Showing posts with label ~VIETNAM. Show all posts
Showing posts with label ~VIETNAM. Show all posts

Thursday, June 10, 2010

Menikmati Berjalan Kaki di Ho Chi Minh City, Vietnam

Ini perjalanan backpacking pertama saya dan dua orang teman saya ke Ho Chi Minh City (HCMC) --yang juga terkenal dengan nama Saigon-- di Vietnam. Perjalanan singkat 3 hari 2 malam. Kami hanya memiliki waktu satu hari penuh untuk berkeliling kota karena mepetnya jadwal penerbangan, namun perjalanan ini justru menjadi amat berkesan bagi kami.

Kami menjejakkan kaki di Tan Son Nhat Airport menjelang tengah malam. Saat kami melewati bagian imigrasi, terlihat sekelompok petugas yang sedang menonton siaran televisi dengan serius, dan tiba-tiba mereka sontak bersorak sorai, suaranya membahana di dalam bandara. Kami bertanya-tanya dalam hati, sedang nonton apa ya mereka? Dari gelagat mereka, tampaknya mereka sedang menonton sepakbola. Pertanyaan itu terjawab tak lama kemudian.


Tan Son Nhat International Airport at night.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Karena hari sudah malam dan gelap, tujuan kami saat itu hanya satu, yakni sampai dengan aman dan selamat ke daerah hostel yang telah kami booking tiga bulan sebelumnya. Kendala bahasa sempat menjadi masalah saat kami berusaha menjelaskan tujuan kami ke daerah hostel kami di District 1, Pham Ngu Lao street.

Sayang, taksi pertama yang kami datangi di antrian bandara meminta tarif yang tidak masuk di akal.

“Twenty dollars, twenty dollars, twenty dollars!” seru sopir taksi itu sambil menunjuk kami bertiga satu-persatu. Total 60 dollar buat tiga orang??? Maaf, terimakasih. :(

Alasan yang dikemukakan adalah karena ternyata malam itu ada pertandingan SEA Games antara Vietnam vs. Singapore --ohhh pantes tadi rame banget di dalem imigrasi--, makanya jarang ada taksi yang beroperasi di bandara pada malam itu. Hmmm… Tak percaya dan tak ingin menyerah dengan keadaan, kami memutuskan untuk keluar dari area bandara untuk mencari taksi.

Ealahhh... Ternyata benar, masih banyak taksi-taksi yang masih beroperasi di luar bandara.

Saya memperhatikan bahwa taksi di Vietnam ternyata ada dua macam, yakni taksi berupa minibus dan taksi berupa sedan. Tentunya taksi berupa minibus yang berkapasitas delapan orang men-charge lebih mahal daripada taksi berupa sedan yang hanya berkapasitas maksimal lima orang. Kami akhirnya berhasil mendapatkan sebuah minibus taksi.

Merayakan Kemenangan Vietnam vs Singapore di Jalanan

Di dalam minibus taksi itu, kami terheran-heran karena jalanan di luar tampak meriah dengan warna merah-kuning, warna bendera kebangsaan Vietnam. Jalanan seperti tertutup oleh lautan sepeda motor dengan penumpang yang mengacung-acungkan bendera kebangsaan mereka. Terheran-heran, salah seorang teman saya pun bertanya pada sang pengemudi. Dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah pengemudi taksi tersebut berusaha menjelaskan dengan antusias.

Rupanya saat kami berada di area imigrasi, disiarkan pertandingan sepakbola antara Vietnam vs. Singapore pada SEA Games 2009. Dan Vietnam meraih kemenangan dengan skor 4-1 terhadap Singapore! Kemenangan pertama bagi Vietnam, tak heran betapa mereka antusias menyambut kemenangan tersebut.


Citizen's euphoria after Vietnam win over Singapore
in SEA Games 2009 : 4-1. So excited!

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Euforia para penduduk HCMC mewarnai jalanan pada malam itu, tak pelak kami pun terikut bersemangat menikmati pemandangan tak biasa tersebut.

Tak lama taksi kami sampai di tempat tujuan kami di Pham Ngu Lao street. Sebentar kemudian, kami berhasil menemukan hostel kami yang terletak di sebuah gang kecil. Untuk tarif $24 untuk triple bed, dengan fasilitas kamar mandi dalam, TV, kulkas kecil, dan AC, hostel bernama Ngoc Linh Hotel ini termasuk hostel yang saya rekomendasikan. Stafnya sangat bersahabat dan helpful, dan fasilitas yang dimiliki cukup bagus bagi standar backpacker karena ternyata ini hotel bintang 1!

Setelah beres-beres, kami pun beristirahat menyiapkan tenaga untuk besok berjalan-jalan keliling HCMC. Lebih tepatnya, berjalan-jalan mengelilingi District 1.

Berkeliling HCMC Seharian Penuh dengan Berjalan Kaki
Tepat di ujung depan gang tempat hostel kami berada, ada sebuah taman kota yang menarik. Kami baru sadar, ternyata di Vietnam itu taman-taman kotanya sangat terawat dan aktif sebagai ruang publik. Pagi hari itu, terlihat banyak warga kota yang melakukan aktivitasnya di taman kota, ada yang berkumpul untuk menari bersama, berolahraga, bercengkerama, maupun hanya duduk-duduk menikmati pemandangan kota. Padahal hari itu bukan hari libur, betapa tampak mereka sangat menikmati dan menggunakan waktu santai mereka dengan menyenangkan.


Activities in public park, in front of our hotel's alley.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Setelah melihat dan mempelajari peta gratis yang kami ambil dari bandara, tujuan kami hari itu adalah mengunjungi Ben Thanh Market, Reunification Palace, War Remnants Museum, Notre Dame Cathedral, Opera Building, dan Saigon River. Di peta terlihat bahwa semua destinasi ini dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

Satu hal yang saya perhatikan saat berjalan-jalan di HCMC adalah jalur pedestrian yang sangat nyaman dan bersih. Ke mana-mana enak buat berjalan kaki, seperti kota-kota di Eropa. HCMC memang dahulunya adalah kota bekas jajahan Perancis dan sempat dikelola langsung oleh pemerintah Perancis selama nyaris 1 abad (ralat saya ya kalau saya salah-red).

Kota ini juga terkenal dengan sebutan city of motorbikes, selama kami menyebrang jalan harus berhati-hati dan melihat ke kiri-kanan dengan waspada, karena motor tidak dapat diperkirakan muncul dari mana saja.

Left side of Ben Thanh Market.Persinggahan pertama kami adalah Ben Thanh Market. Uniknya, Ben Thanh Market ini punya dua area belanja, satu tempat fixed price yang barang-barangnya tidak bisa ditawar, dan satu lagi tempat yang barang-barangnya bisa ditawar. Saran saya, lebih baik masuk agak ke dalam untuk mendapatkan harga murah karena daerah dekat pintu masuk biasanya adalah daerah yang fixed price.

Tips: Ternyata Vietnam adalah negara pengekspor kopi terbesar kedua setelah Brazil. Jadi tips bagi para pecinta kopi, jangan lupa untuk membeli oleh-oleh kopi di pasar ini, yang katanya sih lebih murah dibeli di sini dibandingkan beli di tempat lain. Sayang waktu itu kami tidak membeli kopi karena belum tahu tentang informasi ini.

Kemudian kami berjalan ke Reunification Palace, tempat bersejarah yang berperan dalam kemerdekaan Vietnam. Saat menuju Reunification Palace ini, kami baru tahu bahwa cara pedagang kaki lima di Vietnam dalam mengundang calon pembelinya adalah dengan melambai-lambaikan tangan sambil tersenyum lebar. Tadinya kami heran, kenapa dari jauh kami dipanggil-panggil oleh seorang pedagang muda yang tampak menjajakan kelapa muda. Karena begitu herannya, kami bergegas ke arahnya dengan bingung, eehhh ternyata kemudian kami ditawari minuman kelapa muda toh... Hahaha, ramah sekali orang-orang di sini. :))

Dari Reunification Palace, kami beralih ke War Remnants Museum, bangunan ini adalah museum dokumentasi perang Vietnam, semua dokumentasi berupa foto dan sejarah perang Vietnam dipaparkan secara brutal di sini. Sampai merinding kami dibuatnya... Karena itu kami tidak berlama-lam di museum ini dan melanjutkan perjalanan kami ke Notre Dame Cathedral. Di depan katedral ini terdapat taman kota untuk mengaso sebentar, di sini kami melihat ada pasangan yang sedang foto pre-wedding. Saat itu perut kami rupanya telah berontak untuk minta diisi, oleh karena itu kami memutuskan untuk makan siang roti, abon, dan nori bekal kami di taman tersebut.


Notre Dame Cathedral in HCMC, city of motorbikes.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Opera Building dan Post Office, di daerah ini ada pula sekelompok grup yang sedang melaksanakan syuting film, lengkap dengan sutradara dan kameranya. Benar-benar kota yang menarik, di mana-mana terlihat penduduk yang sedang mendokumentasikan spot-spot tertentu.

Walk, walk, walk, through Đồng Khởi street to Saigon River!Dari sana lalu kami jalan jauuuhhh menyusuri Dong Khoi St. untuk mencapai Saigon River. Namun sampai di Saigon River kami hanya duduk di halte untuk beristirahat sebentar, lalu mencari jalan pulang. Jalan kaki lagi deh sampai ke hostel.

Serasa belum puas berberlanja oleh-oleh, pada malam hari kami menuju pasar malam yang berada di depan Ben Thanh Market. Di sana kami belanja beberapa oleh-oleh. Setelah belanja dan mengisi perut di sebuah warung di sana, kami lalu pulang ke hostel. Agar tidak tertinggal pesawat, malam itu kami memesan taksi lewat hostel untuk berangkat pagi-pagi ke bandara.

HCMC, Kota yang Ramah Bagi Pejalan Kaki
Sampai hari ini, HCMC masih menjadi salah satu kota favorit yang pernah saya datangi. Orang-orangnya ramah, semua destinasi tampak mudah dicapai dengan berjalan kaki, ruang kotanya tertata rapi dan enak buat jalan-jalan, dan banyak PKL yang berjualan cemilan di tengah kota! Menyenangkan buat saya karena saya suka ngemil, hehehe... :9

Semoga lain kali saya berkesempatan untuk berkunjung ke sana lagi.

+ + + + +

Artikel Terkait

Friday, March 19, 2010

Photo(s) : Ho Chi Minh City in Walking Distance

Foto oleh : Herajeng Gustiayu


Twilight Saga : Trang Non. :)
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Safe & convenient pedestrian walk in HCMC.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Inside Ben Thanh Market.
Trivia: There are two ways to buy souvenirs, (1) in "Fixed Price" alleys, located nearest from entrances : for people that can not bargain & (2) if you go deeper inside, that's the place for bargain hunter! Cheaper for sure! -- You choose. :D
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Night Market outside Ben Thanh Market.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


"Sepak Takraw" ala Vietnam.
Pada malam hari banyak yang main ini di taman kota,
tua-muda semuanya ada. Bolanya mirip kok bulutangkis!
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Monday, March 15, 2010

Review Akomodasi : Ho Chi Minh City, Vietnam

Ho Chi Minh City atau yang lebih dikenal dengan sebutan Saigon, adalah kota terbesar di Vietnam. Kota bekas jajahan Perancis ini masih memiliki ciri khas jalanan di Paris dengan trotoar untuk pedestrian yang lebar nan nyaman.

Saigon terbagi menjadi 24 wilayah administratif, namun pada umumnya destinasi para turis akan tertuju ke District 1. District 1 merupakan daerah pusat pergerakan finansial, perdagangan, dan administrasi.

Walaupun sebagian besar hotel bintang 5 dan restoran mahal berpusat di daerah ini, namun area backpacker pun tersedia di District 1, yakni di persimpangan jalan Pham Ngu Lao St. dan De Tham St.

Di bawah ini adalah salah satu opsi penginapan yang pernah kami inapi di Pham Ngu Lao St. :

Ngoc Linh Hotel
283/21 Pham Ngu Lao Street, District 1, Ho Chi Minh City, Vietnam

Pertamanya kami mencoba booking Ngoc Linh Hotel lewat hostelworld, namun ternyata lebih murah apabila kita langsung booking melalui website mereka, www.ngoclinhhotel.com

Saat memperhatikan lobby-nya, kami baru menyadari ternyata Ngoc Linh ini adalah hotel bintang 1! Walaupun lokasinya agak masuk-masuk ke gang gitu, tapi fasilitasnya benar-benar tidak mengecewakan untuk turis backpacker, murmer tapi bagus!

Cheap, clean, and friendly staff. Highly recommended. :)
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Kamar: 3 bed, private, ensuite (kamar mandi dalam).
Rate: $24 for 3 people/days
Fasilitas:
- Air conditioner (DAN) kipas angin,
- TV dengan saluran kabel,
- Kulkas mini,
- Lemari,
- Kamar mandi dalam (wastafel, kloset, bathtub+shower, air panas),
- Ada 1 komputer di lobby dengan akses internet (terbatas dari jam 7 pagi sampai 10 malam, kalau tidak salah...)
- 24 hour reception.

Ada satu lagi kekurangan dari hotel ini, ngga ada lift! Kami rada ngos-ngosan juga karena kamar kami ada di lantai 4, hehehe tapi gpp, kan masih muda ini... :D Apalagi fasilitasnya lumayan lengkap. Sebagai backpacker, hotel ini benar-benar memanjakan kami, hehehe... Staff-nya juga baik-baik dan sangat membantu.

Yap. Sejauh ini sih Ngoc Linh Hotel masih merupakan salah satu penginapan favorit kami. Two thumbs up. :)


Book Hostels Online Now
---

Thursday, March 4, 2010

Enak Ngga Enaknya Traveling

Setelah tiga bulan berkutat mengulik mainan baru, yakni blog The Backpacker's Notes ini, tempat para backpacker berbagi cerita, dengan ini saya meresmikan travel blog ini:

*drum rolls, please*

What a day!
Image taken from sxc.hu

The Backpacker's Notes
http://backpacker-notes.blogspot.com
Travel on a Shoestring | explore the world, meet new people, visit new cultures, and see global wonders (on a budget!)


Terimakasih untuk para kontributor yang hobi jalan-jalan (dengan biaya terbatas) atas bagi-bagi infonya:
- Dhitta Puti Sarasvati
- Hanny Musytika
- Ronggo Ahmad Wikanswasto
- Dibya Kusyala
- Sasmaya Suliztiarto
- Anto Lucu
- Juningsih Anggraeni
- Anida Dyah Pratiwi
- Listya Reina Karyadi
- Wenny Rosliana
- Arlinda Wibiayu

Thanks guys! Sering-sering ngasi kontribusi ya! Hehehe... :)

Enak Ngga Enaknya Traveling
Seperti yang sering saya bahas dengan teman-teman lain yang juga hobi jalan-jalan, terkadang dalam traveling tidak semua hal berlangsung lancar dan menyenangkan, hal ini menimbulkan pertanyaan di kepala saya dan ingin saya tanyakan kepada para traveler.

Pertama adalah:
Apa sih yang Anda sukai dari kegiatan traveling?

Bersantai-santai + dimanjakan di hotel tanpa gangguan pekerjaan? Melihat/memotret tempat-tempat yang unik & indah? Keinginan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang baru? Melihat budaya & cara hidup yang berbeda? Atau apa?

Lalu pertanyaan kedua:
Apa yang akan Anda lakukan apabila ternyata Anda tidak menemukan apa yang Anda cari (jawaban dari pertanyaan pertama) di tempat tujuan?

Saya sendiri, yang saya sukai dari jalan-jalan ke suatu tempat baru adalah unsur petualangannya. Facing the unknown.

Rasanya seru waktu menuju suatu tempat dengan bertanya-tanya, apakah saya akan tiba di sana dengan lancar tanpa halangan yang berarti? Apakah nanti saya bisa mengatasi halangan-halangan yang muncul di jalan? Apa yang akan saya lihat di sana nanti? Siapa sajakah yang akan saya temui di sana? Hal-hal baru apa sajakah yang menanti saya di sana? Dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang berkecamuk di pikiran.

Baru-baru ini saya membaca artikel menarik berjudul "Sindrom Paris: Menghadapi Gegar Budaya, Merubah Persepsi Wisata" oleh Ambar Briastuti, salah satu pendiri indobackpacker.com.

Artikelnya membuat kita berpikir kembali tentang "Apa yang saya harapkan dari traveling?" dan "Mengapa saya traveling?"

Terkadang kita memiliki ekspektasi yang berlebih terhadap suatu tempat, sehingga menjadi kecewa apabila apa yang kita temui ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
"... Sebuah tips yang menarik dari Oggi Gunadi agar tidak terlalu kecewa jika ekpektasi tidak seperti yang diharapkan. Yakni “mengubah konsep TRAVELLING menjadi DISCOVERING dan EKSPLORING…” dengan membuat perjalanan sebagai sebuah tantangan. Seperti yang disampaikan Alain de Botton dalam bukunya The Art of Travel. “Not where we travel, but why we travel.” ..."
Wah saya setuju sekali.

Sebagai contoh kasus, meskipun perjalanan backpacking pertama saya dan dua orang teman ke empat negara Desember 2009 kemarin tidak sepenuhnya sempurna, namun untungnya kami bertiga dapat mengatasi halangan-halangan tersebut.

Tips-nya : Pokoknya semua dibawa fun aja! Keep it easy. :)

Bila diingat-ingat lagi, banyak kejadian lucu saat kami bertiga backpacking:

"Pintu keluar yang di sana itu lho..."
Di Singapore, saat kami berjalan-jalan & berbelanja di Mustafa Center, kami terpisah dengan seorang teman akibat miskomunikasi. Apalagi waktu itu hanya HP saya yang berfungsi, kedua HP teman saya tidak dapat digunakan.

Nyaris lewat dari 1 jam kami berputar-putar di Mustafa Center, saling mencari dengan tubuh lelah & pikiran kusut. Untung saja akhirnya kami ketemu juga! Ternyataaaa... titik pertemuan yang kami sepakati berbeda! Astagaaa, pantes aja ngga ketemu-ketemu, hehehehe...

Waktu di depan Mustafa sih kita bertiga ngomel-ngomel, kenapa gini kenapa gitu, apalagi ditambah dengan tubuh lelah & pikiran kusut. Namun begitu sampai di hostel dan selesai bebersih, setelah kami reka ulang kejadian yang baru saja terjadi itu, kami bertiga akhirnya tertawa terbahak-bahak. Astaga, bisa-bisanya miskom... Hehehe...
Moral of the story:
Kalau tidak ada alat komunikasi, lain kali lokasi janjian harus bener-bener harus ditunjuk, hindari janjian dengan ngomong doang, "Eh gw tunggu di depan pintu keluar ya!" -- Padahal pintu keluar ada tiga bijiiii!! :))

Tragedi di Dalam Bus Menuju Melaka

Saat di Malaysia, di Puduraya Bus Station, karena banyaknya loket bus, kami sempat salah memilih bus. Bus yang mengantar kami ke Melaka ternyata bukan bus yang direkomendasikan orang-orang. Jam keberangkatan bus kami delay sekitar satu jam, karena ternyata bus ini prinsipnya "baru jalan kalau kursi penumpang sudah terisi semua". Waktu tempuh yang seharusnya bisa cuma 2 jam, ditempuh selama 3 jam karena rute bus-nya berputar-putar dahulu untuk mencari & menurunkan penumpang.

Daaannn, sopir bus kami GALAK banget! Aih!

Sebelum berangkat saja dia sudah membentak-bentak, "Siapa ini yang bawa durian??? Turunin! Bisa-bisa seperjalanan kita semua mabok!" Lalu ada seorang turis wanita, sepertinya dari Chinese, yang dibentak-bentak dengan kasar di hadapan penumpang lainnya karena meludah di tempat sampah bus. "Kamu pikir saya pembantu kamu?!?!? Kamu pikir siapa yang mau bersihin ludah kamu??? SANA, turun kamu sekarang! Bersihin dulu nih tempat sampah!" sambil menunjuk-nunjuk ke turis tersebut. Ironisnya, sepertinya turis itu tidak mengerti apa yang si sopir itu bicarakan, tapi pasti mengerti kalau dia sedang dimarahi...
Moral of the story:
Lain kali kalau naik bus, pilih operator bus yang direkomendasikan orang-orang, namanya Transnasional. Lebih terjamin, hehehe...

"Twenty dollars, twenty dollars, twenty dollars!"

Lain lagi saat di Vietnam, kami nyaris ditipu tukang taksi. Berhubung saat kami tiba di bandara internasional Tan Son Nhat sudah malam, dan malam itu ternyata ada pertandingan sepakbola antara Vietnam & Singapura dengan kemenangan Vietnam 4-1 terhadap Singapura, dapat dipastikan bahwa jalanan Ho Chi Minh City (atau yang lebih akrab disebut Saigon) penuh dengan supporter yang sedang ber-euforia.

Hal ini menyebabkan kami kesulitan mendapatkan taksi di bandara. Sebuah taksi di pool bandara yang kami datangi dengan gampangnya men-charge kami $20/org, alasannya karena semua taksi sedang dipakai dan terjebak macet di jalan. Untung kami tidak setuju, kami memutuskan untuk langsung keluar bandara (untungnya bandara internasional ini terletak di dalam kota), dan mencari taksi di luar bandara. Ternyataaa, masih banyak taksi yang beroperasi. Dasar.
Moral of the story:
Lebih baik bercapek-capek jalan keluar bandara dulu sebelum mencari taksi. Harganya lebih rasional. Cari taksi yang menggunakan argo (tanyakan langsung ke pengemudinya). Ada 2 jenis taksi di Saigon, berbentuk mini bus dan sedan. Yang mini bus memang argonya lebih mahal, tapi muat buat banyak orang, cocok buat rombongan. Kalau patungan bayar biaya taksi, jatuhnya pasti lebih murah.

Perjalanan Sebagai Tantangan

Dari pengalaman-pengalaman tadi, saya malah menyimpulkan bahwa justru hal-hal kecil yang tadinya menyebalkan akan menjadi cerita menarik di kemudian hari, dan saat ini justru membuat kami tertawa-tawa jika mengingatnya kembali.

Maka, pertanyaan terakhir sebagai penutup tulisan ini adalah:
Apa tujuan utama Anda melakukan kegiatan traveling?

Kalau saya, alasan utama saya backpacking sebenarnya sederhana, melatih diri saya agar bisa lebih mandiri & adaptif terhadap perubahan, dengan cara yang menyenangkan alias jalan-jalan. Seperti kata pasangan suami istri penulis, Adhitya Mulya dan Ninit Yunita : "...traveling adalah membeli pengalaman."

Dengan suksesnya kami menyelesaikan berbagai macam persoalan saat di perjalanan, hanya dengan bergantung kepada teman seperjalanan (atau mengandalkan diri sendiri, apabila Anda seorang solo traveler), secara tidak langsung kami merasakan adanya proses pendewasaan yang tumbuh di diri kami.

Benar seperti kata artikel tersebut, buatlah perjalanan Anda sebagai tantangan.

Kalau Anda, tujuan Anda traveling apa?

+ + + + +

Referensi
- Ambar Briastuti - "Sindrom Paris: Menghadapi Gegar Budaya, Merubah Persepsi Wisata"
- Her World - "Life is Beautiful Around the World"

Monday, December 28, 2009

4 Countries in 10 Days - SE Asia Backpacking Trip

So many photos taken last week.
So many wonderful memories attached in our hearts.
Now it's time to sit down and share the stories...


4 countries in 10 days - More photos to come! :)
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Last week (10-19 December 2009) was a great holiday, our escape from daily routine, for me & my highschool mates.

The routes are: Jakarta - Singapore - Kuala Lumpur - Ho Chi Minh - Bangkok - Jakarta

Three of us had so many experiences during our backpacking trip through 4 countries for 10 days, and we only spend $300 for this trip! We proved the theory of "travelling can be cheap but still fun!" :)

In Singapore, we had wonderful time with my colleagues in Singapore & I’d love to meet them again some day, they are so nice! :D We visited a lot of tourist attractions, a big thank you for my super-duper kind boss!

In Malaysia, we visited Malacca (2 hours from KL) with my friend who stay in Kuantan as lecturer. He took 4 hours to get into KL from Kuantan only for guiding us to get to Malacca, wahhh it's so very nice of you Dib! Thanks a lot yah! :D After sightseeing in Malacca, we almost can not go back to KL, because we can not get the return tickets! All already sold out! Luckily, then we found 4 tickets to KL. It was an adventurous trip, I think, hehehe…

In Vietnam, because all tourist spots are in walking distance, we can just go walk-walk-walk, from our hostel (in Pham Ngu Lao, District 1) to Saigon River. The pedestrian way is so convenient so we really enjoy our walking around Ho Chi Minch. :D The first night when we just arrived in Ho Chi Minh also so memorable, it's turns out that night Vietnam win over Singapore in SEA Games 2009, so the main roads was full with Vietnam supporters with their euphoria. All we can see in minibus taxi was just Red & Yellow, which are the colours of Vietnam's flag.

In Thailand, we met a lot of inspiring backpackers who stay in our hostel. (It’s a backpacker hostel named “Suk11”, located in Sukhumvit, Bangkok).

We met Simon from Germany, who had been travelling around SE Asia in 2 months after he graduated from university (and he will start working in January 2010~ Goodluck Simon!). We met Per & Louise from Norway, a nice couple who when in their retired time, they decided to go travelling around the world (now they are in Koh Samet, enjoying the beach & the sun!). We met Fritz from California, who lose his job in Dubai 1 years ago and then he spend his time to go travelling and see the world, he also had visited the east side of Indonesia! We also met Hilde from Brussel, we shared taxi to go to the airport. She need to find bananas as souvenir for her friends in Brussel. But the clock is ticking, and we need to go to the airport fast! Thank God then we found the bananas in a hawker stall when we're in our way to the airport. Hahaha it's so memorable & funny. :)) They are so inspiring, and I like the way they enjoy their life.

We also visit old city Ayutthaya, 2 hours from Bangkok. And in Bangkok, we tried almost ALL public transports, Bangkok have excellent public transport systems so it’s almost impossible to be lost in this big city. :)

As my friend said, "Travelling is good for ur soul."
And now it seems like we addicted to it. :D

+ + + + +

More stories in Bahasa Indonesia* will coming soon.
Thanks for reading! :)

*My grammar skill is terrible, thus I'd prefer to write the details in Bahasa, haha~! :D


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting