adalah Bristol Vegan Fayre, yang konon merupakan vegan fair terbesar di dunia.





Bristol Vegan Fayre.

Sumber:
geometricapartments.com








Profil Kontributor

Puti, teman saya, seorang praktisi bidang pendidikan, menyelesaikan masternya di Bristol, England. Ini adalah salah satu postingnya tentang Bristol, kota yang ia tempati selama menjalani kuliahnya di sana. Anda dapat membaca tulisan-tulisan Puti lainnya di Warna Pastel & Mahkota Lima.



Monday, May 17, 2010

Free Download: “Contoh Surat Sponsor Permohonan Paspor Indonesia”



Berhubung banyak permintaan akan contoh Surat Sponsor Permohonan Paspor dari Wenny Rosliana, sekarang TBN akan bagi-bagi contoh surat tersebut secara gratis. Selamat mengunduh! :)

File Name: "100518 Contoh Surat Permohonan Paspor Indonesia.doc”
File Size: 24.0 KB
Format: Microsoft Word 2003 (di-setting untuk dicetak di atas kertas ukuran A4)

DOWNLOAD NOW!
---

Sunday, May 16, 2010

"I'm Indonesian" Project - Announced!


Wan Chai District, Hong Kong Island.

Photo (c) Herajeng Gustiayu, 2010


Avenue of Stars, Kowloon Peninsula.
Photo (c) Herajeng Gustiayu, 2010


Avenue of Stars, Kowloon Peninsula.
Photo (c) Herajeng Gustiayu, 2010


"I'm Indonesian" Project
- started in May 2010 -


Share the joy of travel with all Indonesian travelers!

Tag your favourite destinations to show us as Indonesian were there! Any tag with "I'm Indonesian" text are welcome. You can create your own tag using cardboard, teared paper, or anything. Be creative ... and have fun!

Then you can send it to us at
backpacker.notes(at)gmail.com

Don't forget to mention the location. We will publish the chosen photos in our website with your name (and your website, if you have any) as credit! Feel free to contribute!

Happy traveling! :)

+ + + + +

"I'm Indonesian" Project (c) The Backpacker's Notes, 2010

Hong Kong edition
Idea: Herajeng Gustiayu & Hanny Musytika
Property: Ronggo Ahmad Wikanswasto
Hand model: Hanny Musytika
Photograph by Herajeng Gustiayu


Wednesday, May 12, 2010

Peak District Journey (Part-2)

Posting tamu oleh: Yuke Listi

S
ambungan dari Peak District Journey (Part-1)

Minggu, 27 September 2009: Tujuan Selanjutnya, Haddon Hall
Kami berempat baru bangun pagi jam 8. Tinggal di hostel semuanya harus dilakuin sendiri, tempat tidur dibongkar dan pasang seprai nya sendiri, dan check out harus dilakukan sebelum jam 10 pagi.

Pada hari sebelumnya si pemilik hostel sudah menanyakan apakah kami mau bayar untuk sarapan atau tidak. Kami memlilih untuk tidak mengambil sarapan, abisnya harus bayar £5.00 lagi per-orang. Sebagai orang Asia kami rasa itu kelewat mahal buat sarapan. Akhirnya kami memesan kopi dan teh sebelum pergi. Cukup dengan £1.00/orang udah dapet 4 gelas minuman hangaat. Hmmm... :) Bekal sandwich dan cake kami juga belum habis, jadi bisa untuk mengganjal sedikit.

Hari ini kami menentukan untuk melakukan perjalanan ke Haddon Hall, katanya juga dipake sebagai lokasi syuting "Pride and Prejudice" (2005). Haddon Hall letaknya dekat dengan Bakewell yang ga gitu jauh dari Youlgrave tempat kami menginap.
"Haddon Hall is an English country house on the River Wye at Bakewell, Derbyshire, one of the seats of the Duke of Rutland, occupied by Lord Edward Manners and his family. In form a medieval manor house, it has been described as the most complete and most interesting house of [its] period." - Wikipedia
Menurut informasi, jalan dari Youlgrave ke Haddon Hall ga begitu jauh, sekitar 1 jam. Hmmm... Kalau dari hostel jam 10, berarti masih bisa brunch di Haddon Hall jam 11, berangkat!!

Perjalanan Menuju Haddon Hall
Akhirnya kami jalan kaki dari Yougrave ke Haddon Hall. Tidur di hostel ternyata cukup membuat tubuh kami nyaman, buktinya kami merasa sangat segar dan penuh energi hari ini. ;)

Berpetualanglah 4 wanita pemberani. Kenapa saya bilang pemberani? Karena kami punya peta tapi ga bisa mengartikannya, kami melangkah kemana kaki kami melangkah saja tanpa tau medan. Yang kami tau tujuan kami ke Haddon Hall.


4 Wanita Pemberani siap berangkat menuju Haddon Hall.
Fot0 (c) Yuke Listi, 2009


Perjalanan dari Youlgrave ke Haddon Hall super duper menakjubkan! Lahan hijau membentang, sungai yang dialiri air yang sangat jernih, domba dan sapi berada di lahan hijau yang luas, ditambah lagi orang-orang yang ramah ketika bertemu di jalan.

Pernah kami hampir tersesat (karena kami memilih jalan menurut perasaan dan mencoba-coba aja, hehe) lalu kami bertemu dengan salah seorang kakek, beliau lah yang menunjukkan jalan ke arah yang benar. Si kakek sendiri tinggal di Youlgrave bersama anjingnya, dan sangat menikmati masa pensiunnya. Begitulah hidup disini, mereka senang tinggal jauh dari kebisingan dan polusi kota.

Lanjuut! Di perjalanan salah seorang teman kami nyeletuk, "Wah, indah banget ya... Saya udah senang seandainya pun kita ga sampai ke Haddon Hall." Dan, sampailah kami di Haddon Hall setelah 2.5 jam jalan. Yang ternyata hari ini TUTUP!

Dari kemarin Haddon Hall ini dipakai untuk pesta pernikahan. Sedikit kecewa dan takjub! Kami melihat sedikit dari luar, sepertinya tamannya sangat indah. Dan gimana ga takjub kalau ada yang bisa menggelar pesta pernikahan di sana. Jadi penasaran gimana acara pernikahannya ya? Pasti unik dan sangat Inggris banget...

Yaaah, mau ga mau kami harus melanjutkan perjalanan ke Bakewell, perjalanannya ga terlalu jauh katanya, jadi kami memutuskan untuk melanjutkan jalan kaki. Walaupun ga terlalu jauh, tapi ternyata ada medan yang harus di daki, aduuuh cape juga, tapi seneng sih. Lama-lama laper juga jadinya, tapi disini gada makanan selain rumput dan daging yang masih idup. Daging yang masih idup = Domba dan Sapi ;P

Pasar Kaget
& Cafe "Lantai Atas"
Ternyata perjalanannya memang tidak terlalu jauh, kira-kira 1.5 jam kami sudah sampai di Bakewell. Di tengah jalan kami menemukan pasar kaget, mereka jual barang-barang antik (dan second hand).


Pasar Kaget!

Fot0 (c) Yuke Listi, 2009

Banyak barang-barang yang menarik seperti buku cerita yang udah kuno, perhiasan jaman kerajaan Victoria, mainan anak-anak, sampe peralatan berkebun yang udah bekas juga ada. Saya sendiri udah sangat lapar, jadi saya tidak tertarik untuk melihat-lihat. Teman saya mendapatkan bros dan kalung vintage yang dijual cukup murah.

Dari pasar kaget kami langsung menuju ke tengah kota Bakewell dan langsung mencari tempat makan! Lapaaaar... Lalu ketemulah sebuah restoran yang bernama "Upstair Cafe". Emang letaknya di lantai atas, duuuh males mikir nama keknya yang punya, hehehe... Tadinya pengen makan fish and chips pinggir jalan aja, tapi berhubung dingin dan capek, rasanya gpp deh mengeluarkan sedikit uang untuk duduk dan menghangatkan tubuh, ;)


Makan siang kami di Upstair Cafe.
Fot0 (c) Yuke Listi, 2009

Tempat makannya sangat ramai sampe harus waiting list. Makanannya enak dan mengenyangkan, harganya juga tidak terlalu mahal, kami habis kira-kira £8.00, udah kuenyaaang banget.

Setelah makan kami melanjutkan untuk jalan-jalan di sekitar kota Bakewell, ternyata kotanya kecil, dalam setengah jam kami udah mengitari kotanya. Ada museum Old House tapi sayangnya kami tidak sempat masuk, walaupun udah sampe di depan museumnya, mengingat kami harus mengejar bus untuk ke Matlock sebelum kembali ke Loughborough.

FYI, hari Minggu gini semua public transportation tampak menurunkan jam terbangnya, jadi hati-hatilah kalau mau pake kendaraan umum, benar-benar di-cek jam keberangkatannya atau kamu harus menunggu 2 jam, paling apes kalau udah gada lagi bus yang beroperasi.

Berkeliling di Matlock

Berangkatlah kami dari Bakewell ke Matlock. BUSEEET... Mahal bener busnya! One way aja sampe £3.20. Ya emang jauh sih tempatnya, tapi tetep aja nyesek, huhuhu... Ya gpp deh, kalo disuruh jalan mungkin kami baru sampai di Matlock jam 7 malem, hehe...

Naek bus sampai di Matlock kira-kira 30 menit (tiba di sana jam 3 sore). Bingung mau ngapain lagi, akhirnya kami puter-puter Matlock. Rencana pengen ke Matlock Bath, katanya disana lebih banyak yang bisa didatengi, tapi aaah udah capek jalan.

Kami duduk-duduk di bangku taman, ada pagelaran musik klasik, lihat anak-anak bermain di playground, katanya sih taman ini ada sejak jaman Victoria (sejak Queen Victoria jadi ratu Inggris). Di dekat taman ada bukit kecil. Di atas bukitnya ada tugu perang, pas di bawah tugu ada taman makan pahlawan. Dari atas bukit sini kami bisa melihat kota Matlock.


Bersantai di taman Matlock.
Fot0 (c) Yuke Listi, 2009

Cukup perjalanan kali ini, waktunya pulang ke Loughborough. Berangkatlah kami ke Railway Station. Sampai di sana...

WHAAAT??!
Ternyata kami ketinggalan kereta 5 menit yang lalu!

Terpaksa menunggu 2 jam lagi untuk kereta selanjutnya, gini deh kalo hari Minggu. :( Akhirnya kami memutuskan untuk duduk-duduk di sebuah pub sebelum ngambil kereta yang jam 7. Sambil nunggu kami memesan teh hangat dan Nachos. Tidak terasa sampai juga waktu kami untuk pulang.

Selamat tinggal Peak District, semua pengalaman dan perjalanan bersama teman-teman disini bakal selalu membekas.

Y Cinantya
Loughborough, 6 Oktober 2009




Profil Kontributor
Yuke, lulusan salah satu universitas swasta favorit di Bandung ini kini sedang melanjutkan pendidikannya di Inggris. Tulisan Yuke lainnya dapat dibaca di blog pribadinya: Anakiyoek - yuke's Blog

Sunday, May 9, 2010

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

Seringkali para traveler yang berdomisili di sekitaran Jakarta dan Jawa Barat kebingungan untuk menentukan destinasi jalan-jalan yang relatif dekat dan tidak menghabiskan banyak waktu di perjalanan, apalagi untuk pekerja sibuk 9-5 yang hanya memiliki waktu kosong di akhir pekan saja.

Pilihan-pilihan destinasi wisata unik di artikel ini mungkin dapat membantu Anda untuk memutuskan destinasi Anda berikutnya:

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

(1) Kota Tua Jakarta
Lokasi favorit di Jakarta bagi yang suka motret-motret. Kota Tua Jakarta adalah kawasan seluas 139 hektar yang dulu dikenal sebagai Oud Batavia (Batavia Lama), yang mencakup wilayah Jakarta Kota dan sekitarnya, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa.


Jakarta Old Town.
Sumber: wikipedia


Kawasan Kota Tua Jakarta, yang dahulunya sempat tidak tidak terawat selama berpuluh-puluh tahun ini, telah direncanakan untuk dipugar dan dipercantik oleh pemerintah kota Jakarta sejak 1970-an, saat Ali Sadikin masih menjadi Gubernur Jakarta. Namun upaya revitalisasi ini baru mulai terlihat hasilnya pada kurun tahun 2000-an. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan saat itu adalah menutup beberapa jalan di sekitaran Taman Fatahillah sebagai area pedestrian, sehingga mendorong timbulnya aktivitas publik. Dari sana, muncul komunitas-komunitas peduli sejarah yang berfokus kepada Kota Tua, seperti Komunitas Jelajah Budaya yang seringkali mengadakan acara jalan-jalan sekaligus mengkaji sejarah kawasan tersebut.

Pada akhirnya proyek revitalisasi telah sukses menghidupkan kembali sang Oud Batavia, kini berbagai macam kalangan selalu membanjiri Kota Tua Jakarta pada saat akhir pekan.


(2) Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
Taman Margasatwa Ragunan ini lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Ragunan. Di sini Anda dapat menyewa sepeda (ada juga yang tandem) untuk berkeliling kebun binatang, karena --trust me-- lokasinya luas banget! Kebun Binatang Ragunan memiliki luas sekitar 140 hektar, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam untuk mengelilingi seluruh penjuru dengan berjalan kaki, itu pun mungkin masih ada tempat yang belum terjelajahi. Opsi sepeda tampaknya memang patut dipikirkan, hehehe...


Pusat Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Di sini juga terdapat Pusat Primata Schmutzer, yakni tempat pelestarian primata yang didanai dan dikelola oleh swasta. Ironisnya, terlihat sekali perbedaan kualitas antara bagian yang disponsori swasta dan bagian mana yang dikelola pemerintah, tapi setelah dipikir-pikir, tampaknya sebanding dengan harga tiket masuk yang hanya Rp 4.500,- per-orang (untuk mengelola kawasan seluas 140 hektar!)


(3) Kepulauan Seribu
Ini salah satu pusat destinasi bagi para pecinta laut. Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki tidak kurang dari 40 buah pulau, namun hanya sekitar setengahnya yang telah dikembangkan menjadi pulau resor. Pulau yang terkenal sebagai destinasi wisata antara lain adalah Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Putri.

Pulau Rambut di Kepulauan Seribu.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2009

Biasanya rombongan wisatawan berangkat menuju Pulau Pramuka (pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Seribu) dengan kapal nelayan yang berangkat 2 kali sehari, baru dari sana kita bisa "melompat" ke pulau-pulau lainnya dengan menggunakan perahu nelayan sewaan. Di sini kita bisa menikmati pemandangan pantai, snorkeling, diving, dan makan seafood sepuasnya. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(4) Kota Tua Banten Lama
Kota Tua Banten Lama ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Banten, dan berjarak sekitar 2 jam dari Jakarta. Hingga saat ini, reruntuhan situs kerajaan Banten Lama ini masih terlihat kemegahannya. Objek favorit di kawasan ini adalah situs Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, situs Istana Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, dan Benteng Spellwijk. Temukan catatan perjalanannya di sini.


Istana Kaibon, Kota Tua Banten Lama.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(5) Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Taman Nasional Ujung Kulon telah tercatat sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan di sini, dari surfing, diving, snorkeling, diving, trekking, hingga mengamati satwa dan berbagai jenis tumbuhan. Taman Nasional ini juga telah menjadi habitat yang baik untuk beberapa satwa langka seperti badak dan rusa. Izin untuk masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di Kantor Pusat Taman Nasional di Kota Labuan atau Tamanjaya. Penginapan dapat diperoleh di Pulau Handeuleum dan Peucang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(6) Desa Wisata Sawarna, Banten
Selain menawarkan pantai beserta lautnya yang indah, desa nelayan Sawarna juga menawarkan air terjun, kebun teh, dan gua peninggalan Jepang. Objek wisata yang paling sering didatangi adalah Pantai Ciantir, Gua Lalay, dan Pantai Tanjung Layar. Jalan yang telah diperbaiki terkait kampanye calon presiden setahun yang lalu membuat Sawarna semakin mudah dikunjungi pada saat ini. Berjarak sekitar 8 jam dari Jakarta, mengunjungi Sawarna terasa kurang lengkap jika tidak sekaligus mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun, yang terletak kira-kira 4 jam perjalanan darat dari Sawarna.


Pantai Sawarna.
Sumber: Klinik Fotografi Kompas



(7) Green Canyon, Pangandaran
Cukang Taneuh atau yang lebih dikenal dengan nama Green Canyon, adalah salah satu destinasi wisata favorit di sekitaran Pangandaran. Biasanya wisatawan yang mengunjungi Green Canyon akan sekaligus mengunjungi Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas. Green Canyon sendiri adalah bagian bawah jembatan tanah yang tampak seperti gua dan berada di hulu Sungai Cijulang. Pemandangan yang cantik akan membuat takjub para wisatawan yang melintasi Gua Green Canyon. Untuk melintasi gua tersebut membutuhkan sebuah perahu kecil bernama ketinting yang berkapasitas sekitar 7 orang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(8) Ujung Genteng, Sukabumi Selatan
Ujung Genteng adalah sebuah kawasan pantai di selatan Sukabumi, dengan berbagai macam spot wisata tersebar di daerah ini. Berjarak sekitar 200 kilometer dari Jakarta, maka membutuhkan sekitar 6 hingga 8 jam perjalanan untuk mencapai Ujung Genteng. Ujung Genteng menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, dari Pantai Ujung Genteng, Penangkaran Penyu Pangumbahan, hingga Curug Cikaso. Di Tempat Pelelangan Ikan, Anda dapat membeli hasil tangkapan laut yang masih segar untuk dimasak dan dinikmati di tempat. Temukan catatan perjalanannya di sini.

Curug Cikaso, the hidden paradise,
terletak 38 km dari Ujung Genteng.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(9) Curug 7 Cilember, Cisarua Bogor
Keindahan Curug Cilember memiliki keunikan sendiri karena terdiri dari tujuh buah curug sambung-menyambung yang airnya berasal dari mata air di Bukit Hambalang. Persiapkan fisik Anda jika ingin mengunjungi semua curug karena medannya yang agak berat. Di sini Anda juga dapat mengunjungi Taman Konservasi Kupu-Kupu sebagai habitat pengembangbiakan 12 spesies kupu-kupu.


(10) Garut
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Garut memiliki potensi wisata yang cukup unik selain dodol-nya. Dari candi (Candi Cangkuang), danau (Situ Bagendit), pemandian air panas (Cipanas Indah), pantai (Pantai Rancabuaya dan Pantai Santolo), curug (Curug Orok dan Curug Neglasari) serta gunung (Gunung Papandayan), semua ada di Garut. Temukan catatan perjalanannya di sini.


+ + + + +

REFERENSI
- Departemen Kehutanan: Taman Nasional Ujung Kulon
- Wikipedia: Taman Nasional Ujung Kulon

- Wikipedia: Kepulauan Seribu
- Wikipedia: Jakarta Old Town
- Pariwisata Garut Online

- Curug Cilember, Pesona 7 Air Terjun
- Wisata Edukasi di Wanawisata Curug Cilember
- Wana Wisata Curug Cilember
-
"Intip Jawa Barat bagian Selatan". Majalah Tamasya, edisi Februari 2009.
- "Kisah Segitiga Emas Swiss van Java" oleh Asep Siafullah & Edy Purnomo. Majalah National Geographic Traveler, edisi November 2009.
- "Sawarna, Surga Kecil di Balik Bukit" oleh Mame Slamet.
Majalah National Geographic Traveler, edisi Mei 2010.

Friday, May 7, 2010

Peak District Journey (Part-1)

Posting tamu oleh: Yuke Listi
"The Peak District is an upland area in central and northern England, lying mainly in northern Derbyshire, but also covering parts of Cheshire, Greater Manchester, Staffordshire, and South and West Yorkshire. Most of the area falls within the Peak District National Park, whose designation in 1951 made it the first national park in the British Isles. [...] With an estimated 22 million visitors per year, the Peak District is thought to be the second most-visited national park in the world (after the Mount Fuji National Park in Japan)."
- Wikipedia, 2010
Buat yang suka hiking dan jalan-jalan, mungkin catatan ini bisa sedikit memberikan informasi.

Awalnya...

Tujuan utama kami ke Peak District adalah ingin mengunjungi Chatsworth House. Saya ke sana bareng dengan 3 orang teman saya. Puti, Asta, dan Maggie. Maggie adalah teman kuliah saya yang berwarganegara Cina. Seminggu sebelumnya, Maggie lah yang punya usul buat ke Peak District. Lalu saya ajak Asta, dan Asta mengajak Puti. Semua urusan baru deal 2 hari sebelum berangkat, bahkan rencana perjalanan kami atur dadakan. Kadang-kadang emang lebih seru gitu... :)

Sabtu, 26 September 2009: Menuju
Chatsworth House
Kami berangkat dari Loughborough sekitar pukul 8 AM, langsung ke railway station beli tiket return ke Matlock. Lumayan murah waktu itu, sekitar £9.00. Membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai di Matlock dari Loughborough. Dari Matlock kami langsung ke Chatsworth House dengan bus.

Sebenernya bisa beli bus yang return (Matlock-Chatsworth-Matlock) dengan harga £3.00. Berhubung kami menginap di
Youlgrave, maka kami membeli yang one way seharga £1.85.

Chatsworth House, lokasi syuting film "Pride and Prejudice"
15 menit kemudian, kami tiba di Chatsworth House. Fee masuknya £10.00 dengan menunjukkan ID Student. Lumayan... ;) Di sini kalo student bisa dapet diskon macem-macem, hehehe...


Chatsworth House, tempat syuting film
"Pride and Prejudice" dan "The Dutchess".


Dengan £10.00 ini, kita sudah bisa masuk ke rumahnya dan jalan-jalan di tamannya. Worthed banget deh! Tamannya gueedeeee, dan rumahnya juga ga kalah gedenya. Keasrian Inggris jaman dulu masih kerasa banget. Kabarnya sih rumah beserta tamannya di pake syuting film "Pride and Prejudice" (2005) dan "The Dutchess" (2008).

Orang Indonesia pada umumnya lebih mengenali Edensor (baca: Enzer), karena sempat diangkat melalui novel Andrea Hirata. Edensor sendiri tuh desa keciiiil banget, dan menurut saya gada yang begitu menarik di dalamnya. Tapi kalo mau ke sana, tempatnya bersebelahan banget dengan Chatsworth House.

Gak kerasa, di dalam Chatsworth House kami menghabiskan waktu sekitar 5 jam!

Jam 4 sore kami keluar dari sana menuju Youlgrave, desa tempat penginapan kami. Bus yang menuju ke Youlgrave ga bisa didapet dari Chatworth, harus jalan kaki ke Baslow. Chatworth House - Baslow sekitar 30 menit by foot. Sampe di bus stop-nya harus nunggu lagi, memang bus antar desa gini suka jarang.

Dari Baslow kami harus ke Bakewell dulu untuk ngambil bus yang ke Youlgrave. Mahal juga sih jadinya, kira-kira abis lebih dari £3.00 (Baslow-Bakewell £1.70 + Bakewell-Youlgrave £1.90). Cuma kalo harus jalan kaki rasanya udah ga sanggup... :(

Youlgrave, Menikmati Suasana Pedesaan Inggris

Youlgrave adalah nama sebuah desa kecil di Peak District. Mungkin karena kami telat mencari penginapan, akhirnya ga dapet tempat yang dekat dengan kota, menginaplah kami di Youlgrave. Ga kebayang sebelumnya bakal nginep di desa kecil di Inggris, tapi disinilah kami :) dengan modal £10.00 udah bisa nginep di YHA (hostel).

Kamarnya lumayan, satu kamar menampung 8 orang, kami sendiri ber-4, ditambah 2 orang lagi yang udah ada disana. Kamarnya khusus wanita, buat saya sih jadi jauh lebih nyaman.

Oh iya, hari ini kami sarapan dan makan siang dengan bekal sandwich yang udah disiapin dari rumah, maksudnya biar ngirit. :) Tapi, di Youlgrave ternyata susah cari tempat makan malam. Apalagi karena Youlgrave merupakan desa kecil, mereka kasih harga seenaknya. Muahaal!! :(

Per-orang kami habis sekitar hampir £10.00 buat makan malam. Tapi udah kenyang banget sih, plus nyobain suasana Restoran di desa Inggris. Sebenarnya gak tepat kalo dibilang Restoran, lebih tepatnya Pub, tapi Pub disini bisa berubah-ubah fungsinya, kebetulan pas kami dateng masih jam buat makan malam keluarga, jadi masih banyak anak kecil dan ga banyak orang yang minum-minum.

Suasana di Youlgrave seperti umumnya pedesaan, orangnya ramah-ramah, selalu nyapa kalo ketemu di jalan, pokoknya asik deh! Ngobrol-ngobrol dengan penduduk setempat, mereka bilang Youlgrave ini terkenal dengan mining-nya, dan dulu hostel tempat kami menginap adalah toko sepatu sekaligus penginapan. Berasa di film-film Inggris gitu deh.

Setelah dinner, kita langsung pulang ke hostel dan tidur.
Cukup melelahkan hari ini...

Bersambung ke Peak District Journey (Part-2) - coming soon


All photos (c) Yuke Listi, 2009.




Profil Kontributor
Yuke, lulusan salah satu universitas swasta favorit di Bandung ini kini sedang melanjutkan pendidikannya di Inggris. Tulisan Yuke lainnya dapat dibaca di blog pribadinya: Anakiyoek - yuke's Blog

Tuesday, May 4, 2010

Menyeberangi Canopy Bridge di Bukit Bangkirai, Kaltim


Manusia boleh berencana, dan manusia juga yang mewujudkannya… ^^

Rencana beberapa bulan yang lalu akhirnya dapat terkabulkan tepat pada weekend kemarin (11/04/2010). Bersama 5 orang teman, dimulailah perjalanan kami menuju ke suatu lokasi yang tak jauh dari kota Balikpapan.

Bukit Bangkirai
, namanya.

Lokasi ini tergolong cukup dekat dengan kota Balikpapan. Kami berangkat dengan menyewa mobil menuju ke arah Samarinda. Pada KM 38, terlihat ada plang gede bertuliskan “Taman Hutan Raya Bukit Soeharto”, nah itu artinya sudah harus belok ke kiri.



Dari persimpangan jalan raya, masih diperlukan jarak tempuh sekitar 20 km untuk mencapai lokasi tujuan. Sebagian besar dari sisa perjalanan ini adalah jalanan yang hanya terbuat dari semen dan tanah. Diperlukan mobil berukuran tinggi (bukan sedan) yang bisa menaklukkan jalanan ini. Lama perjalanan dari pusat kota Balikpapan menuju lokasi ini adalah sekitar 2 jam.

Sebagai informasi, Bukit Bangkirai ini kawasan wisata alam yang dikelola PT. Inhutani I Unit I Balikpapan. Kawasan wisata ini terletak di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Wisata ini menawarkan pesona hutan hujan tropis yang masih alami.

Di kawasan ini terdapat Canopy Bridge (Jembatan Tajuk) sepanjang 64 meter yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai di ketinggian 30 meter, dan telah menjadi salah satu pilihan pengunjung wisata Bangkirai, Kutai Kartanegara. Jembatan tajuk ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bukit_Bangkirai)



Lokasi yang merupakan hutan lindung ini masih bisa dinikmati, terutama oleh orang yang telah penat dengan polusi di kota-kota besar. Salah satu andalan dari lokasi ini adalah pemandangan pepohonan di sekeliling, kedamaian suasana, dan --tentunya-- Jembatan Tajuk.

Untuk mencapai jembatan ini, kami harus berjalan sekitar 300 meter dari pintu masuk utama. Tapi jangan khawatir, sepanjang perjalanan ini sudah dilengkapi anak tangga yang dikelilingi oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Perjalanan 300 meter ini tidak akan terasa, sebab sepanjang perjalanan banyak sekali objek-objek yang bisa diambil fotonya. Untuk menaiki Jembatan Tajuk, turis lokal diharuskan membayar Rp 15.000/pax atau Rp 30.000/pax untuk turis asing.

Jembatan tajuk ini terletak +/- 30 meter di atas permukaan tanah. Butuh perhatian khusus bagi yang phobia ketinggian, namun sangat disayangkan jika sudah berada disini dan tidak menikmati indahnya hutan Kalimantan dari ketinggian. Di mana lagi bisa menikmati pemandangan seperti ini kalau bukan di Bukit Bangkirai, Kaltim? “he..he.. iklan DinBudPar”

Jembatan ini menghubungkan pohon-pohon Bangkirai dengan tali baja. Sepertinya cukup kuat untuk menahan berat badan orang dewasa normal. Di atas jembatan ini, kita bisa melihat pemandangan hutan lindung yang sangat asri, suara serangga yang saling bersahutan, desiran dedaunan yang tertiup angin, wangi khas hutan yang menunjukkan betapa hijaunya hutan ini.

Sungguh pemandangan yang mengasyikkan.

Persiapan yang Diperlukan:
Jas hujan (seandainya hujan), sepatu atau sandal gunung, air minum 600-1500ml, sun block, topi, snack.

Rincian Biaya:
- Sewa mobil Rp350.000 (tanpa BBM).
- Tiket masuk untuk orang dewasa Rp 2.000, anak-anak Rp 1.000.
- Tiket masuk sepeda motor tarifnya Rp 2.000, mobil sedan atau sejenis Rp 5.000, bus atau minibus Rp 10.000.
- Tiket Jembatan Tajuk harganya Rp 15.000 untuk turis domestik dan Rp 30.000 untuk turis mancanegara.
- Fasilitas penginapan (jika ada yang tertarik untuk menginap) berupa cottage dua kamar berkapasitas delapan orang harga Rp 450.000/malam dan satu kamar berkapasitas enam orang seharga Rp 350.000/ malam.
"Jangan ambil sesuatu kecuali gambar,
Jangan bunuh sesuatu kecuali waktu,

Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak…
"
- Quote : Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur
All photos (c) Effendy Siawira, 2010.


Profil Kontributor
Effendy Siawira, geoscientist di sebuah perusahaan. Memiliki hobby travelling, petualang mengunjungi tempat baru, dan mencoba hal-hal yang baru. Tipe manusia yang tidak suka terikat dan melakukan sesuatu semaunya (dengan catatan tidak merugikan org lain, syukur-syukur kalau orang itu bisa ikut senang ^^). Paling senang berburu tiket promo dan merencanakan perjalanan jauh-jauh hari, walaupun pada akhirnya belum tentu tiketnya dipakai. Motto hidup: "tidak ada yang lebih penting selain membangun networking". Tulisan Effendy lainnya dapat dikunjungi di blog pribadinya: UNEQ – ONUQ by effendy siawira.

Sunday, May 2, 2010

8 Area Backpacker Terpopuler di Indonesia

Bangkok punya Khaosan Road, Ho Chi Minh City punya Pham Ngu Lao, Hong Kong punya Kowloon, nah... kalau kota-kota di Indonesia punya apa ya?

Kota-kota di seluruh dunia biasanya memiliki satu area backpacker yang cukup terkenal dan menjadi pusat berkumpulnya para backpacker yang berasal dari berbagai negara. Dari sana saya jadi kepikiran, kira-kira area backpacker di Indonesia ada di mana saja ya? Kan Indonesia juga termasuk destinasi wisata yang termasuk favorit bagi backpacker asing karena "eksotis" dan berlimpah matahari.

Kebetulan waktu saya browsing, saya menemukan liputan MetroTV, Virgie's Travel Story di internet (sayang videonya terputus & tidak lengkap) dan lalu menemukan artikel yang membahas mengenai liputan tersebut yang berjudul Lima Kampung Backpacker Terbaik di Indonesia. PS. Artikelnya menarik!

Lima kampung backpacker yang dibahas di liputan tersebut mencakup Jalan Sosrowijayan & Prawirotaman di Yogyakarta, Jalan Jaksa di Jakarta Pusat, Poppies Lane di Kuta Bali, dan Monkey Forest di Ubud Bali.


Sosrowijayan, Kampung Turis di Pusat Kota Yogyakarta.
Sumber: yogyes.com


Selain lima tempat tersebut, setelah saya googling lebih lanjut, ternyata ada banyak juga area backpacker yang tersebar di Indonesia, dan biasanya malah turis asing yang lebih tahu. Simak beberapa area backpacker di bawah ini yang mungkin patut Anda coba datangi:

(1) Yogyakarta - Jalan Sosrowijayan,
(2)
Yogyakarta - Jalan Prawirotaman,
(3)
Jakarta Pusat - Jalan Jaksa,
(4)
Kuta (Bali) - Poppies Lane,
(5)
Ubud (Bali) - Monkey Forest (Jalan Wanara Wara),
(6)
Semarang - Jalan Kauman,
(7)
Bromo - Cemoro Lawang, Sukapura/Tosari,
(8)
Danau Toba (Sumatera) - Tuk-Tuk.

Ada yang mau menambahkan?

Catatan Penulis:

Ngomong-ngomong, saya juga baru tahu tentang keberadaan sebagian tempat-tempat tersebut setelah melihat liputan MetroTV dan ber-googling ria tentang area backpacker mana saja di Indonesia yang paling sering muncul di mesin pencari. Nahhh... karena saya belum pernah menjelajah ke dalam semua beberapa lokasi di atas, jadi untuk informasi rincinya Anda bisa coba lihat bagian REFERENSI di bagian paling bawah artikel ini ya... Hehehe maap maap, lain kali kalau saya ke sana akan saya coba buat tulisannya deh. Oia, kalo mau bagi-bagi info tentang tempat-tempat di artikel ini, boleh lho...

+ + + + +

REFERENSI
- 5 Kampung Backpacker Terbaik di Indonesia
- Sosrowijayan, Kampung Turis di Pusat Kota Yogyakarta
- Prawirotaman, Kampung Batik dan Penginapan Yang Mendunia
- The history of world-famous Central Jakarta's Jl. Jaksa
- Accommodation on Poppies Lane I Kuta Bali
- Turis Asing Kembali ke Danau Toba
- The Rough Guide to Indonesia: Cemoro Lawang
- Wikitravel : Semarang Accomodation
- Bali, The Online Travel Guide: Ubud

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting