Saturday, November 13, 2010

Macau - Hong Kong: Suasana Indonesia di Negara Seberang

"Mbak!"
"Mbak!"

Seruan itu membuat kami bertiga berpandang-pandangan heran, apa pendengaran kami yang salah? Kami kan lagi di negeri orang? Kok ada yang memanggil dengan menggunakan bahasa ibu kami?

Pertanyaan itu terjawab beberapa saat kemudian. Seorang wanita berperawakan kecil berwajah melayu melambaikan tangan ke arah kami. Rambutnya pendek cepak, terlihat tomboy, menggunakan jaket dan celana jeans, di tangannya terselip sebatang rokok. Dengan lincahnya ia menyeberangi jalan yang membatasi kami.

"Eh mbak, saya mau ke jalan ini, tau ngga mbak?" tanyanya dengan logat Jawa yang medok.

Oalah, ternyata orang Indonesia toh...


Dari percakapan kami selanjutnya, kami menemukan bahwa wanita tadi adalah seorang TKW yang baru saja bekerja di Macau selama sebulan. Itulah orang Indonesia pertama yang kami temui saat sedang menjelajah Macau dan Hong Kong selama lima hari bulan Mei lalu.

Memang, selama perjalanan menjelajah Macau dan Hong Kong lalu, kami seringkali berpapasan dengan TKW, baik di tram, di Victoria Park, di masjid besar Kowloon, maupun di sepanjang jalan besar yang kami lewati.

Benar deh, berada di kedua negara itu kadang serasa berjalan-jalan di negara sendiri, karena banyaknya wajah melayu yang familiar berseliweran. Rata-rata mereka juga gaya-gaya, terutama yang muda-muda, kami sebagai backpacker kadang jadi merasa kucel sendiri kalau sedang mengobrol dengan mereka, hehe!

Di Macau kami memang tidak menemukan restoran Indonesia, namun apabila Anda sempat bertandang ke Hong Kong, banyak sekali tempat berkumpul dan tempat makan yang bernuansa Indonesia. Di Hong Kong kami juga sering menemukan penanda (signage) dengan tiga bahasa: bahasa Kanton (?), bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia ini mungkin karena saking banyaknya orang Indonesia di negara ini. Yeah, bangga juga saya! Hehe!

Apabila Anda ingin bertemu dengan lebih banyak orang Indonesia di Hong Kong, pergilah ke Victoria Park pada saat hari libur atau akhir pekan. Seperti yang diceritakan dalam film "Minggu Pagi di Victoria Park" (2010) besutan Lola Amaria, di sinilah tempat para tenaga kerja asal Indonesia berkumpul dan menghabiskan waktu libur mereka.


Trailer "Minggu Pagi di Victoria Park" | sumber: sinnamonday

Victoria Park adalah sebuah taman kota seluas 4 hektar, terbesar di Hong Kong. Terletak di daerah Causeway Bay, bagian utara Hong Kong Island, taman kota ini merupakan sebuah ruang publik yang nyaman sebagai tempat berkumpul dan bersantai para warga kotanya. Taman kota yang luas ini dilengkapi beberapa fasilitas olahraga, seperti jogging track, lapangan basket, lapangan tennis, hingga lapangan sepakbola. Tempat bermain anak-anak pun disediakan di sini.





Sekilas suasana Victoria Park, Hong Kong.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010.


Bagi kami sendiri, Victoria Park adalah salah satu tempat favorit kami di Hong Kong. Kami beberapa kali membeli makan siang di Indo Market —sebuah toko yang menjual berbagai produk buatan Indonesia— yang lokasinya dekat dengan taman kota tersebut. Cukup merogoh kocek sebesar HK$12, Anda akan mendapatkan seporsi makan siang yang mengenyangkan dan berselera Indonesia, cocok untuk dinikmati dengan bersantai sambil memperhatikan aktivitas para warga kota di Victoria Park.




Makan siang kami yang dibeli di Indo Market. Supermarket ini menjual
berbagai produk
kebutuhan sehari-hari buatan Indonesia.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2010.

Cerita tentang maraknya TKW Indonesia di Hong Kong yang menyukai sesama jenis tampaknya benar dan telah menjadi pemandangan biasa di sini. Beberapa kali kami melihat dua orang wanita yang bertingkah laku seperti layaknya pasangan pria dan wanita, biasanya salah satunya bergaya kelaki-lakian.

Saat kami sedang berjalan-jalan di daerah Tsim Sha Sui di Kowloon Peninsula, salah satu teman saya dimintai tolong oleh seorang TKW yang bergaya boyish untuk mengambil gambar ia dan pasangannya —yang tampak lebih feminim— berpose di depan air mancur dekat Clock Tower, HK Cultural Center. Mereka juga tak tampak risih untuk memperlihatkan kemesraan di depan umum, dan saling berangkulan selayaknya pasangan pria dan wanita yang sedang dimadu cinta *halah*. Hehehe, pantesan dari jauh saya perhatikan teman saya yang mengenakan kerudung itu tampak salah tingkah saat mengambil gambar mereka.

Kehidupan TKW Indonesia di Hong Kong dikatakan terbilang cukup manusiawi dibandingkan pekerja di Malaysia dan Arab Saudi. Menurut beberapa sumber, mereka diberikan gaji yang cukup layak dan juga diberikan kebebasan untuk bersosialisasi, tidak hanya dikurung di dalam rumah seperti para TKW di negara tetangga.

Terlepas dari berbagai cerita yang meliputi sepak terjang para TKW di luar sana, saya sendiri merasa senang sekali melihat banyak saudara sekampung halaman di negara orang. Kesannya seperti berpetualang di negara orang bareng-bareng banyak teman. Bangga pula melihat mereka, di balik keceriaan, dandanan yang modis, dan sikap optimis mereka, saya menghargai perjuangan dan kerja keras mereka di negara orang demi memberi makan keluarga di rumah.


Catatan Penulis:
Ngomong-ngomong, kalau ada yang punya DVD "Minggu Pagi di Victoria Park", saya pinjem dong! Katanya bagus, jadi penasaran saya...

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting