Showing posts with label Garut. Show all posts
Showing posts with label Garut. Show all posts

Sunday, May 9, 2010

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

Seringkali para traveler yang berdomisili di sekitaran Jakarta dan Jawa Barat kebingungan untuk menentukan destinasi jalan-jalan yang relatif dekat dan tidak menghabiskan banyak waktu di perjalanan, apalagi untuk pekerja sibuk 9-5 yang hanya memiliki waktu kosong di akhir pekan saja.

Pilihan-pilihan destinasi wisata unik di artikel ini mungkin dapat membantu Anda untuk memutuskan destinasi Anda berikutnya:

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

(1) Kota Tua Jakarta
Lokasi favorit di Jakarta bagi yang suka motret-motret. Kota Tua Jakarta adalah kawasan seluas 139 hektar yang dulu dikenal sebagai Oud Batavia (Batavia Lama), yang mencakup wilayah Jakarta Kota dan sekitarnya, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa.


Jakarta Old Town.
Sumber: wikipedia


Kawasan Kota Tua Jakarta, yang dahulunya sempat tidak tidak terawat selama berpuluh-puluh tahun ini, telah direncanakan untuk dipugar dan dipercantik oleh pemerintah kota Jakarta sejak 1970-an, saat Ali Sadikin masih menjadi Gubernur Jakarta. Namun upaya revitalisasi ini baru mulai terlihat hasilnya pada kurun tahun 2000-an. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan saat itu adalah menutup beberapa jalan di sekitaran Taman Fatahillah sebagai area pedestrian, sehingga mendorong timbulnya aktivitas publik. Dari sana, muncul komunitas-komunitas peduli sejarah yang berfokus kepada Kota Tua, seperti Komunitas Jelajah Budaya yang seringkali mengadakan acara jalan-jalan sekaligus mengkaji sejarah kawasan tersebut.

Pada akhirnya proyek revitalisasi telah sukses menghidupkan kembali sang Oud Batavia, kini berbagai macam kalangan selalu membanjiri Kota Tua Jakarta pada saat akhir pekan.


(2) Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
Taman Margasatwa Ragunan ini lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Ragunan. Di sini Anda dapat menyewa sepeda (ada juga yang tandem) untuk berkeliling kebun binatang, karena --trust me-- lokasinya luas banget! Kebun Binatang Ragunan memiliki luas sekitar 140 hektar, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam untuk mengelilingi seluruh penjuru dengan berjalan kaki, itu pun mungkin masih ada tempat yang belum terjelajahi. Opsi sepeda tampaknya memang patut dipikirkan, hehehe...


Pusat Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Di sini juga terdapat Pusat Primata Schmutzer, yakni tempat pelestarian primata yang didanai dan dikelola oleh swasta. Ironisnya, terlihat sekali perbedaan kualitas antara bagian yang disponsori swasta dan bagian mana yang dikelola pemerintah, tapi setelah dipikir-pikir, tampaknya sebanding dengan harga tiket masuk yang hanya Rp 4.500,- per-orang (untuk mengelola kawasan seluas 140 hektar!)


(3) Kepulauan Seribu
Ini salah satu pusat destinasi bagi para pecinta laut. Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki tidak kurang dari 40 buah pulau, namun hanya sekitar setengahnya yang telah dikembangkan menjadi pulau resor. Pulau yang terkenal sebagai destinasi wisata antara lain adalah Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Putri.

Pulau Rambut di Kepulauan Seribu.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2009

Biasanya rombongan wisatawan berangkat menuju Pulau Pramuka (pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Seribu) dengan kapal nelayan yang berangkat 2 kali sehari, baru dari sana kita bisa "melompat" ke pulau-pulau lainnya dengan menggunakan perahu nelayan sewaan. Di sini kita bisa menikmati pemandangan pantai, snorkeling, diving, dan makan seafood sepuasnya. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(4) Kota Tua Banten Lama
Kota Tua Banten Lama ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Banten, dan berjarak sekitar 2 jam dari Jakarta. Hingga saat ini, reruntuhan situs kerajaan Banten Lama ini masih terlihat kemegahannya. Objek favorit di kawasan ini adalah situs Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, situs Istana Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, dan Benteng Spellwijk. Temukan catatan perjalanannya di sini.


Istana Kaibon, Kota Tua Banten Lama.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(5) Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Taman Nasional Ujung Kulon telah tercatat sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan di sini, dari surfing, diving, snorkeling, diving, trekking, hingga mengamati satwa dan berbagai jenis tumbuhan. Taman Nasional ini juga telah menjadi habitat yang baik untuk beberapa satwa langka seperti badak dan rusa. Izin untuk masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di Kantor Pusat Taman Nasional di Kota Labuan atau Tamanjaya. Penginapan dapat diperoleh di Pulau Handeuleum dan Peucang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(6) Desa Wisata Sawarna, Banten
Selain menawarkan pantai beserta lautnya yang indah, desa nelayan Sawarna juga menawarkan air terjun, kebun teh, dan gua peninggalan Jepang. Objek wisata yang paling sering didatangi adalah Pantai Ciantir, Gua Lalay, dan Pantai Tanjung Layar. Jalan yang telah diperbaiki terkait kampanye calon presiden setahun yang lalu membuat Sawarna semakin mudah dikunjungi pada saat ini. Berjarak sekitar 8 jam dari Jakarta, mengunjungi Sawarna terasa kurang lengkap jika tidak sekaligus mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun, yang terletak kira-kira 4 jam perjalanan darat dari Sawarna.


Pantai Sawarna.
Sumber: Klinik Fotografi Kompas



(7) Green Canyon, Pangandaran
Cukang Taneuh atau yang lebih dikenal dengan nama Green Canyon, adalah salah satu destinasi wisata favorit di sekitaran Pangandaran. Biasanya wisatawan yang mengunjungi Green Canyon akan sekaligus mengunjungi Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas. Green Canyon sendiri adalah bagian bawah jembatan tanah yang tampak seperti gua dan berada di hulu Sungai Cijulang. Pemandangan yang cantik akan membuat takjub para wisatawan yang melintasi Gua Green Canyon. Untuk melintasi gua tersebut membutuhkan sebuah perahu kecil bernama ketinting yang berkapasitas sekitar 7 orang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(8) Ujung Genteng, Sukabumi Selatan
Ujung Genteng adalah sebuah kawasan pantai di selatan Sukabumi, dengan berbagai macam spot wisata tersebar di daerah ini. Berjarak sekitar 200 kilometer dari Jakarta, maka membutuhkan sekitar 6 hingga 8 jam perjalanan untuk mencapai Ujung Genteng. Ujung Genteng menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, dari Pantai Ujung Genteng, Penangkaran Penyu Pangumbahan, hingga Curug Cikaso. Di Tempat Pelelangan Ikan, Anda dapat membeli hasil tangkapan laut yang masih segar untuk dimasak dan dinikmati di tempat. Temukan catatan perjalanannya di sini.

Curug Cikaso, the hidden paradise,
terletak 38 km dari Ujung Genteng.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(9) Curug 7 Cilember, Cisarua Bogor
Keindahan Curug Cilember memiliki keunikan sendiri karena terdiri dari tujuh buah curug sambung-menyambung yang airnya berasal dari mata air di Bukit Hambalang. Persiapkan fisik Anda jika ingin mengunjungi semua curug karena medannya yang agak berat. Di sini Anda juga dapat mengunjungi Taman Konservasi Kupu-Kupu sebagai habitat pengembangbiakan 12 spesies kupu-kupu.


(10) Garut
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Garut memiliki potensi wisata yang cukup unik selain dodol-nya. Dari candi (Candi Cangkuang), danau (Situ Bagendit), pemandian air panas (Cipanas Indah), pantai (Pantai Rancabuaya dan Pantai Santolo), curug (Curug Orok dan Curug Neglasari) serta gunung (Gunung Papandayan), semua ada di Garut. Temukan catatan perjalanannya di sini.


+ + + + +

REFERENSI
- Departemen Kehutanan: Taman Nasional Ujung Kulon
- Wikipedia: Taman Nasional Ujung Kulon

- Wikipedia: Kepulauan Seribu
- Wikipedia: Jakarta Old Town
- Pariwisata Garut Online

- Curug Cilember, Pesona 7 Air Terjun
- Wisata Edukasi di Wanawisata Curug Cilember
- Wana Wisata Curug Cilember
-
"Intip Jawa Barat bagian Selatan". Majalah Tamasya, edisi Februari 2009.
- "Kisah Segitiga Emas Swiss van Java" oleh Asep Siafullah & Edy Purnomo. Majalah National Geographic Traveler, edisi November 2009.
- "Sawarna, Surga Kecil di Balik Bukit" oleh Mame Slamet.
Majalah National Geographic Traveler, edisi Mei 2010.

Thursday, April 29, 2010

Avatar: The Legend Of Garut (Part-2)

Posting tamu oleh: Wenny Rosliana

Sambungan dari Avatar: The Legend Of Garut (Part-1)

Sekitar jam 10-an kita keluar dari Danau Cangkuang, menuju ke Kawah Kamojang. Agak lama perjalanannya. Waktu udah menunjukkan jam 11 siang dan kita udah nyampe di sekitar Cipanas. Hmmm mulai laper nih...

Sambil celingak-celinguk cari resto yang oke (harganya), akhirnya kita memutuskan untuk makan siang di Rumah Makan Dua Saudara. Dari depan ini resto kayak rumah makan Padang, tapi menunya khas Sunda. Ehh pas masuk ke dalemnya ternyata gede juga. Ada musholla nya pula. Mantaff. Dan yg lebih mantaff lagi, kita cuma bayar Rp 103.000,- untuk bertujuh! Padahal udah pesen sop kaki lah, ayam goreng lah, gilingan nih resto murah abiez. Rasanya juga enyaaaakkk. Hihihihihi, recommended deh untuk dicoba. Dan di dindingnya ini resto ada beberapa foto pemilik resto ama artis-artis such as Yana Yulio.

Pemberhentian Kedua: Kawasan Kawah Kamojang
Setelah sholat Zuhur, kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Kamojang. Ternyata jalan ke Kawah Kamojang itu searah sama jalan menuju Kampung Sampireun, dan ternyata ehh ternyata lagi, kalo mau ke Kawah Kamojang itu emang ngelewatin Kampung Sampireun! Hihihihihi... Yawda deh perginya cuma lewat aja, ntar aja pas baliknya mampir.

Naik-naik ke puncak gunung deh kita menuju Kawah Kamojang. Udah sampe di puncak gunung, trus turun lagi. Kok itu tempat tujuan ga sampe-sampe yach. Tanya ke orang lewat, katanya lurus aja. Yawda kita ngikutin jalan.

Udah sampe gunung yang kedua, masih aja blom ada tanda-tanda tempat wisata. Untung jalanannya bagus. Gunung yang kedua udah sampe puncaknya trus turun lagi, sampe kita berjalan di gunung yang ketiga, mulai deh ragu. Bener ga sih ini jalannya, kok sampe ngelewatin tiga gunung gini.

Sampai lah kita di perkampungan, tanya lagi ke orang di jalan, jawabannya tetep sama, "Lurus ajah." Pak supir yang kita sewa bercanda, "Wahh kalo ini brarti udah deket nih soalnya nunjuknya pake jempol, kalo tadi nunjuknya pake telunjuk brarti masih jauh." Wakakakakkakak...

Makin jauh kita masuk ke perkampungan, ternyata ehh ternyata, diatas gunung ini ada unit Pertamina Geothermal Energy. Pantesaaaannn jalanannya mulus bener. Sambil terus kita telusuri jalan trus tiba-tiba jalanan aspalnya abis, trus jalanan berbatu. Ehh akhirnya sampe deh di pintu gerbang Kawah Kamojang.

Alhamdulillah...
Setelah mendaki gunung lewati lembah akhirnya sampe juga.

Harga tiketnya Rp 5.000,- kalo ga salah. Mulai deh kita memasuki kawasan kawah. Tapi bingung di sini banyak banget kawahnya. Dari penerawangan mbah google katanya kawah yang famous di Kamojang ini ada Kawah Kereta Api & Kawah Hujan.

Tapi ini kok cuma aer blebek-blebek doang? Hiks, hopeless deh kita... Udah jauh-jauh cuma gini doang kawahnya. Yawda deh balik lagi ajah.

Sambil cari jalanan untuk muter balik, kita ketemu orang yg lagi jalan kaki, tanya-tanya deh, "Pak, kalo Kawah Hujan di mana ya?" Bapaknya jawab, "Ohh di depan situ... Udah deket kok. Parkiran juga ada di depan."

Waaaahhhhh horreeee!!
Akhirnya jadi juga ngeliat kawah setelah hopeless, hehehehe...

Ternyata parkiran di Kawah Kamojang bagus lho. Mirip-mirip sama Kawah Putih di Bandung lah. Abis dari parkiran trus naek tangga menuju kawah. Kawah di sini ga terlalu bau belerang jadi bisa bernapas lebih lega dibanding di Kawah Putih.

Kawah Kereta Api & Kawah Hujan
Kawah pertama yang kita temuin adalah Kawah Kereta Api. Kenapa disebut kereta api, karena kawah ini kalo dikasih corong bambu bunyinya kyk kereta api, tuuut... tuuutt..., dan kekuatan uap anginnya bisa bikin barang-barang mental. Kenceng banget anginnya.

Kawah Kereta Api.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009


Bertemu Pak Koko, Sang Avatar Pengendali Angin & Air
Udah tanggung nyampe Kawah Kereta Api, cari Kawah Hujan ahh. Kita menaiki anak tangga lagi dan kayaknya sampe di kawah yang dituju.

Di tengah kawah itu ada seorang bapak penjaga kawah, kabarnya bernama Pak Koko. Sambil ragu-ragu dan dorong-dorongan karena ga ada yang mau jalan ke tengah kawah, akhirnya gw, QQ dan Iqbal jadi kloter pertama yang turun ke kawah, hehehehe... Duh deg-deg-an.

Di bawah kami langsung disambut oleh Pak Koko, dan disuruh duduk di bangku batu gitu. Trus dengan ajaib dia melambaikan tangannya ke asep dan asep itu tiba-tiba menuju ke arah kita. Whuzzz... hawa panas langsung menyeruak ke seluruh tubuh. Wuiihhh gilingan nih orang, avatar pengendali angin, hihihihihi *komik mode:on*

Pak Koko lalu bertanya, "Mau lebih panas lagi ga? Nih siap-siap yaa. Uapnya kali ini lebih panas." Hahhh?? Kok bisa yaaaa dia ngendaliin uap gitu? Ajaib...

Lagi sauna alami dipimpin oleh avatar pengendali angin. :P
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Setelah kepanasan, gw mulai nyerah. Saat hendak beranjak si bapak avatar nawarin, "Mau coba Kawah Hujan ga? Terapi air. Bisa buat nyembuhin sakit asma, sakit pinggang, sakit kulit, sakit jantung, dll. Kalo di luar ada terapi tusuk jarum, di sini ada terapi yg mirip tusuk jarum juga, tapi pake air." Whew, apaan lagi tuh...

Tapi udah tanggung, yawda lah sambil deg-deg-an kita coba aja. Diantarlah kita oleh Pak Avatar ke mulut goa yg mengeluarkan uap dan ada rintik-rintik air diatasnya. Kita disuruh berdiri membelakangi goa.

Trus dimulailah aksi Sang Avatar Pengendali Air. Hanya dengan melambaikan tangan, itu air tiba-tiba menyiram bagian belakang tubuh kita! Bbbrrrr... Langsung deh basah nih baju & celana yang cuma satu-satunya. Dan emang beneran terasa itu air gerakannya kayak nusuk-nusuk gitu. Tapi ga sakit kok, cuma kaget ajah karena gerakannya disiram itu.

Setelah puas mandi hujan, kita beranjak balik ke temen-temen deh. Tapi iseng gw tanyain, "Pak, suhu air kawah di sini brapa ya?" Si bapak avatar pengendali angin & air ini ga jawab cuma senyum ajah trus tangannya dilambaikan di atas air yang menggenang, trus tau-taunya ntu air blebek-blebek kayak mendidih gitu. Waaaahhhhh sakti abiez ni orang! Ck-ck-ck...

Mandi hujan uap di depan goa.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Setelah gw ke atas, gantian deh. Tiga orang temen-temen yang laen turun ke bawah. Oia, jangan lupa kasih "hadiah" yach ke Pak Avatar ini. Dia ga minta kok, cuma nanti lo kasih aja se-ikhlasnya ajah.

Pemberhentian Ketiga: Kampung Sampireun
Setelah menyegarkan diri di Kawah Kamojang, kita meluncur menuju Kampung Sampireun. Ternyata Kampung Sampireun ini adalah cottage yang suka dibuat shooting ama tipi-tipi, bukannya tempat wisata.

Di sana ada tulisannya:
"Yang survey tidak boleh lebih dari 10 menit."
Ihhh, malesin banget deh
.

Tapi kita ga kehabisan akal dunk, gw & nyokapnya Jule langsung menuju resepsionis dan tanpa janjian udah saling ngerti aja untuk bikin skenario seolah-olah kita mau survey buat kantor. Whahahahaha, saat kita lagi ngeribetin petugasnya, temen-temen yang laen bisa foto-foto dan keliling-keliling deh. Hihihihihi...

Tapi kalo weekend kamarnya ga bisa disurvey katanya, soalnya suka dapet complaint dari penyewa. Jadi yang mau survey nya sampe ke dalem-dalem datengnya pas weekdays aja.

So kita cuma maen di lobby-nya Sampireun aja deh. And you know what, danau di Sampireun itu kecil, cuma efek kamera ajah jadi tampak luas. Tapi emang rapih, peaceful, and high privacy. Cocok banget buat honeymoon, apalagi ditambah adanya Taman Sari Royal Heritage Spa di sana.

Kampung Sampireun.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Selesai dari Kampung Sampireun udah hampir jam 5, meluncur deh kita ke Bandung buat shopping trus kembali ke Jakarta. ^o^

Nahh sekarang kita bicara tentang budget-nya.

Rincian Biaya:
- Sewa mobil APV (www.jatrofatrans.com) dari jam 5 subuh s.d jam 12 malem = Rp 550.000,-
- Bensin untuk keliling Bandung+Garut = Rp 150.000,-
- Toll = Rp 100.000,- PP.
- Makan & tiket anggep aja ditanggung masing-masing.

Jadinya Total Fixed Costnya = Rp 800.000,-
Secara kita jalannya ber-6 jadi biayanya sekitar Rp 135.000,- per orang.

Menurut gw sih worth banget. ^o^


Profil Kontributor
Wenny, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintahan di Jakarta. Hobi jalan-jalan dengan budget minim dan sudah berencana untuk jalan-jalan lagi dalam waktu dekat. :)

Wednesday, April 21, 2010

Avatar: The Legend Of Garut (Part-1)

Posting tamu oleh: Wenny Rosliana

Awalnya...

Menyambut kedatangan sahabat kami QQ --yang lagi kuliah di UGM Jogja-- ke Jakarta tanggal 31 Oktober 2009 kemarin, gw dan Jule merencanakan untuk jalan-jalan. Tapi ke mana ya?

Hmmm, keliling Jakarta aja bosen.

Ada 2 pilihan nih: ke Pulau Seribu atau ke Pangandaran.

Pengennya bisa snorkeling di Pulau Seribu. Tapi pulau yang bisa snorkeling itu adanya di pulau yang jaraknya 2 jam naik speedboat dari Ancol. Kalo yang dekat seperti Pulau Bidadari ngga bisa snorkeling karena air lautnya keruh --please deeh-- dan masalah utamanya adalah kalo di pulau yang jauh itu biaya MAHALLL. Sooo... Pulau Seribu is out of our list.

Yawda kalo gitu ke Pangandaran aja, tapi kalo dari info-info yang ada, jangan ke Pangandaran terutama Green Canyon kalo lagi musim ujan. Selain aernya jadi warna coklat, arusnya juga deres. Malah bisa-bisa ditutup untuk umum. Yaaahhhh ditunda deh jalan-jalan ke Pangandarannya, nunggu musim panas dulu.

Trus iseng-iseng gw buka website www.kampungsampireun.com. Wuiihhh kyknya seru juga nih tempat, tapi sesuai ama harganya, kalo nginep disana mahall gheelaa! Lebih mahal dari cottage di Anyer. Tapi di bagian tour-nya ada City Tours Kota Garut dengan hanya Rp 300.000,-/mobil udah bisa keliling mengunjungi Batik Painting, Leather Factory, Shopping Traditional Food, Kamojang & Situ Cangkuang. Waaahhhh muraaahh! Telpon ah untuk informasi lebih lanjut, tapi ternyata ehh ternyata, paket itu cuma berlaku untuk penyewa villa ajah. Jiaaahhh...

Tanpa kehabisan akal dan dibantu oleh mbah google, gw cari-cari deh. Apaan sih itu Kamojang, Cangkuang, dan lain-lain. Lalu ditambah dengan bantuan Ngkong Google Maps ketemu deh peta dari Jakarta ke tempat-tempat itu.

And this is it...

We are going to
Garut!
Yaaaayy
!! ^o^

Pemberhentian Pertama: Danau Cangkuang, Garut
Kita berangkat dari Pondok Kelapa jam 6 pagi. Mampir di Bandung sebentar dan tujuan pertama kita adalah Danau Cangkuang. Kita nyampe di Danau Cangkuang sekitar jam 9. Kita parkir persis di depan pintu gerbang Danau Cangkuang dan di situ ada warung yang dijaga seorang ibu-ibu. Ia menatap kami dengan heran.

"Kok bisa parkir di sini? Emangnya ga diikutin dari depan?" tanya si ibu-ibu warung.
"Hehh... Emang ada apa, Bu?" kami balik bertanya dengan heran (juga).
"Biasanya kalo dari wisatawan dateng ke sini dari depan mobilnya udah diberentiin trus disuruh parkir, trus disuruh naek delman atau ojek mereka. Malah kalo turisnya bule lebih parah. Dari jalan utama udah disuruh parkir, trus naek delman nya cuma boleh 1 delman 2 orang. Harganya juga diketok," sahut si ibu warung bersemangat.

Waduuuhhh, parah juga... Gimana pariwisata Indonesia mau maju kalo masyarakatnya kayak gini... Ck-ck-ck.

Pas masuk ke dalem gerbang danau kita beli tiket, harganya gw lupa, tapi sekitar Rp 2.000 - Rp 3.000 per orang. Cingcay lah cuma segitu doang. Danau Cangkuang itu kecil, tapi indah karena dikelilingi oleh beberapa gunung. Peaceful banget...

Ini dia nih getek yang mengantarkan kami ke pulau.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Yang menjadi daya tarik di danau ini adalah adanya candi di pulau di tengah danau. Jadi kita mesti naek getek untuk menyebrangi danau dan nyampe ke pulau Cangkuang. Di sini harganya diketok lagi. Harusnya harga geteknya itu Rp 3.000 per orang PP, kapasitas 20 orang. Kita kesana ber-6. Si abangnya minta harga Rp 60.000,- Hahh????

Si abang alesannya, "Ya kan kapasitasnya 20 orang. Kalo mau harganya 3 ribu ya tungguin aja sampe 20 orang." Gilingan nih abang, tempat sepi kyk gini... Ampe besok juga blom tentu nyampe 20 orang. Ampun daaahhh...

Setelah tawar menawar yang alot akhirnya kita naek getek dengan harga Rp 35.000,- Fiuhh...

Candi Cangkuang dan Sejarahnya
Sampe di pulau, langsung deh keliatan candi yang dituju. Oia, nama Cangkuang itu diambil dari nama buah Cangkuang yang pohonnya banyak tumbuh di pulau ini.

Sambil menaiki anak tangga, akhirnya kita sampe juga ke Candi Cangkuang, yang merupakan candi Hindu. Di depan Candi Cangkuang terdapat makam Mbah Dalem Arif Muhammad.

Konon ceritanya Arif Muhammad ini adalah orang dari kerajaan Mataram yang dikirim ke Batavia untuk melawan VOC. Tapi Arif Muhammad ini gagal dalam tugasnya, dan ada hukuman kalo balik lagi ke kerajaan. Akhirnya dia mengungsi ke daerah Cangkuang yang pada saat itu dihuni oleh penduduk yang beragama Hindu. Arif Muhammad menyebarkan agama Islam di sana tanpa membuang adat istiadat setempat sehingga diterima oleh masyarakat.

Sampai sekarang di pulau Cangkuang masih ada kompleks rumah adat "Kampung Pulo". Di rumah adat ini 1 rumah hanya boleh dihuni oleh 6 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Kata bapak-bapak penjaga makamnya, selama berada di pulau ngga boleh ngomong sembarangan.

Pintu gerbang menuju Candi Cangkuang.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Di depan candi ini juga ada bangunan rumah yang awalnya gw pikir musholla tapi ternyata museum mini yang isinya peninggalan-peninggalan Arif Muhammad, contohnya seperti Naskah Khotbah Jumat terpanjang yang ditulis di atas kertas daun, dan lain-lain.


Kiri: Kitab kuno peninggalan Arif Muhammad;
Kanan: Naskah Khotbah Jumat terpanjang.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Puas foto-foto dan jalan-jalan di pulau, kita kembali lagi deh ke parkiran untuk menuju ke Kawah Kamojang dan Kampung Sampireun.

Bersambung ke Avatar: The Legend Of Garut (Part-2)

Keep reading yach.... ^o^


Profil Kontributor
Wenny, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintahan di Jakarta. Hobi jalan-jalan dengan budget minim dan sudah berencana untuk jalan-jalan lagi dalam waktu dekat. :)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting