Friday, November 20, 2009

Ujung Genteng on A Shoestring

"Pokoknya apa pun yang terjadi, kita tujuannya have fun ya!"

Pernyataan itu seakan membuka awal dari perjalanan kami menuju Ujung Genteng, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.

Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman sempat berjalan-jalan ke Ujung Genteng, sebuah kawasan pantai di selatan Sukabumi, dengan berbagai macam spot wisata tersebar di daerah ini. Berjarak sekitar 200 kilometer dari Jakarta, maka membutuhkan sekitar 6 hingga 8 jam perjalanan untuk mencapai Ujung Genteng.

Rencananya kami berempat (saya, Hanny, Mitra, & Lisa) akan ke sana selama 2 hari 2 malam, dengan transit semalam di Sukabumi, memanfaatkan libur akhir minggu sehingga tidak memerlukan izin cuti. Sebagai budget backpacker amatiran, kami menuju Ujung Genteng dengan budget per-orang Rp 200.000,- (yang langsung di-deposit ke Mitra), serta beberapa print-out hasil googling di internet & kepiawaian Mitra dalam menentukan moda & rute transportasi, hehehe...


Hari ke-1,
Jumat 6 November 2009


(16:30) Titik pertemuan kami adalah di Percetakan Negara, di depan kantor teman-teman jalan saya nanti. Dari sana kami berempat bertolak menuju Terminal Pulogadung untuk naik bus AC Jakarta-Bogor menuju Sukabumi. Sampai di Sukabumi sekitar jam 8 malam dengan kondisi cuaca yang hujan rintik-rintik, kami melanjutkan perjalanan dengan ELF Surade-Bogor, yang serunya bisa muat sampai 18 orang! Padahal kapasitas normal cuma sekitar 12 orang! Hahaha kenek yang sangat kreatif... Di ELF itu kami hanya bisa tertawa-tawa menyadari posisi duduk yang sudah tidak jelas.
Kocakkkk!! Kalo duduknya bisa vertikal, pasti dijabanin juga deh tuh sama si kenek. :))

(21:00) Akibat hujan & kemacetan yang disebabkan oleh jam orang pulang kantor, kami tiba di Stasiun Cibadak sekitar jam 9 malam. Menginap semalam di rumah neneknya Mitra, dan disuguhi makan malam yang terasa enak sekali karena perut kosong dan tubuh yang sudah terasa lelah. Setelah bersih-bersih & makan malam, kami langsung beristirahat untuk menyiapkan energi untuk esok paginya.


Hari ke-2,
Sabtu 7 November 2009


(07:30) Setelah selesai beres-beres, kami melanjutkan perjalanan dari Cibadak dengan menggunakan angkot ke Terminal Lembur Situ, yang dilanjutkan dengan bus AC MGI Surade-Bogor, melewati Stasiun Jampang Kulon menuju Surade.

(13:00) Akhirnya kami sampai di Terminal Surade sekitar jam 1 siang. Dari Surade, kami naik angkot sekali lagi menuju Ujung Genteng. 22 km mendekati Ujung Genteng. Sopir angkot yang tumpangi menawarkan untuk menyewakan angkotnya selama kami berjalan-jalan di sana. Dari hasil tawar-menawar, akhirnya kami sepakat untuk menyewa angkot dengan biaya Rp 160.000,- untuk antar jemput, cari penginapan, mengantar ke Curug Cikaso & mengejar sunset di Pantai Cipanarukan, serta jasa tour guide kecil-kecilan (ehehehe). Kami juga berkenalan dengan pengemudi angkot tersebut yang ternyata bernama Erik, dan tampaknya sempat tersinggung saat Mitra memanggilnya "Mang". Hwahahahaha!

"Jangan panggil Mang dong! Panggil : Erik aja. Hehehe..."
O-kayyyy!! :))

Erik pun menjadi teman baru kami selama berjalan-jalan di Ujung Genteng. :)

Sesampainya di Ujung Genteng, kesan pertama kami adalah : Wah walaupun daerah pantai, tapi anginnya sejuk! Kenapa bisa gitu ya?


Penginapan "Pondok Adi". Asri & bersih.

Di sana kami mencari penginapan dengan diantar Erik, beberapa penginapan (yang rata-rata memiliki nama dengan awalan kata "Pondok ...") sempat kami datangi untuk membandingkan rate. Akhirnya kami mendapatkan penginapan dengan harga Rp 200.000,- di Pondok Adi (normalnya Rp 350.000,-, kami dapat murah berkat hasil negosiasi yang gigih, hahaha), nama bungalow-nya "Cibuaya". Mini bungalow ini memiliki fasilitas 2 kamar tidur (4 bed), 1 kamar mandi, pantry kecil, dan ruang duduk + serambi. Saya menyarankan untuk menginap di Pondok Adi ini, walaupun tanpa AC, tapi kondisinya bersih & nyaman. Kamar mandinya baru! Hehehe... Dengan kilat, kami menaruh barang, ganti baju untuk kotor-kotoran, lalu langsung berangkat menuju Curug Cikaso.

Curug Cikaso
Air terjun yang tersembunyi di daerah lembah yang harus melewati sungai ini terletak 16 km dari Terminal Surade. Begitu sampai di Pos Wisata Curug Cikaso, kami menyewa sebuah perahu dengan harga Rp 50.000,- (normalnya Rp 60.000,-). Perahu ini berkapasitas 6 hingga 8 orang, sehingga termasuk relatif murah apabila dibagi 8 orang. Dari ujung sungai hingga ke Curug Cikaso hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.

Selama perjalanan, pandangan mata kami dimanjakan oleh pemandangan alam yang breathtaking. Apalagi setelah melihat Curug Cikaso-nya! Airnya jernih banget! Dan kita bisa bermain air di sini. Oia, tips saya : Kalo mau melewati batu-batu sungai, harus hati-hati karena licin oleh lumutnya, saya sendiri sempat terjatuh di sana, hahahaha... :D



Pemandangan di Curug Cikaso, karena sedang musim hujan jadi debit airnya lagi banyak, jadi air terjunnya deraaaasssss! (Dan bagus untuk difoto!) :D

Pantai Ujung Genteng
Setelah puas bermain di Curug Cikaso, kami kembali ke daerah penginapan untuk melihat sunset. Tidak lupa kami janjian dengan Erik untuk mengantar pulang ke Surade esok paginya. Sebenarnya kami juga meminta tolong Erik supaya ia juga mengantar kami ke Pantai Pangumbahan, tempat penangkaran penyu di Ujung Genteng, untuk malam itu. Tapi tak disangka-sangka... Erik tidak mau mengantar kami ke sana pada malam hari, alasannya : karena dia mau malam mingguan! Hahahahaha!!

Katanya, "Wah buat apa cari duit mulu Mbak... Masa' waktu malam minggu juga repot cari duit." Nice philosophy, though. Hidup tuh bukan hanya untuk cari uang, have fun juga perlu! :))

Pantai di depan penginapan. Air lautnya jernih banget!

Penangkaran Penyu Pangumbahan
Setelah puas foto-foto sunset & makan malam di warung kecil yang tampaknya sudah tutup (mie rebus+telur, hehe), kami mencari ojek untuk mengantar kami ke Pantai Pangumbahan. Setelah mencoba mencari & tidak menemukan calon ojek yang terlihat qualified (he-he), kami memutuskan untuk bertanya kepada manajemen Pondok Adi. Di sana kami baru mengetahui bahwa tiap penginapan memiliki langganan ojek-nya masing-masing. Tarifnya PP Rp 40.000,- per-orang. Saran saya : lebih baik meminta tolong dicarikan ojek oleh pemilik penginapan DARIPADA mencoba mencari ojek sendiri, haha~! :D


Suasana saat penyu bertelur,
penyunya cuma satu, yang nonton buanyaakkk...

(20:30) Akhirnya kami dijemput sekitar 8 malam oleh ojek-ers. Dari sana kami menuju Pantai Pangumbahan dengan melewati jalan-jalan kecil dan gelap. Kondisi yang gelap ini memang dibutuhkan untuk sebuah tempat penangkaran penyu. Karena (katanya) penyu yang akan bertelur apabila melihat cahaya, ia akan enggan untuk bertelur dan akan kembali ke laut. Makanya kondisi jalanan memang gelap dan tidak dipasangi lampu sama sekali. Kalau bukan ojek yang terbiasa, saya kira pasti kami sudah tersesat. Jadi, lagi-lagi saran saya, minta pesankan ojek dari penginapan Anda untuk melihat penyu bertelur.

Sekitar 5-10 menit kemudian kami sampai di tempat penangkaran tersebut. Kami melihat dan menyentuh beberapa anak penyu yang akan dilepas esok paginya (sekitar jam 5 subuh). Seingat saya, petugas di sana sempat memberitahu bahwa untuk melihat penyu yang bertelur diperlukan kesabaran & ketelatenan, karena jadwal penyu bertelur biasanya antara jam 8 hingga jam 4 pagi, tidak tentu. Kami beruntung akhirnya kami bisa melihat penyu bertelur sekitar jam 10 malam. Kesan kami saat itu hanya satu, GELAAAPPP. Mitra & mbak Lisa sampai menyahut, bener-bener kaya jalan di mimpi saking gelapnya!

Di tempat penangkaran terdapat 6 pos penjagaan. Kebetulan penyu yang sedang bertelur itu ada di Pos 6, pos terjauh. Pasir di pantai ini amat tebal & halus (karena gelap jadi saya hanya bisa mengira-ngira), berulangkali kami tersandung oleh cekungan-cekungan pasir yang cukup dalam. Kami tertawa-tawa hingga sakit perut saat salah seorang di antara kami tersandung, karena saat itu kami saling bergandengan tangan, takut terpisah! Jadinya begitu jatuh satu, jatuh semua! Hayyah! :D

Saya baru tahu, ternyata walaupun saat penyu INGIN bertelur harus memiliki kondisi pantai yang bebas cahaya, namun saat penyu SEDANG bertelur, ternyata kondisi seperti apapun tidak berpengaruh baginya. Oleh karena itu, saat penyu SEDANG bertelur adalah saat yang tepat untuk memotret sang ibu penyu. Pantai yang gelap kini mulai dihujani kilatan blitz dari kamera-kamera penonton. Serasa paparazzi...

Setelah puas memotret sang ibu penyu, kami kembali ke penginapan. Bersih-bersih kemudian beristirahat untuk melihat matahari terbit esok paginya.

Oia... saat itu budget kami sudah mulai menipis sehingga kami memasukkan Rp 100.000,- lagi per-orang sebagai deposit.


Hari ke-3,
Minggu 8 November 2009

(05:00) Setelah sholat, dan tanpa mandi (hehe), kami langsung berangkat mencari sunrise. Karena kami tidak tahu mau kemana, jadilah kami jalan menuju matahari tanpa tahu tujuan. Hehehe... Ternyata setelah berjalan kaki cukup jauh, kami menemukan TPI (Tempat Pelelangan Ikan), dan sebuah pantai yang luassss dengan matahari terbitnya. Dari kejauhan terlihat banyak fotografer yang mencoba menangkap keindahan sang matahari yang baru terbangun dari tidurnya (hahaha, corny banget bahasanya!) Yassu, kita ikut-ikutan foto-foto lagi deh, hehehe...

Menuju matahari terbit, di pantai samping
Tempat Pelelangan Ikan
(TPI)


Kendaraan kami selama di Ujung Genteng.
"Angkot Merah si Erik". :D


(07:00-08:30) Balik ke penginapan, beres-beres, dan jam setengah 9 ternyata Erik sudah menjemput. Kami sempat ke Villa Amanda Ratu sekalian mengantar klien barunya Erik, dan kami menemukan "Mini Tanah Lot"! Hehehe...


Mini Tanah Lot di Villa Amanda Ratu

Sekitar 15 menit bermain di sana, kami langsung bertolak ke Surade. Sampai jumpa lagi ya Erik! :D Benar-benar guide yang sangat membantu, hehehe... Dari Surade, kami naik ELF Surade-Bogor menuju Terminal Degung, dari sana kami berempat berpisah. Mitra & mbak Lisa naik bus yang ke Pulogadung, saya & Hanny naik bus yang ke Lebak Bulus.

(18:00) Saya & Hanny akhirnya tiba di Jakarta sekitar maghrib. Dan berpisah menuju rumah masing-masing dengan baterei yang FULL-CHARGED! Senangnya liburan!! :D

Ujung Genteng is superb! Kami tidak sempat ke beberapa spot wisata lainnya, tapi pengalaman kami benar-benar amat sangat seru dan menyenangkan. Hitung-hitung sebagai latihan untuk jadi budget backpacker yang handal! Haha! :D

Sebagai catatan, total pengeluaran semua-muanya (termasuk akomodasi, transportasi, dan makan) = Rp 291.000,- untuk 3 hari 2 malam.

+ + + + +

Catatan Tambahan

Ini beberapa referensi untuk jalan-jalan ke Ujung Genteng, dan telah membantu kami selama perjalanan ke sana:

http://www.globosapiens.net/travel-information/Sukabumi-2946.html
http://arie-yantea.blogspot.com/2009/06/easy-trip-to-ujung-genteng-day-1.html
http://arie-yantea.blogspot.com/2009/06/easy-trip-to-ujung-genteng-day-2.html
http://ayowisata.wordpress.com/2008/06/20/wisata-alam-pantai-ujung-genteng-sukabumi/
http://www.anakui.com/2008/10/12/ujung-genteng-pesona-yang-penuh-misteri/

Hope helps! :)

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting