Thursday, June 10, 2010

Menikmati Berjalan Kaki di Ho Chi Minh City, Vietnam

Ini perjalanan backpacking pertama saya dan dua orang teman saya ke Ho Chi Minh City (HCMC) --yang juga terkenal dengan nama Saigon-- di Vietnam. Perjalanan singkat 3 hari 2 malam. Kami hanya memiliki waktu satu hari penuh untuk berkeliling kota karena mepetnya jadwal penerbangan, namun perjalanan ini justru menjadi amat berkesan bagi kami.

Kami menjejakkan kaki di Tan Son Nhat Airport menjelang tengah malam. Saat kami melewati bagian imigrasi, terlihat sekelompok petugas yang sedang menonton siaran televisi dengan serius, dan tiba-tiba mereka sontak bersorak sorai, suaranya membahana di dalam bandara. Kami bertanya-tanya dalam hati, sedang nonton apa ya mereka? Dari gelagat mereka, tampaknya mereka sedang menonton sepakbola. Pertanyaan itu terjawab tak lama kemudian.


Tan Son Nhat International Airport at night.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Karena hari sudah malam dan gelap, tujuan kami saat itu hanya satu, yakni sampai dengan aman dan selamat ke daerah hostel yang telah kami booking tiga bulan sebelumnya. Kendala bahasa sempat menjadi masalah saat kami berusaha menjelaskan tujuan kami ke daerah hostel kami di District 1, Pham Ngu Lao street.

Sayang, taksi pertama yang kami datangi di antrian bandara meminta tarif yang tidak masuk di akal.

“Twenty dollars, twenty dollars, twenty dollars!” seru sopir taksi itu sambil menunjuk kami bertiga satu-persatu. Total 60 dollar buat tiga orang??? Maaf, terimakasih. :(

Alasan yang dikemukakan adalah karena ternyata malam itu ada pertandingan SEA Games antara Vietnam vs. Singapore --ohhh pantes tadi rame banget di dalem imigrasi--, makanya jarang ada taksi yang beroperasi di bandara pada malam itu. Hmmm… Tak percaya dan tak ingin menyerah dengan keadaan, kami memutuskan untuk keluar dari area bandara untuk mencari taksi.

Ealahhh... Ternyata benar, masih banyak taksi-taksi yang masih beroperasi di luar bandara.

Saya memperhatikan bahwa taksi di Vietnam ternyata ada dua macam, yakni taksi berupa minibus dan taksi berupa sedan. Tentunya taksi berupa minibus yang berkapasitas delapan orang men-charge lebih mahal daripada taksi berupa sedan yang hanya berkapasitas maksimal lima orang. Kami akhirnya berhasil mendapatkan sebuah minibus taksi.

Merayakan Kemenangan Vietnam vs Singapore di Jalanan

Di dalam minibus taksi itu, kami terheran-heran karena jalanan di luar tampak meriah dengan warna merah-kuning, warna bendera kebangsaan Vietnam. Jalanan seperti tertutup oleh lautan sepeda motor dengan penumpang yang mengacung-acungkan bendera kebangsaan mereka. Terheran-heran, salah seorang teman saya pun bertanya pada sang pengemudi. Dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah pengemudi taksi tersebut berusaha menjelaskan dengan antusias.

Rupanya saat kami berada di area imigrasi, disiarkan pertandingan sepakbola antara Vietnam vs. Singapore pada SEA Games 2009. Dan Vietnam meraih kemenangan dengan skor 4-1 terhadap Singapore! Kemenangan pertama bagi Vietnam, tak heran betapa mereka antusias menyambut kemenangan tersebut.


Citizen's euphoria after Vietnam win over Singapore
in SEA Games 2009 : 4-1. So excited!

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Euforia para penduduk HCMC mewarnai jalanan pada malam itu, tak pelak kami pun terikut bersemangat menikmati pemandangan tak biasa tersebut.

Tak lama taksi kami sampai di tempat tujuan kami di Pham Ngu Lao street. Sebentar kemudian, kami berhasil menemukan hostel kami yang terletak di sebuah gang kecil. Untuk tarif $24 untuk triple bed, dengan fasilitas kamar mandi dalam, TV, kulkas kecil, dan AC, hostel bernama Ngoc Linh Hotel ini termasuk hostel yang saya rekomendasikan. Stafnya sangat bersahabat dan helpful, dan fasilitas yang dimiliki cukup bagus bagi standar backpacker karena ternyata ini hotel bintang 1!

Setelah beres-beres, kami pun beristirahat menyiapkan tenaga untuk besok berjalan-jalan keliling HCMC. Lebih tepatnya, berjalan-jalan mengelilingi District 1.

Berkeliling HCMC Seharian Penuh dengan Berjalan Kaki
Tepat di ujung depan gang tempat hostel kami berada, ada sebuah taman kota yang menarik. Kami baru sadar, ternyata di Vietnam itu taman-taman kotanya sangat terawat dan aktif sebagai ruang publik. Pagi hari itu, terlihat banyak warga kota yang melakukan aktivitasnya di taman kota, ada yang berkumpul untuk menari bersama, berolahraga, bercengkerama, maupun hanya duduk-duduk menikmati pemandangan kota. Padahal hari itu bukan hari libur, betapa tampak mereka sangat menikmati dan menggunakan waktu santai mereka dengan menyenangkan.


Activities in public park, in front of our hotel's alley.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Setelah melihat dan mempelajari peta gratis yang kami ambil dari bandara, tujuan kami hari itu adalah mengunjungi Ben Thanh Market, Reunification Palace, War Remnants Museum, Notre Dame Cathedral, Opera Building, dan Saigon River. Di peta terlihat bahwa semua destinasi ini dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

Satu hal yang saya perhatikan saat berjalan-jalan di HCMC adalah jalur pedestrian yang sangat nyaman dan bersih. Ke mana-mana enak buat berjalan kaki, seperti kota-kota di Eropa. HCMC memang dahulunya adalah kota bekas jajahan Perancis dan sempat dikelola langsung oleh pemerintah Perancis selama nyaris 1 abad (ralat saya ya kalau saya salah-red).

Kota ini juga terkenal dengan sebutan city of motorbikes, selama kami menyebrang jalan harus berhati-hati dan melihat ke kiri-kanan dengan waspada, karena motor tidak dapat diperkirakan muncul dari mana saja.

Left side of Ben Thanh Market.Persinggahan pertama kami adalah Ben Thanh Market. Uniknya, Ben Thanh Market ini punya dua area belanja, satu tempat fixed price yang barang-barangnya tidak bisa ditawar, dan satu lagi tempat yang barang-barangnya bisa ditawar. Saran saya, lebih baik masuk agak ke dalam untuk mendapatkan harga murah karena daerah dekat pintu masuk biasanya adalah daerah yang fixed price.

Tips: Ternyata Vietnam adalah negara pengekspor kopi terbesar kedua setelah Brazil. Jadi tips bagi para pecinta kopi, jangan lupa untuk membeli oleh-oleh kopi di pasar ini, yang katanya sih lebih murah dibeli di sini dibandingkan beli di tempat lain. Sayang waktu itu kami tidak membeli kopi karena belum tahu tentang informasi ini.

Kemudian kami berjalan ke Reunification Palace, tempat bersejarah yang berperan dalam kemerdekaan Vietnam. Saat menuju Reunification Palace ini, kami baru tahu bahwa cara pedagang kaki lima di Vietnam dalam mengundang calon pembelinya adalah dengan melambai-lambaikan tangan sambil tersenyum lebar. Tadinya kami heran, kenapa dari jauh kami dipanggil-panggil oleh seorang pedagang muda yang tampak menjajakan kelapa muda. Karena begitu herannya, kami bergegas ke arahnya dengan bingung, eehhh ternyata kemudian kami ditawari minuman kelapa muda toh... Hahaha, ramah sekali orang-orang di sini. :))

Dari Reunification Palace, kami beralih ke War Remnants Museum, bangunan ini adalah museum dokumentasi perang Vietnam, semua dokumentasi berupa foto dan sejarah perang Vietnam dipaparkan secara brutal di sini. Sampai merinding kami dibuatnya... Karena itu kami tidak berlama-lam di museum ini dan melanjutkan perjalanan kami ke Notre Dame Cathedral. Di depan katedral ini terdapat taman kota untuk mengaso sebentar, di sini kami melihat ada pasangan yang sedang foto pre-wedding. Saat itu perut kami rupanya telah berontak untuk minta diisi, oleh karena itu kami memutuskan untuk makan siang roti, abon, dan nori bekal kami di taman tersebut.


Notre Dame Cathedral in HCMC, city of motorbikes.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Opera Building dan Post Office, di daerah ini ada pula sekelompok grup yang sedang melaksanakan syuting film, lengkap dengan sutradara dan kameranya. Benar-benar kota yang menarik, di mana-mana terlihat penduduk yang sedang mendokumentasikan spot-spot tertentu.

Walk, walk, walk, through Đồng Khởi street to Saigon River!Dari sana lalu kami jalan jauuuhhh menyusuri Dong Khoi St. untuk mencapai Saigon River. Namun sampai di Saigon River kami hanya duduk di halte untuk beristirahat sebentar, lalu mencari jalan pulang. Jalan kaki lagi deh sampai ke hostel.

Serasa belum puas berberlanja oleh-oleh, pada malam hari kami menuju pasar malam yang berada di depan Ben Thanh Market. Di sana kami belanja beberapa oleh-oleh. Setelah belanja dan mengisi perut di sebuah warung di sana, kami lalu pulang ke hostel. Agar tidak tertinggal pesawat, malam itu kami memesan taksi lewat hostel untuk berangkat pagi-pagi ke bandara.

HCMC, Kota yang Ramah Bagi Pejalan Kaki
Sampai hari ini, HCMC masih menjadi salah satu kota favorit yang pernah saya datangi. Orang-orangnya ramah, semua destinasi tampak mudah dicapai dengan berjalan kaki, ruang kotanya tertata rapi dan enak buat jalan-jalan, dan banyak PKL yang berjualan cemilan di tengah kota! Menyenangkan buat saya karena saya suka ngemil, hehehe... :9

Semoga lain kali saya berkesempatan untuk berkunjung ke sana lagi.

+ + + + +

Artikel Terkait

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting