Wednesday, April 21, 2010

Avatar: The Legend Of Garut (Part-1)

Posting tamu oleh: Wenny Rosliana

Awalnya...

Menyambut kedatangan sahabat kami QQ --yang lagi kuliah di UGM Jogja-- ke Jakarta tanggal 31 Oktober 2009 kemarin, gw dan Jule merencanakan untuk jalan-jalan. Tapi ke mana ya?

Hmmm, keliling Jakarta aja bosen.

Ada 2 pilihan nih: ke Pulau Seribu atau ke Pangandaran.

Pengennya bisa snorkeling di Pulau Seribu. Tapi pulau yang bisa snorkeling itu adanya di pulau yang jaraknya 2 jam naik speedboat dari Ancol. Kalo yang dekat seperti Pulau Bidadari ngga bisa snorkeling karena air lautnya keruh --please deeh-- dan masalah utamanya adalah kalo di pulau yang jauh itu biaya MAHALLL. Sooo... Pulau Seribu is out of our list.

Yawda kalo gitu ke Pangandaran aja, tapi kalo dari info-info yang ada, jangan ke Pangandaran terutama Green Canyon kalo lagi musim ujan. Selain aernya jadi warna coklat, arusnya juga deres. Malah bisa-bisa ditutup untuk umum. Yaaahhhh ditunda deh jalan-jalan ke Pangandarannya, nunggu musim panas dulu.

Trus iseng-iseng gw buka website www.kampungsampireun.com. Wuiihhh kyknya seru juga nih tempat, tapi sesuai ama harganya, kalo nginep disana mahall gheelaa! Lebih mahal dari cottage di Anyer. Tapi di bagian tour-nya ada City Tours Kota Garut dengan hanya Rp 300.000,-/mobil udah bisa keliling mengunjungi Batik Painting, Leather Factory, Shopping Traditional Food, Kamojang & Situ Cangkuang. Waaahhhh muraaahh! Telpon ah untuk informasi lebih lanjut, tapi ternyata ehh ternyata, paket itu cuma berlaku untuk penyewa villa ajah. Jiaaahhh...

Tanpa kehabisan akal dan dibantu oleh mbah google, gw cari-cari deh. Apaan sih itu Kamojang, Cangkuang, dan lain-lain. Lalu ditambah dengan bantuan Ngkong Google Maps ketemu deh peta dari Jakarta ke tempat-tempat itu.

And this is it...

We are going to
Garut!
Yaaaayy
!! ^o^

Pemberhentian Pertama: Danau Cangkuang, Garut
Kita berangkat dari Pondok Kelapa jam 6 pagi. Mampir di Bandung sebentar dan tujuan pertama kita adalah Danau Cangkuang. Kita nyampe di Danau Cangkuang sekitar jam 9. Kita parkir persis di depan pintu gerbang Danau Cangkuang dan di situ ada warung yang dijaga seorang ibu-ibu. Ia menatap kami dengan heran.

"Kok bisa parkir di sini? Emangnya ga diikutin dari depan?" tanya si ibu-ibu warung.
"Hehh... Emang ada apa, Bu?" kami balik bertanya dengan heran (juga).
"Biasanya kalo dari wisatawan dateng ke sini dari depan mobilnya udah diberentiin trus disuruh parkir, trus disuruh naek delman atau ojek mereka. Malah kalo turisnya bule lebih parah. Dari jalan utama udah disuruh parkir, trus naek delman nya cuma boleh 1 delman 2 orang. Harganya juga diketok," sahut si ibu warung bersemangat.

Waduuuhhh, parah juga... Gimana pariwisata Indonesia mau maju kalo masyarakatnya kayak gini... Ck-ck-ck.

Pas masuk ke dalem gerbang danau kita beli tiket, harganya gw lupa, tapi sekitar Rp 2.000 - Rp 3.000 per orang. Cingcay lah cuma segitu doang. Danau Cangkuang itu kecil, tapi indah karena dikelilingi oleh beberapa gunung. Peaceful banget...

Ini dia nih getek yang mengantarkan kami ke pulau.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Yang menjadi daya tarik di danau ini adalah adanya candi di pulau di tengah danau. Jadi kita mesti naek getek untuk menyebrangi danau dan nyampe ke pulau Cangkuang. Di sini harganya diketok lagi. Harusnya harga geteknya itu Rp 3.000 per orang PP, kapasitas 20 orang. Kita kesana ber-6. Si abangnya minta harga Rp 60.000,- Hahh????

Si abang alesannya, "Ya kan kapasitasnya 20 orang. Kalo mau harganya 3 ribu ya tungguin aja sampe 20 orang." Gilingan nih abang, tempat sepi kyk gini... Ampe besok juga blom tentu nyampe 20 orang. Ampun daaahhh...

Setelah tawar menawar yang alot akhirnya kita naek getek dengan harga Rp 35.000,- Fiuhh...

Candi Cangkuang dan Sejarahnya
Sampe di pulau, langsung deh keliatan candi yang dituju. Oia, nama Cangkuang itu diambil dari nama buah Cangkuang yang pohonnya banyak tumbuh di pulau ini.

Sambil menaiki anak tangga, akhirnya kita sampe juga ke Candi Cangkuang, yang merupakan candi Hindu. Di depan Candi Cangkuang terdapat makam Mbah Dalem Arif Muhammad.

Konon ceritanya Arif Muhammad ini adalah orang dari kerajaan Mataram yang dikirim ke Batavia untuk melawan VOC. Tapi Arif Muhammad ini gagal dalam tugasnya, dan ada hukuman kalo balik lagi ke kerajaan. Akhirnya dia mengungsi ke daerah Cangkuang yang pada saat itu dihuni oleh penduduk yang beragama Hindu. Arif Muhammad menyebarkan agama Islam di sana tanpa membuang adat istiadat setempat sehingga diterima oleh masyarakat.

Sampai sekarang di pulau Cangkuang masih ada kompleks rumah adat "Kampung Pulo". Di rumah adat ini 1 rumah hanya boleh dihuni oleh 6 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Kata bapak-bapak penjaga makamnya, selama berada di pulau ngga boleh ngomong sembarangan.

Pintu gerbang menuju Candi Cangkuang.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Di depan candi ini juga ada bangunan rumah yang awalnya gw pikir musholla tapi ternyata museum mini yang isinya peninggalan-peninggalan Arif Muhammad, contohnya seperti Naskah Khotbah Jumat terpanjang yang ditulis di atas kertas daun, dan lain-lain.


Kiri: Kitab kuno peninggalan Arif Muhammad;
Kanan: Naskah Khotbah Jumat terpanjang.
Foto (c) Wenny Rosliana, 2009

Puas foto-foto dan jalan-jalan di pulau, kita kembali lagi deh ke parkiran untuk menuju ke Kawah Kamojang dan Kampung Sampireun.

Bersambung ke Avatar: The Legend Of Garut (Part-2)

Keep reading yach.... ^o^


Profil Kontributor
Wenny, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintahan di Jakarta. Hobi jalan-jalan dengan budget minim dan sudah berencana untuk jalan-jalan lagi dalam waktu dekat. :)

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting