Showing posts with label Phuket Island. Show all posts
Showing posts with label Phuket Island. Show all posts

Monday, November 22, 2010

Piknik ke Phuket

Posting tamu oleh : Melly Ridaryanthi

Ini cerita tentang mimpi untuk piknik ke Phuket yang dicita-citakan sejak dua tahun lalu. Suatu hari secara tidak sengaja menemukan harga aduhai dari maskapai “Now everyone can fly” sebuah paket tiket dan hotel untuk 4 hari 3 malam seharga RM 323 atau sekitar Rp 900.000. Hotel bintang tiga bernama Orchid yang bertengger di tepi Pantai Kalim pun menjadi sarang penawar letih kami selama di Phuket. Dengan dua teman lainnya, berpikniklah kami selama empat hari pada awal bulan Oktober ini.


Kalim Beach.

Foto (c) Melly Ridaryanthi, 2010.

Transportasi Airport – Hotel

Paket piknik ini ada dua kloter, satu dari Jakarta yang tiba lebih dulu sekitar pukul 2 siang dan satu kloter dari Kuala Lumpur yang tiba malam pukul 9. Dari dua kloter ini ada dua pengalaman naik angkutan Bandara-Hotel. Tim Jakarta berhasil naik MiniBus dengan tujuan Patong seharga 150B sampai di depan hotel. Sementara tim KL yang sampai malam lebih melirik taksi Bandara seharga 650B. Kenapa taksi? Kurang cerdasnya tim KL waktu itu adalah percaya kepada penjaga counter taksi bahwa malam hari tidak ada MiniBus, padahal ternyata di luar masih banyak bertengger.

Untuk transport dari hotel ke bandara juga ada dua pilihan, taksi atau MiniBus. Kondisinya waktu itu tim Jakarta dapat penerbangan pagi sekitar pukul 8, sehingga harus check out dari hotel jam 5 pagi dimana MiniBus belum beroperasi. Jadilah taksi yang dipilih untuk perjalanan Bandara pada dini hari seharga 500B. MiniBus baru akan beroperasi sekitar jam 6-an pagi, namun tim KL bisa ke Bandara dengan menggunakan MiniBus seharga 170B dijemput di hotel.

Kadang di Bandara juga ada taksi gelap yang menawarkan harga lebih miring berbanding taksi Bandara yang sudah ada senarai harganya. Tapi tetap harus hati-hati, karena yang gelap jarang aman, kan. Tapi pilihan taksi gelap bisa dilakukan ketika pagi hari karena cenderung taksi Bandara baru beroperasi sekitar jam 8, begitu juga dengan MiniBus. Pengalaman ini terjadi ketika saya mengantar tim Jakarta ke Bandara subuh-subuh dan saya perlu transport untuk kembali ke Hotel sementara taksi Bandara sedang kosong pada jam 7 pagi itu, dan MiniBus baru aka nada 1,5 jam lagi.

Transportasi Dalam Kota

Pulau Phuket ini bisa dikatakan terbagi dua yaitu Phuket Town dan daerah Pantai. Phuket Town ini isinya pertokoan, kantor dan keramaian pusat kota lainnya. Namun untuk kunjungan wisata dan keramaian wisata lebih berpusat di daerah Pantai.


Phuket Pointview.

Foto (c) Melly Ridaryanthi, 2010.

Untuk bisa jalan-jalan selama di Phuket ada beberapa alternatif pilihan transportasi diantaranya adalah taksi meter, taksi charter, mobil sewa, motor sewa, dan tuk tuk. Untuk taksi charter bisa dimanfaatkan untuk tur keliling kota Phuket, nanti detil saya ceritakan pada bagian selanjutnya. Untuk kenyamanan jalan-jalan sendiri bisa sewa mobil atau motor saja per hari. Mobil harganya aneka ragam bergantung jenis mobil, tapi ketika di Phuket kemarin saya menyewa motor pada hari terakhir dengan harga 200B untuk 24 jam. Cukup murah kan?

Rute perjalanan di Phuket pun tidak perlu kecerdasan membaca peta, karena jalannya itu-itu saja dan mudah untuk dihafal. Menyewa kendaraan sendiri banyak untungnya, kita bisa betul-betul menjelajah tiap sudut kota dan pantai tanpa batas waktu. Karena kalau ke pusat kota naik tuk tuk, sekali jalan saja sudah 200B, sementara motor sewanya 200B untuk 24 jam, jauh lebih irit kan. Jalan-jalan dengan motor ini akan saya ceritakan lagi nanti.

Tur Dalam Kota
Cukup mudah mendapatkan agen perjalanan untuk tur-tur besar dan kecil selama di Phuket. Keluar saja dari hotel akan banyak kios, rumah atau sekedar etalase sederhana dari kayu yang memajang brosur-brosur perjalanan. Penawaran paket yang umum adalah tur Pulau Phi Phi, Phuket FantaSea, Paket Tur Dalam Kota, dan Kabaret.

Saya mendapat Paket Tur Dalam Kota seharga 1000B untuk bertiga, jadi seorangnya hanya perlu membayar sekitar 330B saja. Agen yang kami datangi ini tidak terpaku pada brosur yang tersedia, sehingga kami boleh memilih tempat-tempat yang ingin kami kunjungi hari itu dengan rujukan beberapa brosur yang dia sodorkan. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Buddhist Temple, Chasew Factory, Big Buddha, Souvenir Shop, Phuket Pointview, ditambah makan siang dan kesempatan jalan-jalan di daerah kota Phuket Town.

Tur Dalam Kota hari itu menghabiskan waktu sekitar 7 jam. Dari semua tempat yang dikunjungi, saya paling suka dengan Big Buddha dan Phuket Pointview karena dari tempat ini yang terletak di dataran tinggi kita bisa melihat sebagian besar dari Pulau Phuket. Terlebih lagi kalau cuaca sedang bagus dan kita bisa mendapat bonus matahari tenggelam, pemandangannya semakin indah.

Selain ke tempat kunjungan itu, dua teman saya menyempatkan diri untuk mencoba Bungy Jumping seharga 1600B. Biasanya Bungy Jumping ini dipasang harga sekitar 2400 – 2800B dengan rincian si penerjun akan mendapat sertifikat, foto dan T-shirt. Namun dengan embel-embel harga pelajar, teman saya dapat harga 1600B tanpa foto dan T-shirt. Kalau ingin membeli T-shirt sendiri pun bisa, harga per helainya sekitar 300B.

Setelah habis mengelilingi Phuket Town, kami minta diantar ke Bangla Road, satu jalan yang konon menjadi pusat keramaian kota Phuket. Seharusnya si agen memang menghantar kami sampai hotel, namun sayang rasanya kalau pukul 8 malam sudah bertengger di tempat tidur.

Ternyata Bangla Road itu memang seru tempatnya. Club berjejer di sepanjang jalan dilengkapi dengan banyak lelaki cantik yang sudah disulap secara medis menjadi perempuan yang sering disebut sebagai Lady Boy. Biasanya para Lady Boy ini mengajak kita berfoto, tapi jangan lupa bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis. 100B per kepala pun diminta atas nama sebuah foto yang dibidik dengan kamera kita sendiri. Banyak juga Lady Boy yang sedang striptease di depan cafĂ© dan bar menunggu “ditawar”, sungguh heboh jalan itu.

Tur Pulau Phi Phi

Keuntungan perjalanan saya kemarin adalah waktu kunjungan wisata sedang tidak ramai, karena bulan September – Desember biasanya hujan akan turun sehingga ombak laut agak garang menggoncang setiap kapal yang lalu lalang. Untungnya bagi saya dan teman-teman adalah harga-harga paket tur jadi miring.

Tur Pulau Phi Phi kami peroleh dengan harga 1000B per kepala untuk kunjungan ke 8 pulau, 1 kali snorkeling, 3 kali merapat ke pulau dan sudah termasuk makan siang juga kudapan ringan. Transportasi? Jangan khawatir, harga paket tur itu sudah termasuk antar jemput ke hotel, jadi kita hanya perlu duduk manis dan menunggu dijemput saja.

Pukul 8.30 kita sudah dijemput dan dihantar ke dermaga tempat kita akan naik speed boat. Sebetulnya harga paket tur Phi Phi ini bisa mahal dan murah bergantung pada jenis kapal yang digunakan. Ada Cruise dan Speed Boat, tentu saja Cruise akan lebih mahal mencapai harga 3000an Baht. Hari itu kami dibawa ke Maya Bay, Loh Samah Bay, Pileh Lagoon, Viking Cave, Monkey Beach, Phi Phi Don, dan diakhiri di Khai Island.



(Atas) Maya Bay; (Bawah) Khai Island.

Foto (c) Melly Ridaryanthi, 2010.

Kami diperbolehkan turun di Maya Bay untuk berfoto dan menghirup udara segar setelah 1,5 jam perjalanan penuh ombak, Phi Phi Don untuk makan siang dan Khai Island untuk bermain di pantai selama sekitar 1,5 jam. Sementara tempat-tempat lainnya hanya dinikmati dari dalam boat saja yang mayoritas adalah tempat snorkeling yang sudah rusak akibat terjangan tsunami pada 2004 lalu.

Tur Pribadi dengan Motor Sewa

Hari terakhir tim KL menyewa satu motor automatic untuk keliling kota. Saya dan seorang kawan dari tim KL benar-benar memanfaatkan sisa waktu di Phuket untuk mengulik daerah tersebut sampai ke pelosok-pelosok. Beberapa pantai berhasil kami kunjungi seperti Kata, Karon, dan Kamala Beach.


Karon Beach.

Foto (c) Melly Ridaryanthi, 2010.

Kata dan Karon ini seperti Legian-nya Bali, banyak tempat hang out eksklusif berbanding di pantai Patong atau pun Kalim. Saya juga menelusuri jalan berbukit menuju Phuket Funtasea yang terkenal itu namun tidak kami kunjungi karena faktor low budget. :)

Tempat-tempat yang kami kunjungi pada hari terakhir itu tidak terjamah sebelumnya karena faktor transportasi, maka dari itu kalau memungkinkan ada baiknya menyewa kendaraan sendiri. Selain lebih irit, jika pergi dalam kumpulan, kita juga bisa lebih meneroka daerah-daerah yang agak jauh dari hotel tempat kita menginap.

Makanan di Phuket

Sesampainya di Phuket agak terkejut saya karena menemukan satu mesjid yang cukup besar. Ternyata ketika menelusuri Kalim dan Patong pada hari berikutnya, tidak susah mencari sekedar mushala atau bahkan masjid-masjid kecil di Phuket. Penjual makanan pun banyak yang beragama muslim, sehingga tidak susah untuk mencari makanan halal selama piknik. Saya sempat makan di sebuah rumah makan orang Melayu Malaysia dengan citarasa yang hampir sama dengan makanan yang memang sama. Lagi pula, kalau memang sudah tidak ada pilihan makanan, kita akan menemukan banyak makanan cepat saji yang bisa dinikmati. Rumah makan Arab dan India dengan logo halal juga bertebaran dimana-mana.


Patong Beach.

Foto (c) Melly Ridaryanthi, 2010.

Souvenir

Standarlah ketika berpiknik ingin juga membeli beberapa souvenir untuk kenangan atau oleh-oleh. Harga yang ditawarkan biasanya bisa kita tekan sampai dengan setengahnya. Gantungan kunci bisa dapat dengan harga 35B, magnet 45B, selendang (konon) sutera 100B, T-shirt sekitar 100-150B, dan manisan-manisan seharga mulai dari 8B.

Jadi, kapan piknik ke Phuket?
Selamat piknik!


Profil Kontributor

Melly Ridaryanthi, yang akrab dipanggil Beby, adalah seorang mahasiswa salah satu universitas negeri di daerah Bangi, Malaysia yang memanfaatkan mind-blocked-phase selama menulis disertasi untuk piknik. Disebut piknik karena kata piknik dianggap bisa menjangkau segala status sosial untuk tetap bisa menikmati indahnya alam dan mengisi waktu luang dengan jalan-jalan sesederhana apapun. Piknik selalu dijadikan hadiah setelah menyelesaikan target-target tugas akademiknya. Pengalaman pikniknya bisa dilihat di Jinjinger. Kenapa "jinjinger"? Karena dia tidak punya tas punggung untuk disandang sehingga disebut sebagai backpacker, hanya sesederhana itu. :)

Sunday, April 4, 2010

Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-4)

Posting tamu oleh: Arlinda Wibiayu

Sambungan dari Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-3)

Last Day in Singapore

Hari ini merupakan hari terakhir saya di Singapore, pastinya harus beli oleh-oleh dong. Kami putusin untuk check-out dan titip tas di hostel, karena batas check-out jam 12. Daripada kami buru-buru, mendingan check-out langsung aja.

Saya putusin untuk lihat-lihat ke Bugis Street, yang kata orang pusatnya oleh-oleh murah di Singapura. Ternyata memang bener sih, tapi jangan segen untuk nawar deh. Lumayan kok jadi bisa beli lebih banyak kan. Karena temen saya ada yang bisa bahasa mandarin, jadinya dialah yang diminta untuk jadi jubir tawar-menawar.

Selese lihat-lihat ke Bugis Street dan Bugis Junction, kami putusin cari makan. Kami ngeliat kedai nasi lemak di pinggir jalan North Bridge. Ternyata disinilah kami ngeliat Cozy Corner Hostel yang direkomendasikan oleh Kang Ocon. Kami pesen nasi lemak seharga 2 dollar dan teh tarik pastinya. Selese makan kami masih pengen jalan-jalan ke Vivo City sekalian nuker dollar sama mau beli SD card 4 giga yang saat itu cuma 14,5 dolar (saat itu berasa murah banget, ternyata harganya sama aja kayak di Jakarta ding).

Setelah dari Vivo City kami putusin untuk balik ambil tas biar gak ketinggalan pesawat yang akan membawa kami ke Phuket. Karena belum sempet lihat-lihat di sekitar Little India kami putusin untuk lihat-lihat daerah sekitar situ sambil mau beli air minum. Ternyata souvenir yang kami beli di Bugis Street bisa lebih murah di Little India, sebel deh. Tapi ya sudah lah…

To Phuket by Tiger Airways
Pesawat kami akan berangkat jam 18.30 dari Singapura, maka kami harus segera berangkat biar gak ketinggalan pesawat. Biar cepet kami putusin untuk naik MRT aja.

Saya pesen tiket ke Phuket melalui maskapai Tiger Airways, seperti yang dibilang Ikman, Tiger itu salah satu budget airlines Singapura. Jadi terminalnya pun tersendiri di Budget Terminal. Jadi dari Changi terminal 2 ada free-shuttle bus yang membawa ke budget terminal. Gampang kok karena di sini banyak plang petunjuk arah.

Nah untuk ke Changi by MRT jangan lupa untuk ambil MRT East-West tujuan Pasir Ris/Changi, trus harus turun di Tanah Merah lalu ganti MRT yang ke Changi. Trus karena gak mau rugi kami ambil deposit yang ada di EZ Link card kami dulu dong, lumayan.

Walaupun budget airlines, tapi pilotnya bule euy. Jadi tenang naiknya.

No liquid more than 100mL, please!
Iya gara-gara saya gak sempet cari cairan pencuci contact-lens yang volume kecil, saya bawa yang gede (kalo gak salah 300mL). Ternyata gak boleh masuk cabin, jadi saya harus buang deh padahal masih baru. Tapi katanya kalo masuk bagasi boleh-boleh aja kok. Padahal di Jakarta lolos aja ya.

Phuket, here I come…
Penerbangan Sing-Phuket cuma butuh waktu 1 jam. Begitu sampe di Phuket International Airport, kami kembali harus antri di tempat pemeriksaan passport. Saya pikir akan susah nih bahasa Inggrisnya. Ternyata pada bisa bahasa melayu lho. Mungkin karena Phuket termasuk Thailand Selatan yang lebih deket ke Malaysia ya. Trus mereka bilang “Di sini banyak yang kaya kamu,” sambil nunjuk kerudung saya. Alhamdulillah deh kalo gitu. Gak akan susah cari makan deh.

Selepas pemeriksaan passport, saya lihat banyak agen tour wisata yang nawarin jasanya. Karena dari hasil browsing katanya Sea Angel bagus, kami putusin langsung booked untuk keesokan harinya. Dan gak tau kenapa tertulis 1800 bath, tapi jadi diskon 900 bath. Udah 900 bath tapi pengen nyoba nawar lagi sih, walaupun gak sukses.

Dari airport kami putusin pake taxi meter biar aman aja. Taxi meter ada di sebelah kanan pintu keluar. Kami cukup beli semacam kupon di loket sambil nunjukin alamat penginapan. Saya kasih aja alamat penginapan yang diemail ke email saya dengan versi Thai dan Latin.

Karena udah malem kami gak bisa lihat pemandangan pulau ini. Penginapan kami ada di daerah Patong dan ternyata penginapan kami gak jauh sama Banzaan Mall yang ada jaringan swalayan besar asal Perancis. Ya ampyun tetep ya.

I only speak English little...
Begitu sampe di Sea Blue Phuket Guesthouse (nama penginapan kami), saya seneng banget karena tempatnya jadi satu sama pharmacy. Berhubung saya harus beli cairan pencuci contact-lens. Saya dapet, tapi merek lokal gitu deh. --Later on, saya baru tau kalo mata saya infeksi gara-gara pake produk ini. Jadi saran saya, beli yang mereknya jelas deh--

Begitu masuk kami langsung disambut pengurus penginapan yang dengan sigap langsung bawain tas kami yang segede-gede gaban ke kamar kami di lantai 3. (Gila deh, sekali angkat 3 tas, ke lantai 3 pula, ckckck) Ternyata mereka gak begitu bisa bahasa Inggris (tapi kok dari email, kayak yang bisa lancar ngomong ya. Saya juga heran) Rada bingung juga mau tanya-tanya, tapi ya sudah lah. Nanti tanya-tanya sama orang aja.

Nicest Room
Kami pesen kamar yang bisa untuk 3 orang, yang katanya sih ‘our nicest room’ dan memang kamarnya very spacious and comfortable (ada TV and kulkasnya gitu, jadi gak berasa backpacking). Karena masih excited kami putusin jalan-jalan sebentar di sekitar penginapan. Kami ke mall, untuk lihat-lihat sekalian beli makanan untuk besok pagi karena kami akan dijemput jam 7 pagi.

Patong Beach : "Good man goes to heaven, and bad man goes to Patong"
Ada tulisan di kaos souvenir yang dijual di Patong yang berbunyi ‘Good man goes to heaven, and bad man goes to Patong’. Jadi kebayang kan suasana di Patong, bikin saya merinding ngeliatnya. Local girl bergandengan dengan turis yang udah tua-tua adalah hal yang biasa dilihat di sepanjang jalan.

Karena kaki udah mulai pegel, kami putusin untuk balik ke kamar dan istirahat biar besok siap melanjutkan perjalanan kami.

Bersambung ke Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-5) - coming soon

*Gambar dipinjam dari fotosearch.com




Profil Kontributor
Ayu, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah dengan latar belakang bidang farmasi. Gaya backpackingnya adalah mengunjungi beberapa tempat sekaligus dan (tampaknya) sudah berencana untuk backpacking lagi dalam waktu dekat. :) Tulisan Ayu lainnya dapat ditengok di Arlinda's Site.

Thursday, January 21, 2010

Photo(s) : Phuket, Thailand

Foto oleh : Ronggo Ahmad Wikanswasto.




Foto (c) Ronggo Ahmad Wikanswasto, 2010.




Profil Kontributor
Ronggo, teman saya, kini bekerja sebagai professional di Bontang, Kaltim. Mempunyai hobi fotografi dan jalan-jalan. Ini adalah hasil jepretannya kala menghabiskan jatah cuti di Phuket (Thailand). Anda dapat melihat koleksi jepretan Ronggo lainnya di Ronggo130's Photostream.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting