Showing posts with label Bogor. Show all posts
Showing posts with label Bogor. Show all posts

Sunday, May 9, 2010

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

Seringkali para traveler yang berdomisili di sekitaran Jakarta dan Jawa Barat kebingungan untuk menentukan destinasi jalan-jalan yang relatif dekat dan tidak menghabiskan banyak waktu di perjalanan, apalagi untuk pekerja sibuk 9-5 yang hanya memiliki waktu kosong di akhir pekan saja.

Pilihan-pilihan destinasi wisata unik di artikel ini mungkin dapat membantu Anda untuk memutuskan destinasi Anda berikutnya:

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

(1) Kota Tua Jakarta
Lokasi favorit di Jakarta bagi yang suka motret-motret. Kota Tua Jakarta adalah kawasan seluas 139 hektar yang dulu dikenal sebagai Oud Batavia (Batavia Lama), yang mencakup wilayah Jakarta Kota dan sekitarnya, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa.


Jakarta Old Town.
Sumber: wikipedia


Kawasan Kota Tua Jakarta, yang dahulunya sempat tidak tidak terawat selama berpuluh-puluh tahun ini, telah direncanakan untuk dipugar dan dipercantik oleh pemerintah kota Jakarta sejak 1970-an, saat Ali Sadikin masih menjadi Gubernur Jakarta. Namun upaya revitalisasi ini baru mulai terlihat hasilnya pada kurun tahun 2000-an. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan saat itu adalah menutup beberapa jalan di sekitaran Taman Fatahillah sebagai area pedestrian, sehingga mendorong timbulnya aktivitas publik. Dari sana, muncul komunitas-komunitas peduli sejarah yang berfokus kepada Kota Tua, seperti Komunitas Jelajah Budaya yang seringkali mengadakan acara jalan-jalan sekaligus mengkaji sejarah kawasan tersebut.

Pada akhirnya proyek revitalisasi telah sukses menghidupkan kembali sang Oud Batavia, kini berbagai macam kalangan selalu membanjiri Kota Tua Jakarta pada saat akhir pekan.


(2) Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
Taman Margasatwa Ragunan ini lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Ragunan. Di sini Anda dapat menyewa sepeda (ada juga yang tandem) untuk berkeliling kebun binatang, karena --trust me-- lokasinya luas banget! Kebun Binatang Ragunan memiliki luas sekitar 140 hektar, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam untuk mengelilingi seluruh penjuru dengan berjalan kaki, itu pun mungkin masih ada tempat yang belum terjelajahi. Opsi sepeda tampaknya memang patut dipikirkan, hehehe...


Pusat Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Di sini juga terdapat Pusat Primata Schmutzer, yakni tempat pelestarian primata yang didanai dan dikelola oleh swasta. Ironisnya, terlihat sekali perbedaan kualitas antara bagian yang disponsori swasta dan bagian mana yang dikelola pemerintah, tapi setelah dipikir-pikir, tampaknya sebanding dengan harga tiket masuk yang hanya Rp 4.500,- per-orang (untuk mengelola kawasan seluas 140 hektar!)


(3) Kepulauan Seribu
Ini salah satu pusat destinasi bagi para pecinta laut. Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki tidak kurang dari 40 buah pulau, namun hanya sekitar setengahnya yang telah dikembangkan menjadi pulau resor. Pulau yang terkenal sebagai destinasi wisata antara lain adalah Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Putri.

Pulau Rambut di Kepulauan Seribu.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2009

Biasanya rombongan wisatawan berangkat menuju Pulau Pramuka (pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Seribu) dengan kapal nelayan yang berangkat 2 kali sehari, baru dari sana kita bisa "melompat" ke pulau-pulau lainnya dengan menggunakan perahu nelayan sewaan. Di sini kita bisa menikmati pemandangan pantai, snorkeling, diving, dan makan seafood sepuasnya. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(4) Kota Tua Banten Lama
Kota Tua Banten Lama ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Banten, dan berjarak sekitar 2 jam dari Jakarta. Hingga saat ini, reruntuhan situs kerajaan Banten Lama ini masih terlihat kemegahannya. Objek favorit di kawasan ini adalah situs Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, situs Istana Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, dan Benteng Spellwijk. Temukan catatan perjalanannya di sini.


Istana Kaibon, Kota Tua Banten Lama.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(5) Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Taman Nasional Ujung Kulon telah tercatat sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan di sini, dari surfing, diving, snorkeling, diving, trekking, hingga mengamati satwa dan berbagai jenis tumbuhan. Taman Nasional ini juga telah menjadi habitat yang baik untuk beberapa satwa langka seperti badak dan rusa. Izin untuk masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di Kantor Pusat Taman Nasional di Kota Labuan atau Tamanjaya. Penginapan dapat diperoleh di Pulau Handeuleum dan Peucang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(6) Desa Wisata Sawarna, Banten
Selain menawarkan pantai beserta lautnya yang indah, desa nelayan Sawarna juga menawarkan air terjun, kebun teh, dan gua peninggalan Jepang. Objek wisata yang paling sering didatangi adalah Pantai Ciantir, Gua Lalay, dan Pantai Tanjung Layar. Jalan yang telah diperbaiki terkait kampanye calon presiden setahun yang lalu membuat Sawarna semakin mudah dikunjungi pada saat ini. Berjarak sekitar 8 jam dari Jakarta, mengunjungi Sawarna terasa kurang lengkap jika tidak sekaligus mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun, yang terletak kira-kira 4 jam perjalanan darat dari Sawarna.


Pantai Sawarna.
Sumber: Klinik Fotografi Kompas



(7) Green Canyon, Pangandaran
Cukang Taneuh atau yang lebih dikenal dengan nama Green Canyon, adalah salah satu destinasi wisata favorit di sekitaran Pangandaran. Biasanya wisatawan yang mengunjungi Green Canyon akan sekaligus mengunjungi Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas. Green Canyon sendiri adalah bagian bawah jembatan tanah yang tampak seperti gua dan berada di hulu Sungai Cijulang. Pemandangan yang cantik akan membuat takjub para wisatawan yang melintasi Gua Green Canyon. Untuk melintasi gua tersebut membutuhkan sebuah perahu kecil bernama ketinting yang berkapasitas sekitar 7 orang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(8) Ujung Genteng, Sukabumi Selatan
Ujung Genteng adalah sebuah kawasan pantai di selatan Sukabumi, dengan berbagai macam spot wisata tersebar di daerah ini. Berjarak sekitar 200 kilometer dari Jakarta, maka membutuhkan sekitar 6 hingga 8 jam perjalanan untuk mencapai Ujung Genteng. Ujung Genteng menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, dari Pantai Ujung Genteng, Penangkaran Penyu Pangumbahan, hingga Curug Cikaso. Di Tempat Pelelangan Ikan, Anda dapat membeli hasil tangkapan laut yang masih segar untuk dimasak dan dinikmati di tempat. Temukan catatan perjalanannya di sini.

Curug Cikaso, the hidden paradise,
terletak 38 km dari Ujung Genteng.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(9) Curug 7 Cilember, Cisarua Bogor
Keindahan Curug Cilember memiliki keunikan sendiri karena terdiri dari tujuh buah curug sambung-menyambung yang airnya berasal dari mata air di Bukit Hambalang. Persiapkan fisik Anda jika ingin mengunjungi semua curug karena medannya yang agak berat. Di sini Anda juga dapat mengunjungi Taman Konservasi Kupu-Kupu sebagai habitat pengembangbiakan 12 spesies kupu-kupu.


(10) Garut
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Garut memiliki potensi wisata yang cukup unik selain dodol-nya. Dari candi (Candi Cangkuang), danau (Situ Bagendit), pemandian air panas (Cipanas Indah), pantai (Pantai Rancabuaya dan Pantai Santolo), curug (Curug Orok dan Curug Neglasari) serta gunung (Gunung Papandayan), semua ada di Garut. Temukan catatan perjalanannya di sini.


+ + + + +

REFERENSI
- Departemen Kehutanan: Taman Nasional Ujung Kulon
- Wikipedia: Taman Nasional Ujung Kulon

- Wikipedia: Kepulauan Seribu
- Wikipedia: Jakarta Old Town
- Pariwisata Garut Online

- Curug Cilember, Pesona 7 Air Terjun
- Wisata Edukasi di Wanawisata Curug Cilember
- Wana Wisata Curug Cilember
-
"Intip Jawa Barat bagian Selatan". Majalah Tamasya, edisi Februari 2009.
- "Kisah Segitiga Emas Swiss van Java" oleh Asep Siafullah & Edy Purnomo. Majalah National Geographic Traveler, edisi November 2009.
- "Sawarna, Surga Kecil di Balik Bukit" oleh Mame Slamet.
Majalah National Geographic Traveler, edisi Mei 2010.

Saturday, March 27, 2010

Melayang di Bukit Paralayang, Kawasan Puncak

Akhir pekan kemarin, saya beserta teman-teman mencoba wisata paralayang di Kawasan Puncak, Bogor. Tak disangka-sangka, ternyata ada spot tersembunyi untuk ber-paralayang dan ber-gantole di Kawasan Puncak, dekat Masjid At-Ta'awun! Padahal selama saya kuliah di Bandung awal tahun 2000-an, saya sering melewati spot ini, namun tidak pernah menyadari kalau terdapat Bukit Paralayang di daerah sana.

Bukit Paralayang di Kawasan Puncak, Bogor.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010

Tentang Paralayang
Kami amat beruntung karena tandem master kami hari itu adalah Opa David --yang terkenal sebagai Opa Paralayang Indonesia-- yaitu salah seorang pelopor olahraga paralayang atau paragliding di Indonesia. Dari Opa David, kami diceritakan sekilas mengenai sejarah paralayang Indonesia.

Dulu olahraga ini disebut olahraga terjun gunung, karena tujuannya mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk turun gunung. "Tiga hari naik gunung, turunnya cuma perlu setengah jam dengan paralayang," jelas Opa David sambil tertawa. Pertama kali diresmikan sekitar awal tahun 1990-an oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), olahraga ini akhirnya berhasil menjadi cabang olahraga resmi kedirgantaraan, dengan mengganti nama olahraga Terjun Gunung menjadi Paralayang.

Saya sempat salah mengira bahwa paralayang itu adalah olahraga gantole --yang menggunakan perangkat terbang berbentuk segitiga--, ternyata berbeda. Paralayang adalah olahraga yang menggunakan parasut dan biasanya dilakukan di bukit gunung sebagai landasan pacu. Agak serupa dengan parasailing yang menggunakan boat, bedanya paralayang ini hanya menggunakan kaki.


Olahraga Gantole juga dapat dilakukan di Bukit Paralayang ini.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010

Opa David, "Opa Paralayang Indonesia"
Kami janjian bertemu dengan Opa David pada pukul 9 pagi di Bukit Paralayang, Kawasan Puncak, Bogor. Patokannya kalau dari Jakarta, setelah Masjid At-Ta'awun, melewati sebuah tikungan, ada jalan masuk di sebelah kiri, maka di situlah letak area masuk ke Bukit Paralayang. Beberapa kali kami melihat penanda di jalan menuju Bukit Paralayang, bertuliskan "Paralayang/Gantole, ... km."

Opa David, "Opa Paralayang Indonesia"
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010

Akhirnya kami tiba di Bukit Paralayang sekitar jam setengah 9, Opa David menyambut kami dengan sumringah. Ia menjelaskan bahwa kita harus menunggu angin dulu sebelum melayang, apalagi saat itu masih berkabut. Olahraga paralayang memang olahraga yang sangat tergantung cuaca, kecepatan angin, dan sebagainya, oleh karena itu olahraga ini hanya bisa dilakukan pada musim kemarau (Maret-Oktober). Sambil menunggu waktu yang tepat, kami menghabiskan waktu dengan sarapan dahulu di warung-warung kecil yang terdapat di sana.

Saat itu, Opa David seringkali disapa oleh para atlet paralayang yang mampir, salah satunya wanita, ia berceletuk, "Wah, kalian mau nyoba paralayang? Ngga usah. Bahaya!" Namun kemudian ia tertawa sambil melanjutkan kalimatnya, "Bahaya, nanti ketagihan!" Yang langsung disambut dengan tawa oleh kami semua yang berada di sana.

Melayang di Bukit Paralayang
Untungnya tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan waktu yang bagus untuk melayang. Di Bukit Paralayang telah disediakan perangkat paralayang untuk para peserta tandem, berupa parasut, helm, dan flight suit. Flight suit ini juga berfungsi sebagai tempat duduk saat melayang di udara. Praktis dan aman, hingga kami bisa memotret pemandangan dari atas.

Sebelum terbang, kami dipersilahkan untuk mengisi semacam formulir yang menyatakan bahwa kami siap menerima segala konsekuensi dengan ikutnya kami sebagai penumpang tandem. Maklum, olahraga ini termasuk olahraga yang cukup berbahaya apabila tidak didampingi oleh orang yang telah berpengalaman.

Saya mengamati bahwa diperlukan sekitar 3-8 orang untuk membantu mempersiapkan parasut dan menuntun paraglider untuk take off. Parasut selebar sekitar 10 meter itu dibentangkan di landasan pacu, dan dipegangi oleh beberapa kru. Kemudian setelah ada aba-aba siap, saya dan Opa David berjalan sedikit berlari menuju langit luas di depan saya. Dan whoosh... Parasut terbentang dan kami berdua telah melayang di udara! Melayang di udara dengan hembusan udara dingin benar-benar menyegarkan!


Bersiap-siap untuk terbang...
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010


...dan terbaaanng!!
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010

Saat di udara, Opa David yang sekaligus berperan sebagai pemandu, menjelaskan lokasi-lokasi di bawah kami, ada hulu Sungai Ciliwung, rumah mantan presiden Soekarno, dan sebagainya. Jujur saya tidak terlalu memperhatikan, karena saat itu saya sendiri sedang takjub melihat pemandangan dari atas, hehehe...

Saya pun bertanya kepada Opa David mengenai sejarah bagaimana beliau bisa mulai tertarik paralayang. Beliau menjelaskan, bahwa ia takjub saat pertamakali mencoba paralayang di Inggris bersama teman-teman mendakinya. Waktu mendaki gunung yang menghabiskan waktu tiga hari, dengan enteng mereka turun gunung dengan paralayang yang hanya menghabiskan waktu setengah jam saja!

Dari sana, akhirnya beliau ketagihan untuk menekuni olahraga paralayang, namun sayangnya saat itu olahraga paralayang belum ada organisasi resminya di Indonesia. Tak ketinggalan akal, maka Opa David dan teman-temannya pun membuat olahraga "terjun gunung" sebagaimana yang sudah diceritakan sebelumnya, sampai akhirnya FASI tertarik untuk "melegalkan" olahraga tersebut.

Tak terasa sekitar 10-15 menit telah berlalu, akhirnya landing spot kami di lereng Gunung Mas --yang berupa landasan berwarna merah-- sudah terlihat dari kejauhan. Terlihat pula beberapa warga lokal yang sudah bersiap-siap menyambut kami. "Angkat kaki tinggi dan lurus ya," instruksi Opa David. Dan kami pun mendarat dengan sempurna di landasan.


Landing Spot di lereng Gunung Mas.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010

Dengan cekatan warga lokal langsung membantu kami berdiri dan membereskan perlengkapan kami. Dari sini, kami kembali ke Bukit Paralayang dengan menggunakan angkot yang sudah di-charter oleh asosiasi. Sampai di Bukit Paralayang, tanpa istirahat Opa David pun segera bersiap-siap kembali terbang tandem dengan teman-teman saya yang lain. Setelah saya dan teman-teman mencoba terbang tandem bersama Opa David, semuanya pun berkomentar bahwa mencoba paralayang adalah benar-benar pengalaman yang menakjubkan.

Yap, apabila Anda menyukai olahraga semacam extreme sport, maka Anda harus mencoba Paralayang! :D

Biaya Terbang Tandem
Olahraga ini memang relatif mahal, tapi sesuai apabila dibandingkan dengan faktor safety dan ongkos sewa peralatan serta pengalaman yang diperlukan oleh seorang tandem master. Sesuai prinsip permintaan, semakin banyak peserta, maka semakin murah:

Maret 2010
Biaya untuk 1 orang peserta = Rp 300.000,-
Biaya untuk grup 5 orang = Rp 275.000,- / orang
Biaya untuk grup > 5 orang = Rp 250.000,- / orang

Tertarik? Coba kunjungi website Fly Indonesia Paragliding untuk lebih jelasnya. :)

+ + + + +

Referensi

- Fly Indonesia Paragliding
- Kontan : David Agustinus Peak, si Opa Paralayang Indonesia (1)
- Kontan : David Agustinus Peak, si Opa Paralayang Indonesia (2)
- Kontan : David Agustinus Peak, si Opa Paralayang Indonesia (3)
- Kompas : Melayang Mengikuti Liuk Ciliwung
- Sinar Harapan : Sejarah Paralayang Indonesia, Bermula dari Kaum Pendaki

Sunday, January 31, 2010

Bersantai Sejenak di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor


Suasana di Kebun Wisata Pasirmukti. Menghijau & sejuuukk!
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010.


Okay, mungkin ini bukan untuk para backpacker, karena tempat ini lebih cocok untuk wisata keluarga dan acara kumpul-kumpul (gathering). Namun tempat ini dapat menjadi alternatif jalan-jalan hemat : sediakan budget sekitar Rp 50.000 hingga 300.000,- anda dapat menikmati berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh
Kebun Wisata Pasirmukti, yang berlokasi di Citeureup (Bogor), hanya sekitar 1 jam dari Jakarta. Jadi Anda bisa "pagi berangkat, siang main, sore pulang".

Akhir pekan kemarin, saya sekeluarga menyempatkan untuk bersantai sejenak di Kebun Wisata Pasirmukti, setelah menghadiri acara wisuda kakak-kakak saya. Ceritanya sih pengen ngumpul-ngumpul sekaligus refreshing setelah berbulan-bulan mengerjakan tesis, hehehe...


Suasana di Kebun Wisata Pasirmukti.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010.


Kebun Wisata Pasirmukti ini dapat dicapai sekitar sejam dari Jakarta. Memiliki luas sekitar 80 hektar dengan fungsi utama sebagai lokasi agrowisata, Pasirmukti juga memfasilitasi berbagai acara outbound, ada fasilitas combat battle fields, flying fox, dan sebagainya. Mungkin untuk menyeimbangkan dengan biaya maintenance juga. Saya lihat ada banyak sekali mandor kebun dan satpam yang bertugas di beberapa titik lokasi.

Di sini ada pula peternakan sapi, ayam, bebek, marmut, dan sebagainya. Hmm, bukan peternakan betulan sih, karena fungsi sebenarnya hanya untuk memperkenalkan anak-anak terhadap binatang ternak, jadi skalanya juga masih kecil-kecilan. Ponakan saya yang berusia 2 tahun tampak senang sekali dapat mengelus kambing, marmut, hewan-hewan lainnya, dan memberi makan mereka. Ada landak juga! Ternyata landak itu lumayan besar ya??

Berinteraksi dengan hewan.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010.

Udaranya juga bersih dan enak buat leyeh-leyeh. Sayangnya karena saat ini masih musim hujan, sungainya terlihat keruh, padahal katanya kalau cuaca lagi normal sungainya akan terlihat jernih sekali.

Dan satu lagi yang menarik, karena saat ini lagi musim rambutan, pohon-pohon di depan penginapan tampak meriah dengan rambutannya. Huiii... menggiurkan! Tapi sayang ada papan besar bertuliskan "Dilarang memetik buah"... :( Tapi kalau mau beli sih bisa saja, 3 ikat Rp 10.000,-. Kalau mau lebih puas, Anda juga bisa memanen satu pohon rambutan, biayanya Rp 300-400rb per pohon. Wah pasti puas & kenyang banget tuh, hehehe...

Di sini terkenal dengan jeruk lemong cui-nya. Kenapa disebut "lemong"? Kayanya sih agak-agak terpengaruh lafal Perancis kali ya?? Hehehe...

Pasirmukti juga menyediakan penginapan berupa bungalow dengan range harga antara Rp 1,1 juta - Rp 2,4 juta permalam, dengan kapasitas 5 hingga 15 orang. Benar-benar cocok untuk acara gathering!

Fasilitas yang ada:
  • Orchid Garden
  • Fish Pond
  • Fruit Plants in Pot
  • Orchard Garden
  • Mud Field Arena
  • Minahasa Cottage
  • Resto Bakudapa
  • Camping Ground
  • Wale Tonaas & Menara Klabat
+ + + + +

Ini info kontaknya kalau mau detail yang lebih jelas:
Kebun Wisata Pasirmukti
Jl. Raya Tajur Pasirmukti km. 4
Citeureup - Bogor
Tel. (021) 8794 3864/65, Fax. (021) 8794 3866
E-mail : pasirmukti@cbn.net.id

Kantor Jakarta
Jl. S. Iskandar Muda 2A
Arteri Pondok Indah, Jakarta - Selatan
Tel. (021) 739 8808, Fax. (021) 739 8886
E-mail : kebun@pasirmukti.co.id
URL : http://www.pasirmukti.co.id

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting