Showing posts with label ~SINGAPORE. Show all posts
Showing posts with label ~SINGAPORE. Show all posts

Friday, October 29, 2010

Tips: Do's and Don'ts in Singapore

Posting tamu oleh : Ayudya Novinier


Merlion Statue, Singapore. | by B_cool

Singapura? Negara bersimbol singa dengan badan duyung ini memang merupakan salah satu destinasi favorit para wisatawan Indonesia. Namun ada beberapa hal yang perlu/harus dan jangan dilakukan selama traveling ke Singapura:

Do's:
  1. Minum:
    Kalo haus di tengah jalan, masuk aja ke toilet umum. Di sana kita bisa minum air krannya. Jangan khawatir dan ga usah malu, seluruh air kran di Singapur itu terjamin bersih & ga mengandung bakteri. Lebih enak lagi di bandara Changi, airnya duinggiinn.
  2. Transportasi:
    Gunakan MRT (Mass Rapid Transportation) ke mana-mana, apalagi untuk jarak jauh. Ikutan antri 1 baris ya kalo mo masuk MRT, jangan nyelak. ;)
  3. Oleh-oleh:
    Beli souvenir di Arab street. 15 buah gantungan kunci dijual seharga $10, kalau beli di Bugis Junstion bakal lebih mahal, maksimal kita cuma dapet 12 buah gantungan kunci untuk $10.
  4. Menikmati Singapura:
    Kongkow di Esplanade, jalan aja dari Merlion Park terus aja arah Esplanade. Pada malam hari di sana banyak yang kongkow. Ga perlu beli makanan/minuman di resto, cukup beli di 7/11 (Seven Eleven) aja. Duduk deh menikmati Singapore River sampai pagi.

Don'ts:
Singapore is a FINE city. (Fine di sini memiliki arti harfiah: "baik" atau "denda"). Yup, Singapura itu negara denda, segala sesuatu yang tidak sesuai pasti bakal didenda.

Memang kalo dilihat-lihat kita tidak akan bertemu polisi di jalan, tapi jangan salah, setiap sudut kota dipasang surveillance camera dan banyak polisi yang menyamar juga. So, jangan macem-macem deh. Contoh denda yang seringkali tertera di ruang publik Singapura adalah seperti ini:
  1. No littering or spitting in public area, FINE $1000
  2. No drinking and eating in public transportation (Bus, MRT, Taxi, etc).
    Catatan: Kalau mau minum atau ngemil, lebih baik di terminal atau stasiunnya saja.
  3. No smoking in a public area, Fine $1000
  4. No feeding the birds, FINE $1000
Jangan heran kalo negara kecil ini jauh lebih tertib dan bersih ketimbang di Indonesia. penduduknya pun tidak ada yg ngelanggar aturan-aturan ini, justru mereka ngerasa malu kalo melakukan semua yang tertulis di atas itu. Orang Indonesia pun ikut-ikutan tertib di Singapura, lalu kenapa kita nggak bisa tertib dan diatur juga ya kalo di negara sendiri? Tanya kenapa??


Profil Kontributor

Ayu, teman saya yang juga pecinta jalan-jalan ini, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah bidang kesehatan. Salah satu prinsip hidupnya adalah "make your life as simple as possible so it won't burden your mind". Tulisan Ayu lainnya dapat dilihat di blog pribadi miliknya : Pieces of Me.


Wednesday, June 2, 2010

I'm Indonesian Project: Marina Bay, Singapore

Kontribusi dari: Lubert Kurniawan,
untuk I'm Indonesian Project.
"Marina Bay is a bay near Central Area in the southern part of Singapore, and lies to the east of the Downtown Core. An artificial bay, it was formed when land reclamation created the Marina Centre and Marina South areas, which form a body of sheltered waters of what was once open sea. In the reclamation process, Telok Ayer Basin was removed from the map, while the Singapore River's mouth now flows into the bay instead of directly into the sea. A barrage was completed in 2008 to make Marina Bay a reservoir for drinking water."

At Marina Bay, Singapore.
Foto (c) Lubert Kurniawan, 2010


[ Ingin turut menyumbang catatan perjalanan, artikel traveling, atau foto? ]
---

Sunday, April 4, 2010

Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-4)

Posting tamu oleh: Arlinda Wibiayu

Sambungan dari Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-3)

Last Day in Singapore

Hari ini merupakan hari terakhir saya di Singapore, pastinya harus beli oleh-oleh dong. Kami putusin untuk check-out dan titip tas di hostel, karena batas check-out jam 12. Daripada kami buru-buru, mendingan check-out langsung aja.

Saya putusin untuk lihat-lihat ke Bugis Street, yang kata orang pusatnya oleh-oleh murah di Singapura. Ternyata memang bener sih, tapi jangan segen untuk nawar deh. Lumayan kok jadi bisa beli lebih banyak kan. Karena temen saya ada yang bisa bahasa mandarin, jadinya dialah yang diminta untuk jadi jubir tawar-menawar.

Selese lihat-lihat ke Bugis Street dan Bugis Junction, kami putusin cari makan. Kami ngeliat kedai nasi lemak di pinggir jalan North Bridge. Ternyata disinilah kami ngeliat Cozy Corner Hostel yang direkomendasikan oleh Kang Ocon. Kami pesen nasi lemak seharga 2 dollar dan teh tarik pastinya. Selese makan kami masih pengen jalan-jalan ke Vivo City sekalian nuker dollar sama mau beli SD card 4 giga yang saat itu cuma 14,5 dolar (saat itu berasa murah banget, ternyata harganya sama aja kayak di Jakarta ding).

Setelah dari Vivo City kami putusin untuk balik ambil tas biar gak ketinggalan pesawat yang akan membawa kami ke Phuket. Karena belum sempet lihat-lihat di sekitar Little India kami putusin untuk lihat-lihat daerah sekitar situ sambil mau beli air minum. Ternyata souvenir yang kami beli di Bugis Street bisa lebih murah di Little India, sebel deh. Tapi ya sudah lah…

To Phuket by Tiger Airways
Pesawat kami akan berangkat jam 18.30 dari Singapura, maka kami harus segera berangkat biar gak ketinggalan pesawat. Biar cepet kami putusin untuk naik MRT aja.

Saya pesen tiket ke Phuket melalui maskapai Tiger Airways, seperti yang dibilang Ikman, Tiger itu salah satu budget airlines Singapura. Jadi terminalnya pun tersendiri di Budget Terminal. Jadi dari Changi terminal 2 ada free-shuttle bus yang membawa ke budget terminal. Gampang kok karena di sini banyak plang petunjuk arah.

Nah untuk ke Changi by MRT jangan lupa untuk ambil MRT East-West tujuan Pasir Ris/Changi, trus harus turun di Tanah Merah lalu ganti MRT yang ke Changi. Trus karena gak mau rugi kami ambil deposit yang ada di EZ Link card kami dulu dong, lumayan.

Walaupun budget airlines, tapi pilotnya bule euy. Jadi tenang naiknya.

No liquid more than 100mL, please!
Iya gara-gara saya gak sempet cari cairan pencuci contact-lens yang volume kecil, saya bawa yang gede (kalo gak salah 300mL). Ternyata gak boleh masuk cabin, jadi saya harus buang deh padahal masih baru. Tapi katanya kalo masuk bagasi boleh-boleh aja kok. Padahal di Jakarta lolos aja ya.

Phuket, here I come…
Penerbangan Sing-Phuket cuma butuh waktu 1 jam. Begitu sampe di Phuket International Airport, kami kembali harus antri di tempat pemeriksaan passport. Saya pikir akan susah nih bahasa Inggrisnya. Ternyata pada bisa bahasa melayu lho. Mungkin karena Phuket termasuk Thailand Selatan yang lebih deket ke Malaysia ya. Trus mereka bilang “Di sini banyak yang kaya kamu,” sambil nunjuk kerudung saya. Alhamdulillah deh kalo gitu. Gak akan susah cari makan deh.

Selepas pemeriksaan passport, saya lihat banyak agen tour wisata yang nawarin jasanya. Karena dari hasil browsing katanya Sea Angel bagus, kami putusin langsung booked untuk keesokan harinya. Dan gak tau kenapa tertulis 1800 bath, tapi jadi diskon 900 bath. Udah 900 bath tapi pengen nyoba nawar lagi sih, walaupun gak sukses.

Dari airport kami putusin pake taxi meter biar aman aja. Taxi meter ada di sebelah kanan pintu keluar. Kami cukup beli semacam kupon di loket sambil nunjukin alamat penginapan. Saya kasih aja alamat penginapan yang diemail ke email saya dengan versi Thai dan Latin.

Karena udah malem kami gak bisa lihat pemandangan pulau ini. Penginapan kami ada di daerah Patong dan ternyata penginapan kami gak jauh sama Banzaan Mall yang ada jaringan swalayan besar asal Perancis. Ya ampyun tetep ya.

I only speak English little...
Begitu sampe di Sea Blue Phuket Guesthouse (nama penginapan kami), saya seneng banget karena tempatnya jadi satu sama pharmacy. Berhubung saya harus beli cairan pencuci contact-lens. Saya dapet, tapi merek lokal gitu deh. --Later on, saya baru tau kalo mata saya infeksi gara-gara pake produk ini. Jadi saran saya, beli yang mereknya jelas deh--

Begitu masuk kami langsung disambut pengurus penginapan yang dengan sigap langsung bawain tas kami yang segede-gede gaban ke kamar kami di lantai 3. (Gila deh, sekali angkat 3 tas, ke lantai 3 pula, ckckck) Ternyata mereka gak begitu bisa bahasa Inggris (tapi kok dari email, kayak yang bisa lancar ngomong ya. Saya juga heran) Rada bingung juga mau tanya-tanya, tapi ya sudah lah. Nanti tanya-tanya sama orang aja.

Nicest Room
Kami pesen kamar yang bisa untuk 3 orang, yang katanya sih ‘our nicest room’ dan memang kamarnya very spacious and comfortable (ada TV and kulkasnya gitu, jadi gak berasa backpacking). Karena masih excited kami putusin jalan-jalan sebentar di sekitar penginapan. Kami ke mall, untuk lihat-lihat sekalian beli makanan untuk besok pagi karena kami akan dijemput jam 7 pagi.

Patong Beach : "Good man goes to heaven, and bad man goes to Patong"
Ada tulisan di kaos souvenir yang dijual di Patong yang berbunyi ‘Good man goes to heaven, and bad man goes to Patong’. Jadi kebayang kan suasana di Patong, bikin saya merinding ngeliatnya. Local girl bergandengan dengan turis yang udah tua-tua adalah hal yang biasa dilihat di sepanjang jalan.

Karena kaki udah mulai pegel, kami putusin untuk balik ke kamar dan istirahat biar besok siap melanjutkan perjalanan kami.

Bersambung ke Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-5) - coming soon

*Gambar dipinjam dari fotosearch.com




Profil Kontributor
Ayu, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah dengan latar belakang bidang farmasi. Gaya backpackingnya adalah mengunjungi beberapa tempat sekaligus dan (tampaknya) sudah berencana untuk backpacking lagi dalam waktu dekat. :) Tulisan Ayu lainnya dapat ditengok di Arlinda's Site.

Sunday, March 21, 2010

Diselamatkan Kertas Bekas di Imigrasi Singapore

Posting tamu oleh: Dahlia Rahmawati

Alkisah begini...
Akhir bulan Februari 2010, kita satu kantor mengadakan trip ke Singapore, dengan anggota: 2 bos +4 assistant. Memanfaatkan tiket penerbangan murah yang bisa didapet dengan mudah saat-saat ini.

Penerbangan murah,
artinya: ga akan turun di terminal kinclong, melainkan turun di budget terminal.

Budget terminal,
artinya: penjagaan akan semakin ketat karena banyak imigran-imigran gelap cari kerja di Singapore.

Karena satu dan lain hal, kami terpisah penerbangan dengan para bos. Beda terminal, beda waktu sampe. Saya sendiri, karena pernah beberapa kali ke Singapore (tapi cuma transit doang, ga pernah nginjek tanahnya dengan bener), dianggep lebih pengalaman ketimbang assistant yg lain. Dan dipercayakanlah anak-anak yang lain kepada saya. Satu hal yang bos saya lupa: saya bertampang melayu asli dengan kulit-kulit gosong, ga ada tampang turis, ples kerudungan sekenanya.

Sebenernya ini sial aja si, kurang sodakoh, kurang yasinan, dan kurang banyak duit! :P


Illegal Immigrants.
Source: fotosearch.com


Terjebak di Imigrasi Singapore
Waktu sampai di imigrasi Singapore, kami ketemu petugas India laki-laki ndut item (-maap- jadi rasis gara2 peristiwa ini). Nanya bab duit yang saya bawa. Jujur aja saya kaget, seumur-umur ke negri orang, baru kali ini ditanyain bab duit yang saya bawa. Dan saya lupa kalo mata uang Singapore juga pake istilah 'dollar'. Saya menjawab dengan sekian dollar (dollar, maksut saya: USD, bukan SGD). Emangnya ada peraturan yang mengharuskan bawa duit banyak ke Singapore apa??? Petugas pun makin curiga. Ditambah, saya ga tau contact person tempat menginap karena semua bos yang ngurus (ini sapa yang assistant, sapa yang bos ya??)

Lengkap sudah, karena kurangnya bukti-bukti kalau kami ini benar-benar turis legal, resmilah kami ditahan di imigrasi.

Kocaknya, pas temen saya ditanya bab duit, dijawab juga sekenanya aja. Eeh masa dia dikata-katain miskin... Wew! Temen saya sih senyum aja, dia juga ga bisa protes, emang kita miskin. Judulnya aja masih 'assistant'! Ckckckck...

Jadi saat ini, nama kami, foto-foto, ples sidik jari sudah tercatat resmi di negara itu masuk ke list yang musti diawasi. Beuugghh... Keren ga tuh?? Hehehehe...

Setelah 1 jam --ini aneh bgt-- saya tidak diperbolehkan menelpon bos saya, si petugas nunjuk-nunjuk ada sign 'no phone'.
Saya kasih kartu nama, dia ga percaya.
Disuruh buka wesite kantor, malah diketawain.

Gimana cara mo jelasin kalo kami punya kerjaan di Indonesia (dan ga se-desperate itu sampe jadi imigran gelap di negaranya), coba??

Kertas Bekas Pembawa Rejeki
Untungnya bos saya punya nama besar di Indonesia. Beliau pernah menjadi ketua asosiasi profesi kami di Jakarta. Ketika tas-tas kami diperiksa lebih seksama (baca: dibongkar-bongkar), salah satu petugas menemukan file berisi rute perjalanan dan bangunan apa saja yang kami kunjungi di Singapore, yang di-print di atas kertas bekas. Kebetulan di balik kertas bekas itu ada undangan resmi dari asosiasi kami. Saya iseng nunjuk nama bos, "This is our bos, he was the chairman of bla..bla..bla."

Trus saya inget ada kartu asosiasi kami (untung kartunya keren), yang kemudian saya tunjukkan ke petugas imigrasi.

Daaann tadaaa... Dia percaya! Padahal kalo diliat lebih seksama lagi, undangan itu tertanggal bulan April taun 2009. Beginilah petugas sok teliti tapi ga teliti. Itu kan kertas bekas!

Maka berkat kertas bekas, resmilah kami bebas dari tahanan imigrasi Singapore.

Moral Cerita:
  1. Hindari petugas India, cowo, item, gendut, bertampang stress -curiga abis dimarahin bininya-
  2. Kalo ditanya bab duit, bilang aja: "Duit saya lebih banyak dari bapak pastinya," sambil kedipin... :P
  3. Keluarin segala kartu yang lu punya. Mo kartu asosiasi kek, kartu kredit kek, kartu keluarga kalo perlu.
  4. Just use decent clothes with little make-ups or nice heels (book do judged by its cover *sigh*)


Profil Kontributor
Lia, kini bekerja di sebuah konsultan arsitektur ternama dan sebentar lagi akan bekerja di sebuah konsultan environmental graphics. Mempunyai hobi jalan-jalan & fotografi, saat ini ia sedang memupuk tabungan untuk mendukung hobinya. :)




Wednesday, March 17, 2010

Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-3)

Posting tamu oleh: Arlinda Wibiayu

Sambungan dari Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-2)

Explore Singapore
Akhirnya kesempatan untuk keliling Singapur terlaksana di hari ketiga perjalanan kami. Sebelum jalan-jalan, karena deposit EZ Link tinggal dikit saya putusin untuk nambah deposit 10 SGD sekedar untuk jaga-jaga aja. Sebenarnya Top-Up EZ Link bisa di mesin,tapi gak tau kenapa mesinnya muntahi lagi kartu saya. Sebel... Katanya sih kartu saya cuma bisa top-up di stasiun City Hall. Ya sudah lah, saya antri aja di passanger service.

Di mulailah perjalanan kami di Capitol Hill, pokoknya semua landmark di Singapur deh harus bisa dilihat hari itu, karena besok kami sudah harus ke Phuket. Dengan berbekal peta singapur yang kami ambil dari penginapan (halal kok, karena ada tulisan free map), kami mulai mencari-cari landmark kota yang memang ada di peta tersebut.

Sempet masuk ke Esplanade yang ternyata emang keren. Tapi saya heran juga ternyata patung Merlion cuma begitu aja, bisa menarik jutaan wisatawan untuk foto di sana. Singapur emang hebat mengemas tujuan wisata disana.

Sengsara Membawa Nikmat
Selese keliling, kami putusin untuk langsung menuju Sentosa Island. Nah untuk kesana cuma bisa naek bus to Sentosa yang ada di seberang Harbourfront. Karena udah siang dan perut kami laper, kami putusin cari makan di Vivo City. Tapi halal food disana mahal-mahal euy. Tapi kami sempet beli apel yang udah disingkirin tapi masih bisa dimakan lah (baru kali ini deh beli yang begituan).

Kami coba ke Harbourfront, ternyata karena lagi Chinese New Year banyak yang tutup. Setelah diskusi akhirnya kami putusin untuk makan di KFC aja kalo gak nemu tempat makan juga.

Berhubung belum sholat, saya tanya dimana tempat di sholat kalo di mall tersebut dengan petugas mall. Ternyata gak ada, sial. Trus saya tanya aja ke seorang ibu yang pake kerudung dimana tempat sholat terdekat. Dia langsung ngasih info kalo ada masjid di sebrang, cuma memang harus jalan lumayan namanya masjid Temanggong. Gak apa-apa deh, dari pada gak tenang kalo belum sholat. Ketika menuju masjid kami lihat banyak orang lalu lalang dari sebrang jalan juga. Yippe.. ternyata ada pusat jajanan yang isinya makanan halal semua, namanya Seah Im Food Centre.

Nasi Ayam seharga 3USD.
Foto (c) Arlinda Wibiayu, 2009


Setelah sholat (lagi-lagi kami bisa isi air minum disini) kami langsung menuju tempat makan tersebut dan pesen nasi ayam seharga 3 SGD dan saya beli es teh tarik seharga 1 SGD (best teh tarik selama di Singapur).

Perut udah kenyang, sekarang kami mau antri naik bis ke Sentosa Island. Sumpah penuh banget. Setelah beli tiket seharga 3 SGD, kami langsung naek bus. Ternyata cuma butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampe ke Sentosa.

Sampe di Sentosa kami rada ’amazed' dengan banyaknya orang, ruamenya polll. Kami langsung ke tempat penjualan tiket pertunjukkan ’Song of the Sea’ seharga 8 SGD. Pertunjukkan ini ada 2 kali setiap hari jam 7.40 pm dan 8.40 pm. Ketika kami antri pertunjukkan untuk jam 7.40 pm udah abis jadi kami beli yang untuk jam 8.40 pm. Oke sekarang waktunya keliling naik Sentosa bus mumpung masih rada terang. Di sini kita bisa bebas naik bus warna apa saja untuk keliling tanpa dipungut biaya lagi. Tapi kalo nyobain wahananya, ya bayar lagi.

Dua kali naik yellow bus dan blue bus, kami turun di Siloso Beach. Cuma duduk-duduk sebentar di atas pasir yang katanya di ambil dari pantai di Indonesia, kami mulai jalan-jalan dan foto dong.

Pas jalan kami liat antrian sambil petugasnya teriak-teriak ”Song of the sea, line up here” Ih please deh masih satu jam dari pertunjukkan jam 8.40pm. Ya udah kami pasrah deh ikut ngantri.

Pertunjukannya emang keren dari segi teknologi, tapi ceritanya standar banget kok.

Selese pertunjukkan kami langsung ke antrian bus yang balik ke Harbourfront, teteup banyak orang walaupun udah lewat jam 9. Sampe di Harbourfront, kami putusin naik bus aja ke hostel karena kasian kaki udah kecapean dipake jalan seharian.

Bersambung ke Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-4)



Profil Kontributor
Ayu, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah dengan latar belakang bidang farmasi. Gaya backpackingnya adalah mengunjungi beberapa tempat sekaligus dan (tampaknya) sudah berencana untuk backpacking lagi dalam waktu dekat. :) Tulisan Ayu lainnya dapat ditengok di Arlinda's Site.

Sunday, March 7, 2010

Review Akomodasi : Singapore

Tiga pengeluaran terbesar dalam jalan-jalan ala backpacker pada umumnya mencakup biaya transportasi (tiket pesawat), makanan, dan akomodasi.

Kalau soal akomodasi, biasanya bisa ditekan apabila nebeng kenalan/relasi di negara yang kita datangi (atau bisa coba couchsurfing). Namun apabila kita tidak ada kenalan di tempat yang kita tuju, satu-satunya cara untuk menekan biaya akomodasi adalah mencari penginapan murah, salah satu opsi adalah hostel.

Cara booking hostel dapat secara online melalui www.hostelworld.com, www.hostelbookers.com, www.hostelz.com, dan sebagainya. Pembayaran melalui online ini biasanya menggunakan Credit Card, dengan booking fee sebesar 5-10%, dan dilunasi saat kita sampai di hostel tersebut.

+ + + + +

Di bawah ini adalah dua hostel yang pernah The Backpacker's Notes tempati di Singapura:

Empire Hostel
202A Syed Alwi Road 2nd Floor, corner of Jalan Besar Opposite Mac Donalds, Singapore

Book Hostels Online Now Kami memesan hostel ini dari hostelworld. Sejujurnya, first impression kami terhadap hostel ini memang kurang meyakinkan.

Karena hostel ini terletak di lantai dua sebuah ruko, maka yang terlihat pertama kali adalah pintu hostel --yang rada creepy-- dan pintu tersebut ditempeli kertas yang di-laminating dengan tulisan "Empire Hostel".

Setelah kita konfirmasi kamar kita, untuk masuk ke dalam kita akan dibekali sebuah kartu elektronik, kartu ini nantinya digunakan untuk membuka pintu hotel tersebut (canggih juga!). Namun apabila kita baru datang pertamakali maka kita harus memencet bel yang ada di samping pintu agar penjaganya keluar.

Hostel ini termasuk bersih dan tenang, karena ada peraturan bahwa di atas jam 12 malam tidak boleh ribut. Kamarnya sendiri benar-benar "memanfaatkan ruang", hehehe... Isi kamar kami sendiri: dua tempat tidur tingkat disusun mepet-mepet, dan langsung dibatasi dengan triplek (atau gypsum..?), sehingga aktivitas kamar sebelah tampaknya bisa terdengar. Untungnya hostel ini tenang banget! Tapi itu mungkin juga karena kita pulangnya malem-malem, jadi memang sudah sepi.

Tipe Kamar: 3 bed, private, shared bathroom.
Rate: Rp 890.000,- for 3 people/2 day
Fasilitas:
- Air Conditioner,
- Kamar mandi luar (shared bathroom) dengan air panas,
- Disediakan sebuah komputer dengan koneksi internet 24 jam,
- dan disediakan sarapan/breakfast (roti, selai, dan isian roti lainnya).

Sayangnya, kamar kami tidak memiliki stop kontak, setelah seharian foto-foto keliling kota akhirnya baterai kamera kami habis total & tidak sempat di-charge di mana-mana, karena tidak menemukan stop kontak. (Makanya posting yang ini ngga ada fotonya, lagi berhemat baterai, hehehe...) Tapi overall hostel ini bolehlah untuk numpang tidur sebentar.

Poin utama dari hostel ini adalah: AC-nya dingiiiinnn, suasananya tenang banget, kamar tidur & kamar mandinya bersih, tersedia internet, dan staff-nya juga amat membantu.

Untuk standar Singapur, hostel ini termasuk yang paling murah (teuteup), hehehe. Memang harga sesuai dengan kualitas...


GAS 81
81 Frankel Ave (samping pom bensin), Singapore
Review oleh : Listya Reina Karyadi

Sampai saat ini, saya merasa GAS 81 adalah tempat menginap termurah di Singapura selain menebeng. Bagaimana tidak, terakhir saya kesana waktu libur lebaran 2009 lalu, rate kamar untuk private 3 bed adalah 36 SGD per hari. Sehingga per orangnya 12 SGD saja dan untuk 3 hari, 3 orang 108 SGD. Coba bayangkan, Singapur 3 hari 3 orang 108 SGD. Kayanya sih GAS aja ya. Hehehe.

Yaa memang sih tempatnya jauh, kalok naik MRT yang jalur ijo turunnya di kembangan yang mana udah ampir mentok dan kalau malam hari MRT-nya sepi sekali. Bahkan baru jam 8 malam sudah sepi. Dari MRT ke Frankel Ave juga hanya ada 1 loop bis yang muter-muter dulu ke belasan stop sebelum tiba di GAS 81 ini. Akhirnya pada hari-hari selanjutnya, saya pilih turun MRT di Eunos, terus naik taksi deh dari sana. Mengingat emang tinggal lurus lewat Sims Ave trus belok kanan ke Frankel Ave, ga sampe 10 menit, ga sampe 6 dolar. Murah, dekat, cepat.

Saya sendiri membooking hostel ini lewat www.hostelworld.com. Praktis, bisa lihat-lihat dulu dan baca review-review dari orang yang pernah menginap. Booking fee-nya pun hanya 10% dari total biaya yang dipotong dari kartu kredit. Sisa 90% dibayarkan waktu check in. Rata-rata hostel yang saya booking lewat hostelworld sih bayarnya harus cash (baru 2 hostel kok), jadi harus disiapkan uang sejumlah sisa pembayaran. Tapi, GAS 81 ini bahkan menerima rupiah untuk pembayarannya. Jadi tidak perlu khawatir kehabisan dolar dan ga bisa gesek kartu.

Penampakan hostelnya sendiri kalau dari luar tidak terlihat merupakan penginapan. Tampilannya seperti ruko, dan kamar-kamar ada di lantai atas. Lumayan sih kalo angkat koper. Sepertinya system check in-nya seperti hostel-hostel lain di Singapur (self check-in). Ada telepon di atas dan kita tinggal telepon ke nomer sana, nanti dia kasih tau kode angka untuk buka lemari besi tempat nyimpen konci kita. Uang pembayaran juga disimpen disana.

Kamarnya ga besar (tentu saja), ada AC yang dingin, TV, jendela. Hehehe, mengingat banyak hostel ga berjendela kan. Kamar mandinya shared. Ada 2 kamar mandi untuk digunakan bersama (tapi ga perna rebutan mandi sih). Ada air dingin dan air panas juga. Ada mesin cuci, ada dapur, dan beberapa peralatan makan.

Ya fasilitasnya memang tidak semewah hotel 100 dolar (harganya aja sepertiganya). Tapi cocok juga untuk orang yang memang butuh kamar untuk tidur dan beristirahat pada malam hari, serta merencanakan perjalanan atau membalas email-email penting (ada 1 komputer dengan internet super 24 jam untuk dipakai bersama). Sarapan tidak disediakan, tapi persis di samping GAS ada Seven Eleven, jadi makan, minum, pulsa semua tinggal jalan ke sebelah.

Foto hostel dipinjam dari www.dreamstime.com

Book Hostels Online Now


Catatan Administrator:
Ke depannya, blog The Backpacker's Notes akan menyediakan topik "Review Akomodasi", yang membahas mengenai akomodasi murah ala backpacker, baik yang baik maupun yang buruk. Semoga membantu.

Friday, March 5, 2010

Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-2)

Posting tamu oleh: Arlinda Wibiayu

Sambungan dari Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-1)

Lesson One - Finding Hostel is very tiring

Sumpah capek. Setelah semalem confirm ke Lee (pengelola Frankel Hostel), dengan menyesal saya harus cari hostel lain karena katanya udah di-booking. Emang sih hostel tersebut baru saya booking untuk satu malem, jadi ya nasib lah. Setelah sempet telpon dari hostel ke beberapa hostel lain, saya tetep gak dapet kamar juga. Agak panik sih, tapi akhirnya kami putusin untuk hunting kamar langsung setelah sebelumnya minta izin late check out sama Lee.

Dimulailah pencarian kami di daerah Little India. Di sini ternyata memang banyak hostel yang disiapkan untuk para backpacker. Setelah keluar masuk hostel dan membandingkan harga, diputuskan untuk stay di Fragrance Hostel karena murah dan ada female dorm-nya. Langsung deh di bayar untuk 2 hari. Jadi mendingan pas booking online langsung book sebanyak hari kita tinggal di kota itu deh. Kalo pun gak enak, toh kita lebih banyak waktu di jalan daripada di hostel. Jadi ya dibetah-betahin aja.

Lesson Two - Bus is easier than MRT
Sumpah deh, setelah awalnya selalu naik MRT yang bikin capek kalo mau pindah jalur, akhirnya saya and friends mutusin naik bus dari daerah Little India ke Sims Avenue. Ternyata lebih gak ribet aja. Karena ada yang langsung, trus sama aja kayak MRT bisa pake EZ Link card jadi gak perlu mikir ngitung receh. Pokoknya kita bisa liat jalurnya di halte sambil cocokin sama peta yang kita pegang. Dan ternyata bus is cheaper than MRT. So starting from to day, we prefer using bus.

Lesson Three - Water is expensive in Singapore
Beneran deh... saya sempet shock ngeliat harga mineral water merek Aqua yang di Indonesia cuma dua ribu bisa jadi 1,6 SGD alias 12 ribuan (dengan kurs saat itu). Karena malem sebelumnya kami nemu drinking water gratis di masjid di Changi street, kami bisa isi botol masing-masing. Lumayan bisa irit sedikit lah. Jadi di semua masjid yang kami datengi selama di Singapore ini selalu ada drinking water gratis. Kata bapak yang sempet kami tanyain sih itu memang wakaf masjid. Alhamdulillah...

Lesson four - Rice is better than noodle (for those who are picky)
Beneran deh. Setelah balik dari daerah Little India kami putusin untuk cari makan dulu baru ambil barang kami di Frankel Hostel. Di deket hostel kami ada rumah makan muslim gitu deh. Tadinya mau pesen nasi lemak, tapi katanya belum tersedia. Ya udah… sebagai penyuka noodle saya pesen mie. Temen-temen juga ikutan pesen mie. Setelah pesenan diantar saya sempet shock juga sih. Karena foto di menu sama kenyataannya beda banget.


Mie makan siang kami.
Foto (c) Arlinda Wibiayu, 2009.


Di foto mie di hidangkan dengan mangkok, tapi kenyataannya dihidangkan pake piring trus kuahnya kentel-kentel gitu kayak lo mie kali ya tapi lebih mirip kuah sate padang sih. Nah kebayangkan... Saya putusin untuk segera dimakan dan segera dihabiskan. Kedua temen saya kayaknya cuma sempet makan satu sendok deh, trus mereka nyerah (kasian sampe trauma bau kare).

Lesson Five - Bring compas, and you better learn to use it
Beneran saya sempet bingung nentuin arah kiblat ketika di Fragrance Hostel. Waktu di Frankel saya masih bisa tentuin arah kiblat karena saya masih bisa liat matahari. Tapi berhubung waktu di Fragrance dapet kamar di basement, mau gak mau saya cuma bisa memperkirakan arah kiblat atau barat berdasarkan letak gedung di sekitar. Jadi lumayan banget kalo bawa kompas dan bisa bacanya. Berhubung saya cuma ikut pramuka dua bulan waktu SD, saya gak ngerti bacanya. (Jadi bersyukurlah anda yang pernah ikut pramuka) Waktu Gramedia Grand Indonesia diskon saya sempet mau beli penunjuk arah kiblat, tapi kok jarumnya pindah-pindah aja, jadi kurang meyakinkan. Makanya gak jadi beli…

Mengintip Johor Bahru
Karena hari kedua ini sudah keambil waktunya untuk nyari hostel, kami putusin untuk sekalian aja dihabisin untuk ke Johor buat ngambil tiket kereta. Tiket kereta ini sudah saya pesen sebelumnya lewat email. Tapi karena booking by email, untuk dapetinnya saya harus ambil di wilayah Malaysia dan sebelum tanggal yang ditentukan dari KTMB-nya.

Ternyara bus 170 yang menuju Johor Bahru itu bisa saya naikin dari halte bus yang gak jauh dari Fragrance hostel. Alhamdulillah… Perjalanan dari Ronchor Canal Road menuju Johor bahru memang lumayan lama, tapi nyaman-nyaman aja kok. Lagian murah banget. Cuma yang perlu ekstra sabar adalah ngelewatin custom di sini. Gampang sih, tapi berasa ribet aja, karena melewati dua pemeriksaan. Pertama untuk keluar Singapura, trus pemeriksaan masuk Malaysia. Jadi harus turun naik bus, walaupun gak bayar lagi sih.

Keluar dari customnya Malaysia yang gede dan menurut saya mewah, kami langsung disuguhin pemandangan yang kontras dengan custom itu, tapi gak jauh beda sama di Indonesia. Yaitu bus lengkap dengan kenek atao calo deh. Sama aja ternyata sama di Indonesia. Kantor KTMB ternyata gak jauh, tinggal jalan sedikit.

Selese bayar tiket, kami sempet bingung mau ngapain. Mau lihat Sultan Palace kok orang tanyain pada gak ngertinya. Pas dibilang Istana Sultan baru deh ngerti. Tapi gak ada informasi yang jelas. Jadi kami putusin naik bus yang lewat skudai (katanya Istana Sultan di sana). Rada lama duduk di dalem bus kami rada bingung juga, kok gak ketemu-ketemu ya. Akhirnya ada yang menyarankan untuk turun aja dan balik ke JB City Center.

Karena takut kemaleman, kami putusin untuk balik ke Singapur setelah sebelumnya beli roti dulu. Lumayan beli roti manis yang udah diskon karena udah sore dengan harga 3 ringgit. Bisa untuk seharian deh rotinya, karena lumayan besar.

Back to Singapore
Karena hari sudah cukup malam, kami putuskan untuk langsung kembali ke hostel. Tapi saya rada heran juga di sepanjang jalan di Little India itu isinya laki-laki semua. Dan ruame banget, kata temen sekamar kami sih memang lagi ada sejenis festival sehingga kaum lelakinya pada tumplek di jalanan. Rada ngeri juga sih, apalagi ada yang sudah minum-minum juga dipinggir jalan. Tapi karena perut laper, kami putusin untuk beli prata untuk makan malam dulu sebelum akhirnya kembali ke hostel.

Balik ke kamar, ternyata teman sekamar kami belum dateng. Pas kami mau bersih-bersih dia baru dateng. Pas kami selese bersih-bersih dia udah mau tidur, simple banget sih.

Bersambung ke Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-3)



Profil Kontributor
Ayu, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah dengan latar belakang bidang farmasi. Gaya backpackingnya adalah mengunjungi beberapa tempat sekaligus dan (tampaknya) sudah berencana untuk backpacking lagi dalam waktu dekat. :) Tulisan Ayu lainnya dapat ditengok di Arlinda's Site.

Thursday, March 4, 2010

Enak Ngga Enaknya Traveling

Setelah tiga bulan berkutat mengulik mainan baru, yakni blog The Backpacker's Notes ini, tempat para backpacker berbagi cerita, dengan ini saya meresmikan travel blog ini:

*drum rolls, please*

What a day!
Image taken from sxc.hu

The Backpacker's Notes
http://backpacker-notes.blogspot.com
Travel on a Shoestring | explore the world, meet new people, visit new cultures, and see global wonders (on a budget!)


Terimakasih untuk para kontributor yang hobi jalan-jalan (dengan biaya terbatas) atas bagi-bagi infonya:
- Dhitta Puti Sarasvati
- Hanny Musytika
- Ronggo Ahmad Wikanswasto
- Dibya Kusyala
- Sasmaya Suliztiarto
- Anto Lucu
- Juningsih Anggraeni
- Anida Dyah Pratiwi
- Listya Reina Karyadi
- Wenny Rosliana
- Arlinda Wibiayu

Thanks guys! Sering-sering ngasi kontribusi ya! Hehehe... :)

Enak Ngga Enaknya Traveling
Seperti yang sering saya bahas dengan teman-teman lain yang juga hobi jalan-jalan, terkadang dalam traveling tidak semua hal berlangsung lancar dan menyenangkan, hal ini menimbulkan pertanyaan di kepala saya dan ingin saya tanyakan kepada para traveler.

Pertama adalah:
Apa sih yang Anda sukai dari kegiatan traveling?

Bersantai-santai + dimanjakan di hotel tanpa gangguan pekerjaan? Melihat/memotret tempat-tempat yang unik & indah? Keinginan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang baru? Melihat budaya & cara hidup yang berbeda? Atau apa?

Lalu pertanyaan kedua:
Apa yang akan Anda lakukan apabila ternyata Anda tidak menemukan apa yang Anda cari (jawaban dari pertanyaan pertama) di tempat tujuan?

Saya sendiri, yang saya sukai dari jalan-jalan ke suatu tempat baru adalah unsur petualangannya. Facing the unknown.

Rasanya seru waktu menuju suatu tempat dengan bertanya-tanya, apakah saya akan tiba di sana dengan lancar tanpa halangan yang berarti? Apakah nanti saya bisa mengatasi halangan-halangan yang muncul di jalan? Apa yang akan saya lihat di sana nanti? Siapa sajakah yang akan saya temui di sana? Hal-hal baru apa sajakah yang menanti saya di sana? Dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang berkecamuk di pikiran.

Baru-baru ini saya membaca artikel menarik berjudul "Sindrom Paris: Menghadapi Gegar Budaya, Merubah Persepsi Wisata" oleh Ambar Briastuti, salah satu pendiri indobackpacker.com.

Artikelnya membuat kita berpikir kembali tentang "Apa yang saya harapkan dari traveling?" dan "Mengapa saya traveling?"

Terkadang kita memiliki ekspektasi yang berlebih terhadap suatu tempat, sehingga menjadi kecewa apabila apa yang kita temui ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
"... Sebuah tips yang menarik dari Oggi Gunadi agar tidak terlalu kecewa jika ekpektasi tidak seperti yang diharapkan. Yakni “mengubah konsep TRAVELLING menjadi DISCOVERING dan EKSPLORING…” dengan membuat perjalanan sebagai sebuah tantangan. Seperti yang disampaikan Alain de Botton dalam bukunya The Art of Travel. “Not where we travel, but why we travel.” ..."
Wah saya setuju sekali.

Sebagai contoh kasus, meskipun perjalanan backpacking pertama saya dan dua orang teman ke empat negara Desember 2009 kemarin tidak sepenuhnya sempurna, namun untungnya kami bertiga dapat mengatasi halangan-halangan tersebut.

Tips-nya : Pokoknya semua dibawa fun aja! Keep it easy. :)

Bila diingat-ingat lagi, banyak kejadian lucu saat kami bertiga backpacking:

"Pintu keluar yang di sana itu lho..."
Di Singapore, saat kami berjalan-jalan & berbelanja di Mustafa Center, kami terpisah dengan seorang teman akibat miskomunikasi. Apalagi waktu itu hanya HP saya yang berfungsi, kedua HP teman saya tidak dapat digunakan.

Nyaris lewat dari 1 jam kami berputar-putar di Mustafa Center, saling mencari dengan tubuh lelah & pikiran kusut. Untung saja akhirnya kami ketemu juga! Ternyataaaa... titik pertemuan yang kami sepakati berbeda! Astagaaa, pantes aja ngga ketemu-ketemu, hehehehe...

Waktu di depan Mustafa sih kita bertiga ngomel-ngomel, kenapa gini kenapa gitu, apalagi ditambah dengan tubuh lelah & pikiran kusut. Namun begitu sampai di hostel dan selesai bebersih, setelah kami reka ulang kejadian yang baru saja terjadi itu, kami bertiga akhirnya tertawa terbahak-bahak. Astaga, bisa-bisanya miskom... Hehehe...
Moral of the story:
Kalau tidak ada alat komunikasi, lain kali lokasi janjian harus bener-bener harus ditunjuk, hindari janjian dengan ngomong doang, "Eh gw tunggu di depan pintu keluar ya!" -- Padahal pintu keluar ada tiga bijiiii!! :))

Tragedi di Dalam Bus Menuju Melaka

Saat di Malaysia, di Puduraya Bus Station, karena banyaknya loket bus, kami sempat salah memilih bus. Bus yang mengantar kami ke Melaka ternyata bukan bus yang direkomendasikan orang-orang. Jam keberangkatan bus kami delay sekitar satu jam, karena ternyata bus ini prinsipnya "baru jalan kalau kursi penumpang sudah terisi semua". Waktu tempuh yang seharusnya bisa cuma 2 jam, ditempuh selama 3 jam karena rute bus-nya berputar-putar dahulu untuk mencari & menurunkan penumpang.

Daaannn, sopir bus kami GALAK banget! Aih!

Sebelum berangkat saja dia sudah membentak-bentak, "Siapa ini yang bawa durian??? Turunin! Bisa-bisa seperjalanan kita semua mabok!" Lalu ada seorang turis wanita, sepertinya dari Chinese, yang dibentak-bentak dengan kasar di hadapan penumpang lainnya karena meludah di tempat sampah bus. "Kamu pikir saya pembantu kamu?!?!? Kamu pikir siapa yang mau bersihin ludah kamu??? SANA, turun kamu sekarang! Bersihin dulu nih tempat sampah!" sambil menunjuk-nunjuk ke turis tersebut. Ironisnya, sepertinya turis itu tidak mengerti apa yang si sopir itu bicarakan, tapi pasti mengerti kalau dia sedang dimarahi...
Moral of the story:
Lain kali kalau naik bus, pilih operator bus yang direkomendasikan orang-orang, namanya Transnasional. Lebih terjamin, hehehe...

"Twenty dollars, twenty dollars, twenty dollars!"

Lain lagi saat di Vietnam, kami nyaris ditipu tukang taksi. Berhubung saat kami tiba di bandara internasional Tan Son Nhat sudah malam, dan malam itu ternyata ada pertandingan sepakbola antara Vietnam & Singapura dengan kemenangan Vietnam 4-1 terhadap Singapura, dapat dipastikan bahwa jalanan Ho Chi Minh City (atau yang lebih akrab disebut Saigon) penuh dengan supporter yang sedang ber-euforia.

Hal ini menyebabkan kami kesulitan mendapatkan taksi di bandara. Sebuah taksi di pool bandara yang kami datangi dengan gampangnya men-charge kami $20/org, alasannya karena semua taksi sedang dipakai dan terjebak macet di jalan. Untung kami tidak setuju, kami memutuskan untuk langsung keluar bandara (untungnya bandara internasional ini terletak di dalam kota), dan mencari taksi di luar bandara. Ternyataaa, masih banyak taksi yang beroperasi. Dasar.
Moral of the story:
Lebih baik bercapek-capek jalan keluar bandara dulu sebelum mencari taksi. Harganya lebih rasional. Cari taksi yang menggunakan argo (tanyakan langsung ke pengemudinya). Ada 2 jenis taksi di Saigon, berbentuk mini bus dan sedan. Yang mini bus memang argonya lebih mahal, tapi muat buat banyak orang, cocok buat rombongan. Kalau patungan bayar biaya taksi, jatuhnya pasti lebih murah.

Perjalanan Sebagai Tantangan

Dari pengalaman-pengalaman tadi, saya malah menyimpulkan bahwa justru hal-hal kecil yang tadinya menyebalkan akan menjadi cerita menarik di kemudian hari, dan saat ini justru membuat kami tertawa-tawa jika mengingatnya kembali.

Maka, pertanyaan terakhir sebagai penutup tulisan ini adalah:
Apa tujuan utama Anda melakukan kegiatan traveling?

Kalau saya, alasan utama saya backpacking sebenarnya sederhana, melatih diri saya agar bisa lebih mandiri & adaptif terhadap perubahan, dengan cara yang menyenangkan alias jalan-jalan. Seperti kata pasangan suami istri penulis, Adhitya Mulya dan Ninit Yunita : "...traveling adalah membeli pengalaman."

Dengan suksesnya kami menyelesaikan berbagai macam persoalan saat di perjalanan, hanya dengan bergantung kepada teman seperjalanan (atau mengandalkan diri sendiri, apabila Anda seorang solo traveler), secara tidak langsung kami merasakan adanya proses pendewasaan yang tumbuh di diri kami.

Benar seperti kata artikel tersebut, buatlah perjalanan Anda sebagai tantangan.

Kalau Anda, tujuan Anda traveling apa?

+ + + + +

Referensi
- Ambar Briastuti - "Sindrom Paris: Menghadapi Gegar Budaya, Merubah Persepsi Wisata"
- Her World - "Life is Beautiful Around the World"

Sunday, February 28, 2010

Backpacking in Singapore : How-To & Travel Budget

Posting tamu oleh : Wenny Rosliana

Singapore!
Photo credit : sxc.hu


Notes ini gw persembahkan untuk teman-temenku yang pengen coba-coba keluar negeri juga tapi blom punya pengalaman sama sekali (just like me before) hehehehehe...

Hal yang perlu dilakukan antara lain:

1. Bikin Passport
Bikin passport bisa melalui travel agent atau bisa juga ngurus sendiri. Normalnya passport jadi sekitar 2 minggu. Kalo ngurus sendiri biayanya sekitar 250ribuan, tapi harus bolak-balik ke kantor Imigrasi minimal 3 kali, dan antrinya lama. Kalo pake travel agent (gw pake Panorama Tours di Pacific Place) biayanya 470ribuan, cukup sekali doang ke kantor Imigrasi untuk foto+wawancara+ttd passport. Gw pilih agent karena agentnya buka sampe jam 7 malem jadi gw bisa ngurus passportnya pas pulang kerja.

Dokumen yg perlu disiapin untuk bikin passport: fotokopi ktp + fotokopi kartu keluarga + fotokopi akte kelahiran + fotokopi surat nikah (jika ada) + fotokopi ijazah terakhir + surat sponsor asli dari kantor (untuk karyawan) atau dari kampus (untuk mahasiswa). Contoh surat sponsornya gw punya kok, kalo ada yang butuh just contact me aja, ntar gw kirim via email yach :)

2. Bikin NPWP
Penting banget nih punya NPWP buat keluar negeri. Karena dengan menunjukan kartu NPWP bisa gratis fiskal. Kalo ga punya, mesti bayar 2,6juta. Tapi 1 rumah cuma butuh 1 NPWP kok, jadi kalo ngga punya NPWP tapi orang tua punya, bisa pake NPWP orang tua + kartu keluarga. Tapi kalo mau bikin caranya gampang kok. Buka aja www.pajak.go.id nanti diajarin cara bikin NPWP disitu.

3. Booking Tiket Pesawat
Untuk tiket pesawat murah jagoannya ya Airasia. Rajin-rajin aja pantau websitenya Airasia biar dapet tiket promonya hehehehe... Kalo mau pake maskapai luar negeri, bisa diintip websitenya Jetstar. Kadang-kadang ada promo Jkt-S'pore-Jkt cuma 500ribu PP. Jetstar ini anaknya Qantas Airways (Australia) Selama ini gw booking Airasia pake kartu kredit, gw ga ngerti pake kartu debit bisa apa ngga. Tp kalo yg ga punya kartu kredit bisa beli tiket Airasia di Carrefour yang ada counter Airasia-nya, cuma harganya lebih mahal dari yg di website dan kena fee 25ribu.

4. Booking hotel / hostel
Booking hotel kalo untuk diluar negeri bisa dilakukan via online. Lagi2 dibutuhkan kartu kredit dsini. Buat yg pengen cari penginapan murah bisa buka www.hostelworld.com atau kalo yg gw pake itu website go holiday airasia.

Stepnya gini:
Buka airasia.com -> pilih negara (indonesia) dan bahasa (bahasa indonesia). Trus kita masuk ke halaman home-nya. Di sebelah kiri ada kotak yg bertuliskan penerbangan + hotel. Klik di situ -> maka kita masuk ke home-nya Go holiday Airasia.

Di bagian atas berderet ada tulisan (home - hotel - activities - car - medic - hostel - tools - help - info) untuk yg pengen booking hotel minimal bintang 3, silahkan klik "hotel", tapi buat yang pengen penginapan murah, kita klik "hostel" -> lalu kita masuk ke property search. Masukin data sesuai ama kebutuhan kita. Tujuan Country, City, Tanggal kedatangan (arrival date), jumlah malam nginepnya, mata uang yg digunakan, dan jumlah orang yg akan nginep dsana.

Untuk hostel perhitungan harganya adalah per orang bukan per kamar. Kalo lo mau jalannya rame-rame gpp langsung tulis total orangnya aja, ntar urusan bagi-bagi kamar bisa diatur di halaman website selanjutnya. Setelah data terisi lengkap klik search dan kita akan masuk ke halaman property search. Di sana akan ada banyak hostel dengan keterangan singkat dan harga termurahnya. Untuk ngeliat harga dan jenis kamarnya, klik "book now" aja.

Ada beberapa istilah yg perlu dipahami di sini:
- private = maksudnya kamar yg kita sewa akan dihuni sama kita aja
- dorm = kita akan tidur di kamar bareng2 sama tamu yg lainnya. Dan biasanya kasurnya bertingkat kyk di barak gt. Mostly isinya 6 - 8 kasur per kamar.
- mixed dorm = maksudnya kamar itu bisa dihuni cewe dan cowo bareng2.... ada lagi female dorm yang khusus buat cewe aja tp tetep tidur rame2 dengan tamu yg lain.
- ensuite = maksudnya kamar mandi tersedia di setiap kamar
- shared bathroom = dari namanya juga ketauan kalo ini 1 hotel kamar mandinya rame-rame.

Jadi waktu booking hostel, selain cari harga yg murah, perhatiin juga istilah-istilahnya. Kalo udah ktemu hostel yg cocok di hati tinggal masukin jumlah kamar dan jumlah orangnya trus klik "book now". Di sini kita cuma perlu bayar 10%nya aja kok. Nanti pelunasannya pas udah sampe di hostelnya. Trus bukti bookingnya akan dikirim via email.

5. Check-in di Bandara SoeTa
Passport udah punya, NPWP udah ada, tiket udah dibeli, kamar udah dibooking. Sekarang saatnya tiba untuk berangkat jalan-jalan. Hal yg pertama dilakukan saat masuk ke bandara adalah menuju check-in counter pesawat lo. Trus nanti di sana lo serahin tiket dan tunjukin passport, lalu mereka akan ngasih print out boarding pass. Untuk bandara SoeTa kita mesti bayar airport tax Rp 150.000,- dan dibelakang boarding pass nya akan ditempelin sticker airport tax nya. Kalo yg bawa koper gede dan pengen dimasukin ke bagasi pesawat di counter ini juga tempat nyerahin koper nya.

Selesai dari check-in, kita menuju ke konter pembebasan fiskal. Cukup tunjukin npwp + passport + boarding pass nanti ditempelin sticker bebas fiskal dibelakang boarding pass. Abis itu kita masuk ke imigrasi untuk di stempel passport kita dan kita ngisi form imigrasi gt. Trus menuju ke boarding gate. Di boarding gate nanti disensor isi tas kita. Ga boleh bawa cairan diatas 100ml ya? Kalo ketahuan disita sama mereka. Selesai deh urusan di bandara, tinggal nunggu pesawatnya dateng aja trus terbang.

6. Check Out di Bandara Tujuan
Pas nyampe di bandara tujuan, yang tasnya di titip di bagasi ya ngantri ngambil bagasi dulu. Ini bisa makan waktu 1 jam. Trus ke bagian imigrasi negara sana untuk dapet stempel juga. Di sini bakalan ditanyain kita nginep dmana, tujuan ke sana ngapain, bla-bla-bla... yaaa banyak2 senyum aja lah biar aman, hehehehe...

Nah cerita setelah itu tinggal baca notes gw "Lost In Singapore: Trilogy" aja. Semuanya udah gw ceritain di sana. Hehehehehe...

Owkay sekarang kita bicara masalah budget.
Biaya yang akan terjadi untuk pergi ke luar negeri antara lain:
1. Pembuatan passport: 470.000 rupiah
2. Tiket pesawat: tergantung dari tiket yg lo beli
3. Airport tax: 150.000 rupiah
4. Damri PP: 40.000 rupiah
5. Penginapan selama di Singapore: tergantung harga hostel yg lo pilih. Tp waktu gw ksana nginepnya di Frankel Hostel, harganya S$25/orang/malam. Gw pilih kamar twin private ensuite
6. Tourist Pass (untuk naik MRT & Bus unlimited): S$8/orang/hari. Hitungannya 1 hari itu dari jam 12 malam sampe jam 12 malam lagi, bukan 24 jam. Artinya kalo kita beli tourist pass nya jam 5 sore pada hari itu, jadinya cuma berlaku sampe jam 12 malem hari itu aja, bukannya jam 5 sore hari berikutnya. Tourist pass bisa dibeli di MRT Ticket Office di Terminal 2 Changi Airport.
7. Biaya makan: di sini makanan mahal. Mau makan di pinggir jalan atau di McD harganya ga beda jauh. Sekitar S$ 6 - 7 sekali makan (sekitar 50ribu rupiah). Dan air putih di sini mahal banget. AQUA ukuran 600ml harganya S$1,2 (Rp.8.400)
8. Biaya lain-lain: yaa tergantung khilafnya lo pake duit aja hehehehe... Kalo buat oleh-oleh ngirit, S$50 udah cukup kok. Atau kalo lo mau coba naek wahana-wahana dengan teknologi canggih di Sentosa Island, budgetnya bisa lebih gede lagi.

Gw nukerin duit rupiah ke Dollar Singapore Rp.1,5 juta jadinya dapet S$220. Pas gw balik masih ada sisa kok duitnya.

Hayooo coba dikeluarkan kalkulatornya masing-masing, sambil buka-buka website kira-kira mau ngapain aja di Singapore, hihihihihi...

Met jalan-jalan yach, guys ^o^




Profil Kontributor
Wenny, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintahan di Jakarta. Hobi jalan-jalan dengan budget minim dan sudah berencana untuk jalan-jalan lagi dalam waktu dekat. :)

Saturday, February 27, 2010

Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-1)

Posting tamu oleh : Arlinda Wibiayu

Acknowledgement

Kalo artson bilang ”petualangan di mulai dari ketika kita merencanakan perjalanan” saya ngerasain sekali benernya ketika nyusun rencana perjalanan kali ini. But it’s fun.

Bermula dari ngilernya saya membaca cerita perjalanan orang di blog mereka (Asep, Bang Ikman, etc, thanks anyway for all the information).

Rencana
Makanya mulai deh saya browsing segala hal yang berbau backpacking sampe beli buku mulai "Travellers Tale", "Naked Traveller", "Merencanakan Sendiri Jalan-Jalan Keliling Dunia", "Ciao Italia" sampe terakhir "6 bulan di Eropa dengan 1000 USD" (mungkin harusnya saya beli "Lonely Planet South-East Asia on the Shoestring", abis di jalan banyak para backpacker yang bawa-bawa buku ini).

Sebenernya rada khawatir juga sih, secara belum ada berita kapan akan ada Prajab (nasib CPNS) Tapi kalo gak segera beli tiket, bisa-bisa tambah mahal deh ongkos jalan-jalannya. Makanya pas bulan September saya dan temen mutusin untuk beli dulu tiket Jakarta-Batam dengan Mandala. Saat itu yang jelas mau ikutan lagi-lagi cuma 3 orang, saya, Denik dan Sekar.

Sampe bulan Desember belum ada juga gosip-gosip soal prajab, ya udah deh akhirnya saya membulatkan tekad untuk tetap berangkat bulan Januari 2009.

Walau itenary sempet ganti-ganti, akhirnya keputusannya jadi seperti ini :
Jakarta > Batam > Singapura > Phuket > Hat Yai > Kuala Lumpur > Jakarta,
dengan satu selipan kota Johor Bahru dengan alasan kami harus ambil tiket kereta KTMB di Malaysia.

Penginapan pun sudah dipesan dengan modal kartu kredit teman kantor (makasih ya Bu Sandhy).

First Day
Penerbangan Mandala ke Hang Nadim yang tadinya jam 09.30 dimajuin jadi 08.10, rada aneh juga sih, biasanya kan delayed tapi ini dimajuin. Tapi bersyukur juga karena jadi bisa rada santai perjalanannya. Kenapa kita pilih ke Batam dulu, ya karena menurut informasi lebih murah. Lagian gak dapet tiket lain yang lebih murah, lagian kan fiskalnya lebih murah. Tapi ternyata bisa bebas fiskal euy... :)

Sampe di Hang Nadim kita sempet lihat-lihat bandara sebentar. Ternyata ada agen ferry di bandara yang katanya lebih murah dibanding kalo beli di seaport. Kami juga sempet tanya-tanya di pusat informasi turis di Bandara kalo mau wisata di Batam apa aja. Langsung dijelasin dan dikasih buku informasi wisata yang bagus banget, tapi sayang sama sekali nggak handy kan jadi males bawanya. Tapi teteup di bawa dengan niat buat promosi wisata Indonesia alias dikasih ke bule yang ketemu deh (dan akhirnya kesampean juga) :D

Harga ferry beda dengan informasi dari blogwalking, udah naek kali ya. Untuk ferry Penguin one-way udah 16 SGD (beda 1 SGD dengan beli di seaport) sedangkan PP-nya 18 SGD. Karena cuma butuh one way ya saya beli yang one way aja lah (kalo beli PP tanggalnya open kok, so don’t worry). Udah dapet tiket saya langsung cari taksi untuk ke Batam Center (70 ribu bisa di bagi 3, lumayan).

Berhubung perut sudah lapar, saya n yang lain mutusin untuk makan dulu di Batam Center. Yang langsung dicari pastinya tempat penitipan tas dong (berat euy). Ternyata ada di lantai satu deket Es Teler 77. Tas udah dititipin langsung makan, karena males cari-cari lagi, kami langsung makan di sebelah penitipan tas (maksudnya ya di Es Teler 77)

Perut udah kenyang kami langsung ambil tas n ke seaport. Nah di sini mulailah berurusan dengan imigrasi.

Pertama langsung ke counter Penguin untuk semacam check-in gitu deh. Ternyata selain tiket, seaport tax juga naek, jadi 7 SGD (berasa dirampok, mahal amat sih tax aja). Kedua, adalah counter-nya imigrasi. Saya sudah siapin fotokopi passport n NPWP. Alhamdulillah langsung lanjut tuh... gak ada bayar fiskal (ternyata bener-bener bebas fiskal). Ketiga, ke atas untuk pemeriksaan terakhir, trus tinggal nunggu untuk ferry Penguin selanjutnya. Kami dapet ferry yang jam 2, sempet ngobrol sama seorang bapak keturunan tionghoa yang juga mengeluh tentang harga tiket penyeberangan yang sekarang mahal menurut dia (beli di seaport PP 41 SGD, ih mahal amat ya)

Kami sampai si Harbourfront jam 4 waktu Singapura yang lebih cepet satu jam dari Jakarta, perjalanannya sendiri cuma makan waktu 1 jam. Waa pelabuhannya jauh lebih bagus dari yang di Batam Center (apalagi dari pelabuhan Merak dan Bakauheni). Urusan imigrasinya lancar-lancar aja tuh.

Sebelum lanjut naek MRT kami sempet ke luar untuk lihat-lihat. Ternyata kompleks mall Harbourfront ini sebelahan sama Vivo City (mall juga sih, tapi rada lebih baru aja).

Di MRT sempet bingung apa langsung beli EZ Link aja, tapi kita tanya sama petugasnya katanya kalo cuma 2 ato 3 hari gak usah beli karena sayang. Ya udah kita beli tiket untuk ke stasiun kembangan yang paling deket sama hostel kita.

Frankel Hostel tempat kami nginep gak terlalu susah dicari sih, tapi pintunya rada saru, alias gak terlalu jelas kalo di sana ada hostel. Secara cuma ditempelin tulisan di pintunya aja. Kami harus naek tangga ke lantai 3 dimana hostel itu berada. Kami sebelumnya pesen triple bed yang ada di GAS 81, tapi karena katanya penuh kami dipindahkan ke Frankel ini deh. Kamarnya kecil, kasurnya tipis, lumayan lah buat istirahat aja tapi ada satu komputer yang bisa dipake browsing n telpon yang bisa dipinjem kok (O ya disini kami harus self check in, alias gak ada host or sejenis resepsionis gitu, ngambil kunci dari deposit box yang kodenya udah dikasih tau via email)

Setelah bersih-bersih kami telpon Lee (Frankel Hostel person in charge, istilahnya) untuk bayar and cari info-info. Kami putusin ke Chinatown yang katanya bakalan rame karena ada festival Chinese New Year. Yup it was very crowded.

Perut udah mulai laper nih kami cari makanan yang ada tulisan halal-nya. Ketemu di Mosque St, restoran campuran gitu tapi ada booth yang berlabel halal. Kami pesen Nasi Goreng Ikan Bilis dan roti prata untuk dimakan bertiga (cukup kenyang kok) ditambah teh tarik. Selese makan kami jalan-jalan lagi untuk sekedar lihat-lihat. Karena sudah cukup malam kami memutuskan untuk pulang ke hostel.

Sebelum pulang kami sepakat untuk beli EZ Link card dulu biar kalo jalan-jalan gak repot mikir ongkos. EZ Link ini bisa dibeli dengan harga 15 SGD. Maksudnya kita beli kartu 5 dolar trus depositnya 10 dolar dan bisa balik kalo masih sisa. Dan kalo mau abis kita tinggal top-up aja deh.

Sampe di hostel kami sempet coba internet sebentar trus istirahat biar besok siap untuk jalan...(bersambung, mudah2an saya gak males ya)

Bersambung ke Perjalanan 3 Negara : Singapore - Phuket - Hat Yai - KL (Part-2)

Sumber foto : dreamstime.



Profil Kontributor
Ayu, kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah dengan latar belakang bidang farmasi. Gaya backpackingnya adalah mengunjungi beberapa tempat sekaligus dan (tampaknya) sudah berencana untuk backpacking lagi dalam waktu dekat. :) Tulisan Ayu lainnya dapat ditengok di Arlinda's Site.

Thursday, February 11, 2010

Photo(s) : Suasana Natal di Orchard Road

Teks dan Foto oleh : Herajeng Gustiayu

Sejarah Orchard Road
Orchard Road adalah jalan besar pusat perbelanjaan yang terkenal di Singapore, dan menjadi salah satu destinasi utama para wisatawan yang hobi berbelanja.

Jalan ini mendapatkan namanya dari perkebunan nutmeg, lada, dan buah-buahan yang tumbuh di kedua sisi jalan tersebut pada tahun 1840an, sehingga nama lain dari jalan ini adalah Jalan Kebun. (Orchard = Kebun) Selanjutnya, Orchard Road mulai dikembangkan menjadi area komersial pada awal abad 20.

Pada masa kini, saat menjelang Natal, Orchard Road selalu semarak dengan hiasan berbagai jenis ornamen dan lampu-lampu hias.

A Christmas All Decked Out
Uniknya, setiap tahun hiasan-hiasan di Orchard Road selalu memiliki sebuah tema, dan untuk tahun 2009 sendiri bertema "A Christmas All Decked Out". Terdapat 3 maskot natal yang meramaikan jalan satu arah tersebut, yakni Santa Claus, rusa, dan manusia salju (lihat foto di bawah).

Saat itu Orchard Road dibagi menjadi 3 zona warna dominan yang ditandai dengan pemilihan warna ornamen dan lampu-lampu hias:
Zona Biru - Tanglin Mall hingga Tangs,
Zona Oranye - Tangs hingga Heeren, dan
Zona Merah - dari Heeren hingga ujung Orchard Road.

Keterangan foto:
Foto-foto di bawah ini diambil pada tanggal 10 Desember 2009. Walaupun masih awal bulan Desember, namun Orchard Road sudah dipersiapkan dalam menyambut Natal. Tampak berbagai lampu warna-warni dan ornamen-ornamen menghiasi jalan besar penarik wisatawan tersebut.




Orchard Road, at Christmas Festive Season.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009



Raffles Hotel, at Christmas Festive Season.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


PS. Foto diambil dari dalam mobil yang melaju, jadi maklum ya kalau gambarnya agak buram, hehehe...

Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Orchard_Road
http://www.orchardroad.sg/christmas/
http://blog.dk.sg/2009/11/17/orchard-road-christmas-light-up/


Monday, December 28, 2009

4 Countries in 10 Days - SE Asia Backpacking Trip

So many photos taken last week.
So many wonderful memories attached in our hearts.
Now it's time to sit down and share the stories...


4 countries in 10 days - More photos to come! :)
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009

Last week (10-19 December 2009) was a great holiday, our escape from daily routine, for me & my highschool mates.

The routes are: Jakarta - Singapore - Kuala Lumpur - Ho Chi Minh - Bangkok - Jakarta

Three of us had so many experiences during our backpacking trip through 4 countries for 10 days, and we only spend $300 for this trip! We proved the theory of "travelling can be cheap but still fun!" :)

In Singapore, we had wonderful time with my colleagues in Singapore & I’d love to meet them again some day, they are so nice! :D We visited a lot of tourist attractions, a big thank you for my super-duper kind boss!

In Malaysia, we visited Malacca (2 hours from KL) with my friend who stay in Kuantan as lecturer. He took 4 hours to get into KL from Kuantan only for guiding us to get to Malacca, wahhh it's so very nice of you Dib! Thanks a lot yah! :D After sightseeing in Malacca, we almost can not go back to KL, because we can not get the return tickets! All already sold out! Luckily, then we found 4 tickets to KL. It was an adventurous trip, I think, hehehe…

In Vietnam, because all tourist spots are in walking distance, we can just go walk-walk-walk, from our hostel (in Pham Ngu Lao, District 1) to Saigon River. The pedestrian way is so convenient so we really enjoy our walking around Ho Chi Minch. :D The first night when we just arrived in Ho Chi Minh also so memorable, it's turns out that night Vietnam win over Singapore in SEA Games 2009, so the main roads was full with Vietnam supporters with their euphoria. All we can see in minibus taxi was just Red & Yellow, which are the colours of Vietnam's flag.

In Thailand, we met a lot of inspiring backpackers who stay in our hostel. (It’s a backpacker hostel named “Suk11”, located in Sukhumvit, Bangkok).

We met Simon from Germany, who had been travelling around SE Asia in 2 months after he graduated from university (and he will start working in January 2010~ Goodluck Simon!). We met Per & Louise from Norway, a nice couple who when in their retired time, they decided to go travelling around the world (now they are in Koh Samet, enjoying the beach & the sun!). We met Fritz from California, who lose his job in Dubai 1 years ago and then he spend his time to go travelling and see the world, he also had visited the east side of Indonesia! We also met Hilde from Brussel, we shared taxi to go to the airport. She need to find bananas as souvenir for her friends in Brussel. But the clock is ticking, and we need to go to the airport fast! Thank God then we found the bananas in a hawker stall when we're in our way to the airport. Hahaha it's so memorable & funny. :)) They are so inspiring, and I like the way they enjoy their life.

We also visit old city Ayutthaya, 2 hours from Bangkok. And in Bangkok, we tried almost ALL public transports, Bangkok have excellent public transport systems so it’s almost impossible to be lost in this big city. :)

As my friend said, "Travelling is good for ur soul."
And now it seems like we addicted to it. :D

+ + + + +

More stories in Bahasa Indonesia* will coming soon.
Thanks for reading! :)

*My grammar skill is terrible, thus I'd prefer to write the details in Bahasa, haha~! :D


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting