Thursday, March 4, 2010

Enak Ngga Enaknya Traveling

Setelah tiga bulan berkutat mengulik mainan baru, yakni blog The Backpacker's Notes ini, tempat para backpacker berbagi cerita, dengan ini saya meresmikan travel blog ini:

*drum rolls, please*

What a day!
Image taken from sxc.hu

The Backpacker's Notes
http://backpacker-notes.blogspot.com
Travel on a Shoestring | explore the world, meet new people, visit new cultures, and see global wonders (on a budget!)


Terimakasih untuk para kontributor yang hobi jalan-jalan (dengan biaya terbatas) atas bagi-bagi infonya:
- Dhitta Puti Sarasvati
- Hanny Musytika
- Ronggo Ahmad Wikanswasto
- Dibya Kusyala
- Sasmaya Suliztiarto
- Anto Lucu
- Juningsih Anggraeni
- Anida Dyah Pratiwi
- Listya Reina Karyadi
- Wenny Rosliana
- Arlinda Wibiayu

Thanks guys! Sering-sering ngasi kontribusi ya! Hehehe... :)

Enak Ngga Enaknya Traveling
Seperti yang sering saya bahas dengan teman-teman lain yang juga hobi jalan-jalan, terkadang dalam traveling tidak semua hal berlangsung lancar dan menyenangkan, hal ini menimbulkan pertanyaan di kepala saya dan ingin saya tanyakan kepada para traveler.

Pertama adalah:
Apa sih yang Anda sukai dari kegiatan traveling?

Bersantai-santai + dimanjakan di hotel tanpa gangguan pekerjaan? Melihat/memotret tempat-tempat yang unik & indah? Keinginan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang baru? Melihat budaya & cara hidup yang berbeda? Atau apa?

Lalu pertanyaan kedua:
Apa yang akan Anda lakukan apabila ternyata Anda tidak menemukan apa yang Anda cari (jawaban dari pertanyaan pertama) di tempat tujuan?

Saya sendiri, yang saya sukai dari jalan-jalan ke suatu tempat baru adalah unsur petualangannya. Facing the unknown.

Rasanya seru waktu menuju suatu tempat dengan bertanya-tanya, apakah saya akan tiba di sana dengan lancar tanpa halangan yang berarti? Apakah nanti saya bisa mengatasi halangan-halangan yang muncul di jalan? Apa yang akan saya lihat di sana nanti? Siapa sajakah yang akan saya temui di sana? Hal-hal baru apa sajakah yang menanti saya di sana? Dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang berkecamuk di pikiran.

Baru-baru ini saya membaca artikel menarik berjudul "Sindrom Paris: Menghadapi Gegar Budaya, Merubah Persepsi Wisata" oleh Ambar Briastuti, salah satu pendiri indobackpacker.com.

Artikelnya membuat kita berpikir kembali tentang "Apa yang saya harapkan dari traveling?" dan "Mengapa saya traveling?"

Terkadang kita memiliki ekspektasi yang berlebih terhadap suatu tempat, sehingga menjadi kecewa apabila apa yang kita temui ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
"... Sebuah tips yang menarik dari Oggi Gunadi agar tidak terlalu kecewa jika ekpektasi tidak seperti yang diharapkan. Yakni “mengubah konsep TRAVELLING menjadi DISCOVERING dan EKSPLORING…” dengan membuat perjalanan sebagai sebuah tantangan. Seperti yang disampaikan Alain de Botton dalam bukunya The Art of Travel. “Not where we travel, but why we travel.” ..."
Wah saya setuju sekali.

Sebagai contoh kasus, meskipun perjalanan backpacking pertama saya dan dua orang teman ke empat negara Desember 2009 kemarin tidak sepenuhnya sempurna, namun untungnya kami bertiga dapat mengatasi halangan-halangan tersebut.

Tips-nya : Pokoknya semua dibawa fun aja! Keep it easy. :)

Bila diingat-ingat lagi, banyak kejadian lucu saat kami bertiga backpacking:

"Pintu keluar yang di sana itu lho..."
Di Singapore, saat kami berjalan-jalan & berbelanja di Mustafa Center, kami terpisah dengan seorang teman akibat miskomunikasi. Apalagi waktu itu hanya HP saya yang berfungsi, kedua HP teman saya tidak dapat digunakan.

Nyaris lewat dari 1 jam kami berputar-putar di Mustafa Center, saling mencari dengan tubuh lelah & pikiran kusut. Untung saja akhirnya kami ketemu juga! Ternyataaaa... titik pertemuan yang kami sepakati berbeda! Astagaaa, pantes aja ngga ketemu-ketemu, hehehehe...

Waktu di depan Mustafa sih kita bertiga ngomel-ngomel, kenapa gini kenapa gitu, apalagi ditambah dengan tubuh lelah & pikiran kusut. Namun begitu sampai di hostel dan selesai bebersih, setelah kami reka ulang kejadian yang baru saja terjadi itu, kami bertiga akhirnya tertawa terbahak-bahak. Astaga, bisa-bisanya miskom... Hehehe...
Moral of the story:
Kalau tidak ada alat komunikasi, lain kali lokasi janjian harus bener-bener harus ditunjuk, hindari janjian dengan ngomong doang, "Eh gw tunggu di depan pintu keluar ya!" -- Padahal pintu keluar ada tiga bijiiii!! :))

Tragedi di Dalam Bus Menuju Melaka

Saat di Malaysia, di Puduraya Bus Station, karena banyaknya loket bus, kami sempat salah memilih bus. Bus yang mengantar kami ke Melaka ternyata bukan bus yang direkomendasikan orang-orang. Jam keberangkatan bus kami delay sekitar satu jam, karena ternyata bus ini prinsipnya "baru jalan kalau kursi penumpang sudah terisi semua". Waktu tempuh yang seharusnya bisa cuma 2 jam, ditempuh selama 3 jam karena rute bus-nya berputar-putar dahulu untuk mencari & menurunkan penumpang.

Daaannn, sopir bus kami GALAK banget! Aih!

Sebelum berangkat saja dia sudah membentak-bentak, "Siapa ini yang bawa durian??? Turunin! Bisa-bisa seperjalanan kita semua mabok!" Lalu ada seorang turis wanita, sepertinya dari Chinese, yang dibentak-bentak dengan kasar di hadapan penumpang lainnya karena meludah di tempat sampah bus. "Kamu pikir saya pembantu kamu?!?!? Kamu pikir siapa yang mau bersihin ludah kamu??? SANA, turun kamu sekarang! Bersihin dulu nih tempat sampah!" sambil menunjuk-nunjuk ke turis tersebut. Ironisnya, sepertinya turis itu tidak mengerti apa yang si sopir itu bicarakan, tapi pasti mengerti kalau dia sedang dimarahi...
Moral of the story:
Lain kali kalau naik bus, pilih operator bus yang direkomendasikan orang-orang, namanya Transnasional. Lebih terjamin, hehehe...

"Twenty dollars, twenty dollars, twenty dollars!"

Lain lagi saat di Vietnam, kami nyaris ditipu tukang taksi. Berhubung saat kami tiba di bandara internasional Tan Son Nhat sudah malam, dan malam itu ternyata ada pertandingan sepakbola antara Vietnam & Singapura dengan kemenangan Vietnam 4-1 terhadap Singapura, dapat dipastikan bahwa jalanan Ho Chi Minh City (atau yang lebih akrab disebut Saigon) penuh dengan supporter yang sedang ber-euforia.

Hal ini menyebabkan kami kesulitan mendapatkan taksi di bandara. Sebuah taksi di pool bandara yang kami datangi dengan gampangnya men-charge kami $20/org, alasannya karena semua taksi sedang dipakai dan terjebak macet di jalan. Untung kami tidak setuju, kami memutuskan untuk langsung keluar bandara (untungnya bandara internasional ini terletak di dalam kota), dan mencari taksi di luar bandara. Ternyataaa, masih banyak taksi yang beroperasi. Dasar.
Moral of the story:
Lebih baik bercapek-capek jalan keluar bandara dulu sebelum mencari taksi. Harganya lebih rasional. Cari taksi yang menggunakan argo (tanyakan langsung ke pengemudinya). Ada 2 jenis taksi di Saigon, berbentuk mini bus dan sedan. Yang mini bus memang argonya lebih mahal, tapi muat buat banyak orang, cocok buat rombongan. Kalau patungan bayar biaya taksi, jatuhnya pasti lebih murah.

Perjalanan Sebagai Tantangan

Dari pengalaman-pengalaman tadi, saya malah menyimpulkan bahwa justru hal-hal kecil yang tadinya menyebalkan akan menjadi cerita menarik di kemudian hari, dan saat ini justru membuat kami tertawa-tawa jika mengingatnya kembali.

Maka, pertanyaan terakhir sebagai penutup tulisan ini adalah:
Apa tujuan utama Anda melakukan kegiatan traveling?

Kalau saya, alasan utama saya backpacking sebenarnya sederhana, melatih diri saya agar bisa lebih mandiri & adaptif terhadap perubahan, dengan cara yang menyenangkan alias jalan-jalan. Seperti kata pasangan suami istri penulis, Adhitya Mulya dan Ninit Yunita : "...traveling adalah membeli pengalaman."

Dengan suksesnya kami menyelesaikan berbagai macam persoalan saat di perjalanan, hanya dengan bergantung kepada teman seperjalanan (atau mengandalkan diri sendiri, apabila Anda seorang solo traveler), secara tidak langsung kami merasakan adanya proses pendewasaan yang tumbuh di diri kami.

Benar seperti kata artikel tersebut, buatlah perjalanan Anda sebagai tantangan.

Kalau Anda, tujuan Anda traveling apa?

+ + + + +

Referensi
- Ambar Briastuti - "Sindrom Paris: Menghadapi Gegar Budaya, Merubah Persepsi Wisata"
- Her World - "Life is Beautiful Around the World"

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting