Sunday, June 14, 2009

Menjelajahi Kampung Inggris di Pare, Kediri

Barusan pulang dari perjalanan ke Surabaya - Mojokerto - Jombang - Pare. Capeghh, tapi menyenangkan, hehehe...

Awalnya...
Awalnya hanya mau menemani seorang teman --yang berprofesi sebagai praktisi pendidikan-- ke Pare, Kediri, Jawa Timur. Katanya di sana ada sebuah kampung yang warganya fasih bahasa Inggris semua, sampai-sampai hanya untuk membeli rokok di warung saja mereka juga menggunakan bahasa Inggris. Saya jadi penasaran, ini beneran atau cuma mitos? Jadilah saya nebeng dia bersama satu teman lagi menuju Pare, heuheu...

Berdasarkan info yang diperoleh dari internet, ternyata ada beberapa jalur yang bisa ditempuh untuk menuju Pare. Pada akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan jalur udara dengan alasan efisiensi waktu dsb. Kebetulan waktu itu Lion Air masih promo, jatuhnya sekitar Rp 600.000,00 PP Jakarta-Surabaya. Sebenarnya masih bisa lebih murah lagi sih, AirAsia sempat menawarkan Rp 500.000,- PP, cuma sayangnya kami terlambat memesan tiket. Tapi untuk pemesanan tiket yang mepet-mepet, saya pikir harga itu wajar, hehehe...

Hari 1 - Menuju Surabaya
Berbekal ransel dan sendal jepit (haha!) dengan uang serta info yang seadanya, kami berangkat dari Cengkareng menuju bandara Juanda pada sore hari, kira-kira sampai di Juanda sekitar jam 5 sore. Ngomong-ngomong, Bandara Juanda bagus banget ya! Nahh, untungnya di Surabaya sudah ada saudara yang dengan sukarela mau menampung kita bertiga selama di sana, sehingga kami dapat mengurangi biaya akomodasi, wuhuuu... (makasih Pakde-Bude-Mas Benito!) :)

Hari 2 - Menuju Pare
Setelah beristirahat semalam di Surabaya, besok paginya kami berangkat ke Terminal Purabaya, yang lebih dikenal dengan Terminal Bungurasih, untuk naik bus ekonomi jurusan Trenggalek - Kediri - Surabaya yang melewati Pare. Terminal Bungurasih ini membuat kami takjub karena faktor kebersihan dan keteraturannya. Jadwal bus terlihat cukup teratur dengan adanya jadwal yang tertulis di papan dan layar TV digital (seperti jadwal keberangkatan yang terdapat di bandara).

Harga tiket bus Rp 12.000,- untuk perjalanan 3 jam menuju Pare. Untuk mencapai Pare, bus kami melewati dua terminal, Terminal Mojokerto & Jombang.

Kami sempat terheran-heran dengan kondektur bus yang saat kami bilang mau ke Pare, langsung bertanya "Mau ke BEC ya?" Waktu itu kami hanya bertanya-tanya dalam hati, apa sih BEC?

Kami cuma bilang, mau ke tempat yang ada kursus bahasa inggris-nya, dan ia langsung mengiyakan "Ya yang itu, namanya BEC." Ternyata kebanyakan orang yang turun di Pare bertujuan untuk khusus mengunjungi tempat tersebut. Wah kami makin penasaran, kok tempat itu kayanya terkenal banget ya?

Kampung Inggris
Ternyata nama tempat yang kami tuju adalah Desa Pelem, Kec. Pare, Kab. Kediri. Sampai di Pare kami turun di perempatan Tulungrejo, dan langsung disambut oleh para penarik becak yang menawarkan mengantar ke "BEC" dengan tarif Rp 10.000,- /becak. Karena kami bertiga, maka kami menggunakan dua becak.

Ria, dengan kepiawaiannya bernegosiasi (cie! hehehe), mengusulkan agar kami diajak berkeliling mengunjungi tempat-tempat kursus yang tersebar di "Kampung Inggris", begitulah orang lokal menyebut kampung tersebut.

Penarik becak yang kami tumpangi untungnya amat informatif, dia sekaligus berperan sebagai tour guide kami, hahaha menyenangkan... Sambil menarik becak, satu persatu dia memberitahu tempat-tempat kursus yang terkenal di kampung tersebut.

Menurut penarik becak kami, di Desa Pelem ini terdapat sekitar 200-an tempat kursus bahasa, sehingga persaingan antar tempat kursus pun semakin ketara. Tempat kursus yang terbilang kecil masih menggunakan bangunan rumah penduduk yang sederhana, namun tempat kursus yang lebih besar sudah memiliki bangunan sendiri.


(kiri) BEC, pioneer kursus bahasa Inggris di Pare. Didirikan pada tahun 1977 oleh orang Indonesia asal Kalimantan, yang menikah dengan penduduk lokal. (kanan) Mahesa Institute, salah satu tempat kursus bahasa Inggris yang terkenal di Pare.

Tempat kursus yang terbilang besar dan cukup terkenal di sini ada 2, yakni Basic English Course (BEC) dan Mahesa Institute. Ternyata "BEC" adalah pionir dari tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang menjamur di daerah tersebut. BEC pertama kali didirikan pada tahun 1977 oleh orang Indonesia asal Kalimantan, yang menikah dengan penduduk lokal. Mereka berinisiatif untuk membuka tempat kursus bahasa Inggris yang akhirnya sukses, dan kemungkinan besar mereka mendorong para lulusannya untuk membuka tempat-tempat kursus baru di sana.

Selain ke BEC dan Mahesa, kami juga turut mendatangi beberapa tempat kursus kecil untuk membandingkan harga & fasilitas.

Program Kursus, Akomodasi, dan Transportasi
Kursus biasanya dibagi perpaket dengan rentang waktu belajar yang bervariasi, ada yang 2 minggu, 1 bulan, 2 bulan, hingga 1 tahun. Pengikut kursus datang dari berbagai daerah di Indonesia, dari Riau, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua pun ada. Selama masa belajar, pengikut kursus tinggal di rumah penduduk yang dijadikan tempat kost. Rata-rata biaya kost di daerah ini sekitar 60rb hingga 100rb sebulan. Biaya hidup di sini relatif murah, makan di warung cukup mengeluarkan uang sekitar Rp 1.500,- hingga Rp 5.000,- sekali makan.

Untuk transportasi, penarik becak kami memberi info bahwa rata-rata pelajar di sana membeli sepeda sebagai alat transportasi yang harganya berkisar antara 90rb hingga 100rb, dan biasanya setelah lulus dari kursus mereka menjual kembali sepeda tersebut. Tempat penyewaan sepeda sebenarnya juga tersedia, namun tentunya lebih baik membeli sepeda karena hitungannya lebih ekonomis kalau kita ikut program kursus yang rentang waktunya cukup lama.

Ada beberapa tempat kursus yang menggunakan sistem asrama (camp), termasuk BEC dan Mahesa. Salah satu tempat kursus yang kami datangi, Able & Final English Course, menawarkan paket asrama. Menariknya, selama 2 minggu pertama di asrama, murid masih diperbolehkan untuk menggunakan bahasa Indonesia, namun setelah 2 minggu, bercakap-cakap harus dilakukan dengan bahasa Inggris dan bila dilanggar mereka harus membayar denda yang telah disepakati, biasanya Rp500,- sekali kena denda.

Wah seru juga ya!
Mereka dipaksa secara halus untuk terus menggunakan bahasa Inggris, mungkin dapat dibilang seperti konsep belajar Bahasa Inggris dengan home stay di luar negeri, namun versi lokal, hehehe... Summer Camp versi Indonesia. :)

Ternyata...
Awalnya saya kira seluruh penduduk kampung ini fasih berbahasa Inggris, "sampai-sampai hanya untuk membeli rokok di warung saja mereka juga menggunakan bahasa Inggris", ternyata maksudnya yang fasih itu ya para pendatang yang mengikuti kursus bahasa Inggris.

Justru (kata bapak penarik becak) rata-rata anak-anak penduduk lokal tidak semuanya ikut kursus & belajar bahasa Inggris di sini. Namun, tidak disangkal lagi bahwa dengan adanya Kampung Inggris ini, desa Pelem menjadi terkenal di seluruh penjuru tanah air, dan menjadi tempat tujuan orang-orang yang ingin belajar bahasa Inggris secara lebih ekonomis & efektif. Secara tidak langsung pun perekonomian desa ini pun ikut terdongkrak. Menurut saya, desa ini merupakan salah satu contoh wisata pendidikan yang berhasil.

Kembali ke Surabaya
Tak terasa kami sudah berkeliling selama 2,5 jam. Sebelum kembali ke terminal Pare, kami singgah dulu sebentar ke Masjid Agung Pare (Masjid An-nur) untuk sholat & cuci muka, dan makan siang dengan bekal. Bagi yang belum tahu, oleh-oleh khas Pare adalah tahu kuning & getuk pisang, kami sempat membeli beberapa bungkus getuk pisang untuk buah tangan.


Numpang makan & sholat di Masjid Agung Pare (Masjid An-nur)

Oleh-oleh khas Pare : Getuk Pisang


Dalam perjalanan menuju pool bus, tergoda dengan banyaknya kedai Es Degan (Kelapa Muda), kami menyempatkan untuk jajan Es Kelapa Muda, hehehe... Cukup mengeluarkan Rp 2.000,- untuk 1 gelas besar! :9

Setibanya di pool bus, kami membayar tarif becak Rp50.000,-/becak untuk jalan-jalan seharian. Di bus, kami tiduuurrr. Masih 3 jam lagi mencapai Surabaya.

Sekembalinya di Terminal Bungurasih, kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung Perak dengan menggunakan Patas AC (ini namanya AC alam! hehehe) dengan karcis bus Rp4.000,-/org. Akhirnya kami tiba di Surabaya sekitar jam 19:30 malam. Setelah bebersih, makan malam, lalu sempat diajak Pakde-Bude ke "Makan Dulu" cafe (?), lupa namanya, hehehehe... Ngemil malem2 dan menonton live music. Hwahaha, Pakde & Puti sempat nyanyi lagu lawas. Seru.

Hari 3 - Jembatan Suramadu... & Pulang ke Jakarta!
Diajak jalan-jalan ke Jembatan Suramadu sama Bude, sayang belum dibuka, menurut koran pagi jembatan Suramadu baru dibuka besoknya lagi jam 06.00. Jadi kami hanya bisa melihat bentangan jembatan dari jarak jauh. (Ternyata sesampainya di Jakarta, saya mendapat kabar bahwa pada hari itu jam 13:00 akses jembatan sudah dibuka untuk umum.)

Lalu kami sempat ke daerah bencana lumpur Lapindo, miris ngeliatnya karena akhirnya menjadi objek wisata. Indonesia, really Dangerously Beautiful. Di sini sekitar 13 kampung terendam lumpur akibat bencana nasional. Lumpur yang tergenang benar-benar terlihat seperti lautan luas, terlihat beberapa puncak atap rumah yang tenggelam oleh lumpur. Di sana masih terlihat 1 titik yg berasap (tahun lalu masih ada 3 titik yang mengeluarkan asap). Katanya, beberapa pengungsi masih tinggal di terminal dan pasar Sidoarjo.

Kami sempat mampir ke Kabupaten Pasuruan juga untuk membeli klepon & cenil. Akhirnya kami balik ke Surabaya, makan siang, beli oleh-oleh, istirahat sebentar lalu berangkat ke bandara Juanda untuk pulang ke Jakarta. Nyampe rumah, tepaarrr. Tidur lagi deh. :p

PS. Lain kali ajakin gw jalan2 lagi ya Puti & Ria! Hehehe menyenangkan. Ternyata naik bus ekonomi lebih menarik dibanding naik bus AC, khehehehe... :) Thanks juga buat Pakde, Bude, Mas Benito, Pak Jimo, & Pak Wardiono.

---

*Untuk info lebih lanjut tentang kursus Bahasa Inggris di Pare:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0507/12/mur17.htm
http://info-wtc.tripod.com/pare_city.html
http://mukhlis.net/2008/11/01/learn-english-in-pare/
http://sagoeleuser5.wordpress.com/2009/01/12/kampung-bahasa-sentra-kursus-bahasa-inggris-termurah-di-indonesia/
http://nessy.blogdetik.com/2009/04/18/belajar-bahasa-inggris-di-pare/
http://www.sumardiono.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1719&Itemid=40
http://akhlisnur.blogspot.com/2008/05/kursus-inggris-di-pare.html

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting