Showing posts with label Kepulauan Seribu. Show all posts
Showing posts with label Kepulauan Seribu. Show all posts

Sunday, May 9, 2010

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

Seringkali para traveler yang berdomisili di sekitaran Jakarta dan Jawa Barat kebingungan untuk menentukan destinasi jalan-jalan yang relatif dekat dan tidak menghabiskan banyak waktu di perjalanan, apalagi untuk pekerja sibuk 9-5 yang hanya memiliki waktu kosong di akhir pekan saja.

Pilihan-pilihan destinasi wisata unik di artikel ini mungkin dapat membantu Anda untuk memutuskan destinasi Anda berikutnya:

10 Destinasi Wisata Favorit Sekitaran Jakarta & Jawa Barat

(1) Kota Tua Jakarta
Lokasi favorit di Jakarta bagi yang suka motret-motret. Kota Tua Jakarta adalah kawasan seluas 139 hektar yang dulu dikenal sebagai Oud Batavia (Batavia Lama), yang mencakup wilayah Jakarta Kota dan sekitarnya, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa.


Jakarta Old Town.
Sumber: wikipedia


Kawasan Kota Tua Jakarta, yang dahulunya sempat tidak tidak terawat selama berpuluh-puluh tahun ini, telah direncanakan untuk dipugar dan dipercantik oleh pemerintah kota Jakarta sejak 1970-an, saat Ali Sadikin masih menjadi Gubernur Jakarta. Namun upaya revitalisasi ini baru mulai terlihat hasilnya pada kurun tahun 2000-an. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan saat itu adalah menutup beberapa jalan di sekitaran Taman Fatahillah sebagai area pedestrian, sehingga mendorong timbulnya aktivitas publik. Dari sana, muncul komunitas-komunitas peduli sejarah yang berfokus kepada Kota Tua, seperti Komunitas Jelajah Budaya yang seringkali mengadakan acara jalan-jalan sekaligus mengkaji sejarah kawasan tersebut.

Pada akhirnya proyek revitalisasi telah sukses menghidupkan kembali sang Oud Batavia, kini berbagai macam kalangan selalu membanjiri Kota Tua Jakarta pada saat akhir pekan.


(2) Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
Taman Margasatwa Ragunan ini lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Ragunan. Di sini Anda dapat menyewa sepeda (ada juga yang tandem) untuk berkeliling kebun binatang, karena --trust me-- lokasinya luas banget! Kebun Binatang Ragunan memiliki luas sekitar 140 hektar, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam untuk mengelilingi seluruh penjuru dengan berjalan kaki, itu pun mungkin masih ada tempat yang belum terjelajahi. Opsi sepeda tampaknya memang patut dipikirkan, hehehe...


Pusat Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


Di sini juga terdapat Pusat Primata Schmutzer, yakni tempat pelestarian primata yang didanai dan dikelola oleh swasta. Ironisnya, terlihat sekali perbedaan kualitas antara bagian yang disponsori swasta dan bagian mana yang dikelola pemerintah, tapi setelah dipikir-pikir, tampaknya sebanding dengan harga tiket masuk yang hanya Rp 4.500,- per-orang (untuk mengelola kawasan seluas 140 hektar!)


(3) Kepulauan Seribu
Ini salah satu pusat destinasi bagi para pecinta laut. Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu memiliki tidak kurang dari 40 buah pulau, namun hanya sekitar setengahnya yang telah dikembangkan menjadi pulau resor. Pulau yang terkenal sebagai destinasi wisata antara lain adalah Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Putri.

Pulau Rambut di Kepulauan Seribu.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2009

Biasanya rombongan wisatawan berangkat menuju Pulau Pramuka (pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Seribu) dengan kapal nelayan yang berangkat 2 kali sehari, baru dari sana kita bisa "melompat" ke pulau-pulau lainnya dengan menggunakan perahu nelayan sewaan. Di sini kita bisa menikmati pemandangan pantai, snorkeling, diving, dan makan seafood sepuasnya. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(4) Kota Tua Banten Lama
Kota Tua Banten Lama ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Banten, dan berjarak sekitar 2 jam dari Jakarta. Hingga saat ini, reruntuhan situs kerajaan Banten Lama ini masih terlihat kemegahannya. Objek favorit di kawasan ini adalah situs Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, situs Istana Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, dan Benteng Spellwijk. Temukan catatan perjalanannya di sini.


Istana Kaibon, Kota Tua Banten Lama.
Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(5) Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Taman Nasional Ujung Kulon telah tercatat sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan di sini, dari surfing, diving, snorkeling, diving, trekking, hingga mengamati satwa dan berbagai jenis tumbuhan. Taman Nasional ini juga telah menjadi habitat yang baik untuk beberapa satwa langka seperti badak dan rusa. Izin untuk masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di Kantor Pusat Taman Nasional di Kota Labuan atau Tamanjaya. Penginapan dapat diperoleh di Pulau Handeuleum dan Peucang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(6) Desa Wisata Sawarna, Banten
Selain menawarkan pantai beserta lautnya yang indah, desa nelayan Sawarna juga menawarkan air terjun, kebun teh, dan gua peninggalan Jepang. Objek wisata yang paling sering didatangi adalah Pantai Ciantir, Gua Lalay, dan Pantai Tanjung Layar. Jalan yang telah diperbaiki terkait kampanye calon presiden setahun yang lalu membuat Sawarna semakin mudah dikunjungi pada saat ini. Berjarak sekitar 8 jam dari Jakarta, mengunjungi Sawarna terasa kurang lengkap jika tidak sekaligus mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun, yang terletak kira-kira 4 jam perjalanan darat dari Sawarna.


Pantai Sawarna.
Sumber: Klinik Fotografi Kompas



(7) Green Canyon, Pangandaran
Cukang Taneuh atau yang lebih dikenal dengan nama Green Canyon, adalah salah satu destinasi wisata favorit di sekitaran Pangandaran. Biasanya wisatawan yang mengunjungi Green Canyon akan sekaligus mengunjungi Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas. Green Canyon sendiri adalah bagian bawah jembatan tanah yang tampak seperti gua dan berada di hulu Sungai Cijulang. Pemandangan yang cantik akan membuat takjub para wisatawan yang melintasi Gua Green Canyon. Untuk melintasi gua tersebut membutuhkan sebuah perahu kecil bernama ketinting yang berkapasitas sekitar 7 orang. Temukan catatan perjalanannya di sini.


(8) Ujung Genteng, Sukabumi Selatan
Ujung Genteng adalah sebuah kawasan pantai di selatan Sukabumi, dengan berbagai macam spot wisata tersebar di daerah ini. Berjarak sekitar 200 kilometer dari Jakarta, maka membutuhkan sekitar 6 hingga 8 jam perjalanan untuk mencapai Ujung Genteng. Ujung Genteng menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, dari Pantai Ujung Genteng, Penangkaran Penyu Pangumbahan, hingga Curug Cikaso. Di Tempat Pelelangan Ikan, Anda dapat membeli hasil tangkapan laut yang masih segar untuk dimasak dan dinikmati di tempat. Temukan catatan perjalanannya di sini.

Curug Cikaso, the hidden paradise,
terletak 38 km dari Ujung Genteng.

Foto (c) Herajeng Gustiayu, 2009


(9) Curug 7 Cilember, Cisarua Bogor
Keindahan Curug Cilember memiliki keunikan sendiri karena terdiri dari tujuh buah curug sambung-menyambung yang airnya berasal dari mata air di Bukit Hambalang. Persiapkan fisik Anda jika ingin mengunjungi semua curug karena medannya yang agak berat. Di sini Anda juga dapat mengunjungi Taman Konservasi Kupu-Kupu sebagai habitat pengembangbiakan 12 spesies kupu-kupu.


(10) Garut
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Garut memiliki potensi wisata yang cukup unik selain dodol-nya. Dari candi (Candi Cangkuang), danau (Situ Bagendit), pemandian air panas (Cipanas Indah), pantai (Pantai Rancabuaya dan Pantai Santolo), curug (Curug Orok dan Curug Neglasari) serta gunung (Gunung Papandayan), semua ada di Garut. Temukan catatan perjalanannya di sini.


+ + + + +

REFERENSI
- Departemen Kehutanan: Taman Nasional Ujung Kulon
- Wikipedia: Taman Nasional Ujung Kulon

- Wikipedia: Kepulauan Seribu
- Wikipedia: Jakarta Old Town
- Pariwisata Garut Online

- Curug Cilember, Pesona 7 Air Terjun
- Wisata Edukasi di Wanawisata Curug Cilember
- Wana Wisata Curug Cilember
-
"Intip Jawa Barat bagian Selatan". Majalah Tamasya, edisi Februari 2009.
- "Kisah Segitiga Emas Swiss van Java" oleh Asep Siafullah & Edy Purnomo. Majalah National Geographic Traveler, edisi November 2009.
- "Sawarna, Surga Kecil di Balik Bukit" oleh Mame Slamet.
Majalah National Geographic Traveler, edisi Mei 2010.

Friday, April 2, 2010

Berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

Posting tamu oleh : Effendy Siawira

The First Day in This Wonderful Year

Abang taksi datang menjemput pukul 05.30 WIB. “Bang, ke pelabuhan Muara Angke yah! Cepetan dan jangan tersesat, sebab kapal akan berangkat pukul 07.00 WIB,” demikian kata salah seorang teman.


Suasana di Muara Angke.
Foto (c) Effendy Siawira, 2010


Yups, perjalanan dimulai dari pelabuhan Muara Angke. Apik dan kacau keadaan pelabuhan ini. Tapi gak terlalu masalah, yang terpenting adalah motivasi untuk menuju tempat tujuan yang menarik. Satu jam perjalanan akhirnya kami tiba di pelabuhan tersebut.

X : “Mas, ke Pulau Pramuka dong untuk 10 orang.”
Y (mas yg di pelabuhan): "Pulau Pramuka? Ow, kapalnya yang itu nah… Tunggu saja di sini, ntar kapalnya merapat."

Jam 7 tepat, si kapal berangkat. Kapal ini terbuat dari kayu, dan merupakan salah satu alat transportasi yang menuju ke Pulau Pramuka dengan jadwal 2x sehari (jam 07.00 dan 13.00 WIB, demikian sebaliknya). Semua penumpang bakalan lesehan di dalam kapal yang berlantai 2 tersebut. Agak riskan, sebab life jacket yang tersedia di kapal dipastikan tidak cukup untuk seluruh penumpang yang berada di kapal pada pagi itu. Perjalanan selama 2,5 jam ini kami isi dengan tidur-tiduran, dan bermain kartu.

Singkat cerita, kami sampai di Pulau Pramuka dan kemudian dijemput oleh Mbak Novi (pemilik pondokan yang kami sewa). Kami dibawa ke rumahnya. Sangat ekonomis, dengan harga Rp 400.000/rumah yang terdiri dari 2 kamar + 1 kamar mandi, dapat kami isi dengan 10 makhluk. Kemudian kami dibawa Mbak Novi menuju tempat makan.

Makanan di sini lumayan murah. Harga ikan bandeng per kilo-nya hanya Rp 30.000, dan Rp 50.000 jika telah dipanggang dan siap makan. Hanya dengan Rp 20.000 kami sudah bisa makan dengan cukup kenyang dan enak.

Setelah makan, kami berangkat untuk menuntaskan tujuan kami kesini, yaitu: Snorkling. Sewa peralatan snorkling bisa dilakukan disini. Kemudian, kami dijemput dengan kapal nelayan untuk menuju lokasi karang-karang yang indah.

Ada 4 spot yang dikunjungi selama acara snorkling ini. Dimulai dari Semak Daun hingga ke lokasi tempat beternak karang (haha.. lucu namanya, tapi emang bener, lokasi ini digunakan untuk mengembangbiakan coral) dan kemudian diakhiri di Nusa Krambangan. Di tempat ini merupakan tempat peternakan ikan. Banyak banget loh jenis ikan-ikan di sini. Ada bandeng, bawal, kerapu, kuwe , hingga ikan hiu. Konsep penangkaran ini adalah dengan membangun jaring-jaring di dalam laut. Tempat yang sangat indah dan inspiring!

Menjelang maghrib, kami balik ke Pulau Pramuka yang hanya berjarak 10 menit dari Nusa Krambangan. Sampai di Pulau Pramuka, langsung saja mencari tempat makan. Sebab setengah harian di laut dan berendam membuat cacing di perut minta jatah. Seafood again... dengan harga Rp 30.000 bisa dinner dengan nasi goreng + ikan bandeng + telur + minum. Kenyang dan puas!

Acara selanjutnya mulai muncul masalah, yaitu MANDI. 10 orang mandi dengan 1 kamar mandi? Bisa dibayangkan. Siapa yang duluan yah? Akhirnya dengan permainan undian, gw mendapat giliran yang cukup akhir. Akhirnya bersama si Markus --nama sebenarnya, bukan makelar kasus-- kami berkeliling dulu ke pulau, sekalian mengenal pulau lebih dalam.

Akhirnya kami sampai ke satu resort yang cukup bagus. Ada si bapak penjaga yang sangat ramah tempat kami bertanya. Ternyata resort itu harganya cukup terjangkau, Rp 350.000 / hari untuk kapasitas 2 orang (+ extra bed charge jika lebih dari 2 orang). Fasilitas: Kamar ukuran 5×4 m , kamar mandi air hangat/dingin, AC, TV. Ngobrol-ngobrol sesaat dapat informasi bahwa pulau ini semakin hari semakin bertambah pengunjungnya terutama yang berasal dari Jakarta. Mungkin ini karena jaraknya yang cukup dekat dari Jakarta.

Untuk suasana malam, alangkah lebih asik jika diadakan acara seperti BBQ. Berhubung kami cukup lelah setelah bangun subuh dan snorkling selama setengah hari, akhirnya kami tidur. Keesokan harinya, pukul 7 WIB, kami kembali ke Jakarta.

Synopsis
05.30 : Berangkat dari Jaksel menuju pelabuhan Muara Angke
07.00 – 09.45 : Tiba di Pulau Pramuka (salah satu di antara seribu pulau)
09.45 – 11.00 : Check-in pondokan, istirahat sesaat, foto-foto
11.00 – 12.15 : Makan siang dan nge-pas alat snorkling
12.15 – 17.00: Snorkling Time
18.00 – 20.00: Makan malam
20.00 – 22.30 : Mandi, main, nonton
22.30 – 23.30 : Supper (tongseng indomie, dll)
24.00 : Tidur
07.00 (keesokan harinya) : Kembali ke Jakarta

Rincian Biaya
Ongkos kapal : Rp 30.000 – one way
Sewa Pondokan: Rp 350.000 – Rp 400.000
Sewa alat snorkling: Rp 40.000
Sewa kapal buat snorkling :Rp 300.000
Tips utk perahu-man : Rp 75.000

Overall untuk perjalanan kali ini , kira-kira dikenakan Rp 300.000,- /orang.


Profil Kontributor
Effendy Siawira, geoscientist di sebuah perusahaan. Memiliki hobby travelling, petualang mengunjungi tempat baru, dan mencoba hal-hal yang baru. Tipe manusia yang tidak suka terikat dan melakukan sesuatu semaunya (dengan catatan tidak merugikan org lain, syukur-syukur kalau orang itu bisa ikut senang ^^). Paling senang berburu tiket promo dan merencanakan perjalanan jauh-jauh hari, walaupun pada akhirnya belum tentu tiketnya dipakai. Motto hidup: "tidak ada yang lebih penting selain membangun networking". Tulisan Effendy lainnya dapat dikunjungi di blog pribadinya: UNEQ – ONUQ by effendy siawira.

Tuesday, March 9, 2010

Photo(s) : Pulau Rambut, Kepulauan Seribu

Foto oleh : Listya Reina Karyadi

Pulau Rambut.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2009


Suaka Margasatwa Pulau Rambut.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2009


Profil Kontributor
Listya adalah seorang karyawan di sebuah industri farmasi, lulusan sebuah institut di Indonesia, dan berpikir bahwa dirinya tidak ambisius tapi sering memiliki banyak keinginan. Mempunyai hobi fotografi dan jalan-jalan. Foto & tulisan Lis lainnya dapat ditengok di L-rk's Photostream & another list's journey.

Tuesday, February 16, 2010

Ayo ke Pulau!

Posting tamu oleh : Listya Reina Karyadi

Akhir minggu kemarin, akhirnya jadi juga jalan-jalan ke Kepulauan Seribu-nya. Walaupun maju-mundur-kiri-kanan dari bulan April, yang penting terjadi dan senang. SENANG!

Perjalanan saya dimulai dari pinggir Danau Sunter, alias tempat dijemput Riris yang sudah bersama dengan Tir. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Tangerang untuk menjemput Oom yang kerjanya lembur & sampling mulu.

Dalam perjalanan ke Tomang, kami pun nyasar berkali-kali. Ada yang karena kebodohan saya, salah naek fly-over, dan petunjuk rambu yang salah. Quote from Tir, “Belok kiri blok m, hahaha, ga mungkin kita ke kiri”. Padahal kita emang mesti ke kiri kalo mo masuk underpass Tomang.

Panjang kata, tibalah kita di Karawaci --eh belom dink-- Kita mampir dulu di semacam toserba untuk beli ransum sementara si Siti mengisi bensin. Seplastik besar lho. 2 botol air mineral, 1 botol teh bermadu, sekantong besar keripik rasa keju bakar, sekantong kecil coklat, dan biskuit bikin kuat, serta tak lupa teh favorit saya dalam kotak. Ditambah 2 pak bika ambon dan minuman Tir, sepertinya persediaan kita oke juga kan.

Perjalanan dilanjutkan menjemput Oom yang udah bingung kenapa keponakannya ga muncul-muncul, terus anter ke tempat kaka Oom untuk taro motor, lalu masuk jalan-jalan yang saya ga inget lagi. Tanyalah pada Siti yang berjiwa kesopiran. Gue cuma inget, kalo dari Jakarta lewat tol bandara aja sampe ujung ntar bakal ketemu jalannya. DENG... Setelah itu kemudian kita tiba di pelabuhan kita bersama, Tanjung Pasir.


Aktivitas Tanjung Pasir.
Membuat iri saja ketenangannya...
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Masuk sana, pertama kita harus bayar. 2500 per-orang dan 50o0 per-mobil. Lumayan murah dibanding pelabuhan sebelah sana yang masuknya 10.000 per-orang dan 10.000 per-mobil. Tidak lama, ada yang menawarkan carter perahu, Rp300.000,-. Karena bingung akhirnya kami bilang mau ke Untung Jawa saja, tidak mau carter. Katanya Rp20.000,- per-orang PP. Oke...

Kami pun melaut.

Udah di tengah laut, ditawarin lagi. Mau ngga ke Onrust sekalian, dll, dll. Si pemilik perahu kayanya marketer yang baik ya. Tawarkan pada konsumen, bila mereka masih ragu, berikan waktu sejenak, berikan mereka pengalaman, kemudian tawarkan lagi. Karena ekspektasi yang tinggi, (baru pertama kali naik perahu macam ini, mungkin + efek Antimo, dan norak khas pegawai kantoran sang budak kapitalis depresi) akhirnya kami mau. Bagian nego-nego masalah si Oom sih.

Akhirnya deal dengan Rp 200.000,- seharian, dan rute pun berubah. Dari hanya 1 pulau ke terserah-kami-berapa-pulau-pokoknya-sampe-sore.

Dan inilah awal kebangkrutan finansial kami yang sok punya duit.


Mega Laut J16 no. 242, tumpangan kami seharian.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Tujuan pertama berubah, akhirnya kami ke Pulau Rambut dahulu. Kaga ngartilah, gue sih iya-iya aja. Secara ga tau juga komponen Kepulauan Seribu apa aja. Cuma tau mau ke Untung Jawa kok.

Di pulau ini, kita bayar 2500 per-orang . Bukan begitu? Atau 2000? Ternyata pulau ini cagar alam sekaligus suaka margasatwa. Lalu kita naik ke menara pengawas. Sepanjang perjalanan ga berani nengok, naro sweater diatas kepala. Takut pas nengok ketemu ular atau biawak juga takut kena durian runtuh dari burung kowak. Ternyata burung kowak gak cuma ada di depan itb teman-teman dan ternyata kita ga usah nengok, karena biawaknya nyebrang jalan aja di depan gue. Huhuhu...


(kiri) Tiba di Pulau Rambut, Cagar Alam sekaligus Suaka Margasatwa;
(kanan) Pemandangan dari menara pengawas.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Dari menara pengawas, keren lho, keliatan banyak burung-burung yang sedang duduk-duduk di atas pohon. Ada elang dan lain-lain (maaf saya bukan ahli perburungan). Pokoknya suasananya nyaman dan riuh rendah, mereka saling mengobrol dan saling menambah anak (katanya ada yang jauh-jauh dr Ostrali, bikin anak trus pulang lagi).

Lanjut, kali ini kita melanjutkan ke Pulau Onrust. Agak jauh juga ternyata, sekitar sejam dari Pulau Rambut ke Pulau Onrust. Dalam perjalanan agak-agak bete karena kok di tengah laut banyak sampah, seolah membawa berita tentang apa makanan yang sedang trend. Mau dipungut juga di tengah laut. Pasrah aja sambil berjanji, pokonya sampah kita ga boleh dibuang ke laut.


(kiri) Sisa-sisa Benteng Onrust; (kanan) Asrama Haji.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Di pulau Onrust ini, kita bayar 2000 per-orang. Di sini banyak cerita sejarahnya. Ada museum arkeologi yang dulunya tempat tinggal dokter, ada bekas asrama haji, ada sisa-sisa benteng. Onrust itu dibangun berkali-kali dan hancur berkali-kali. Ada yang karena diserang, ada yang karena letusan krakatau. Onrust juga merupakan kompleks pertahanan yang beranggotakan Onrust, Cipir (kayangan kecil), Bidadari, dan Kelor. Untuk berhenti di pulau ini ternyata ada biaya sandar, Rp25.000,-

Perut mulai lapar (untung gue belom) tapi kaki masih gatal, jadilah kita mampir di pulau yang terlihat indah di foto, dan memang indah kok aslinya. Tolong disambut, PULAU KELOR. Horeee..


(kiri) Pulau Kelor dari kejauhan; (kanan) Dermaga Pulau Kelor, pasirnya keren...

Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Pengen beli pulau ini deh.. Pasirnya putih, warna airnya kehijauan. Mirip pantai di kawah putih tapi dengan suhu tropis. Di sini ada sisa benteng yang kayanya bagus untuk foto prewed (dan ternyata sudah ada orang yang melakukannya, ada setangkai bangkai bunga disana). Model-model pun beraksi dan berpose, salah satunya si Angelina Jolie. Huu... kalo gue ikutan naik, pasti ga ada foto itu. Thanks to me lah jol..


Benteng Kelor.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Tidak ada kehidupan di pulau ini yang terlihat, kecuali seekor kucing. Darimanakah dia berasal?

Hari semakin siang, kulit semakin terbakar, perutpun semakin melapar. Akhirnya kami meninggalkan Pulau Kelor menuju Pulau Untung Jawa untuk makan ikan bakar. Dalam perjalanan semua sudah lelah, angin kencang, perahu bergoyang. Saya pun tidur-tiduran di perahu.

Tir sempat menunjuk, “List, kantong kita mau terbang”.
Saya menengok, “Hmm... mudah-mudahan engga”.
Respon orang cape.

Tidak berapa lama Tir berkata, kantong kita terbang! Tapi saya ga denger. Tiba-tiba... Dass, dan ketenangan muncul. Mesin kapalnya mati sodara-sodara...

Tir bilang, jangan-jangan karena kantong kita terbang kemudian menyangkut di baling-baling. Detik ini saya baru sadar kalo kantong kita terbang. Huhuhu, saya jadi merasa bersalah karena menambah sampah di tengah laut. Coba kalo tadi ga hmm trus tidur lagi.

Tapi terus saya bilang, engga kok, itu kantongnya...
Dia beneran terbang, huhuhu...

Di detik lainnya saya malah ketawa-ketawa, abis lucu reaksi Tir & Oom Andi siy...

Tapi, tentu saja ga cuma 1 mesin dikapal itu. Dengan mesin lain, akhirnya kami pun tiba di Untung Jawa. Huaa senangnya melihat tenda warna-warni.


(kiri) Warna-warni Untung Jawa; (kanan) Silakan dipilih ikannya...
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Di sini, masing-masing bayar 3000. Ikan bakar di atas tikar dengan ada yang bayar... 2 paket, ikan Baronang dan ikan Kerapu, ditambah 4 teh dalam botol yang kemudian menjadi masalah sepulau. Ckk ckk.

Disini kami menghitung uang dan pengeluaran.
Hahaha.. kami baru sadar...

Kami bangkrut.

Untung masih ada uang untuk bayar kapal. Setelah teman-teman sholat, kami pun pergi meninggalkan pulau. Meninggalkan warna-warni Untung Jawa untuk kembali ke dunia nyata. Ditemani senja, tiba-tiba si Oom disapa. Ternyata uangnya minta ditamba(h).


Senja menjemput, saatnya kembali ke kehidupan nyata.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Ya sudahlah akhirnya kami mengalah. Dengan sisa-sisa kemampuan finansial yang ada kami pun merogoh dompet lagi. Dan hasilnya dari 4 orang... hanya Siti yang masih punya 50 ribu.

Saya, Tir, dan Oom Andi habis-sehabis-habisnya. Seribu pun tak ada. Untung Siti mau mengantar kami ke rumah masing-masing. Terimakasih Siti...

Huaa.. saya ingin kesini lagi.

Tadinya pengen ke Pulau Pramuka, tapi setelah saya lihat di peta ternyata jauh ya. Jadi rute berikut sepertinya akan Tanjung Pasir-Pulau Onrust-Cipir-Kelor-Untung Jawa-Pulau Rambut-Tanjung Pasir.

Ada yang berminat barengan?


Profil Kontributor
Listya adalah seorang karyawan di sebuah industri farmasi, lulusan sebuah institut di Indonesia, dan berpikir bahwa dirinya tidak ambisius tapi sering memiliki banyak keinginan. Mempunyai hobi fotografi dan jalan-jalan. Ini adalah catatan perjalanannya saat ke Kepulauan Seribu bulan Mei 2008 lalu (rute : Tanjung Pasir, Pulau Rambut, Pulau Onrust, Pulau Kelor, dan Pulau Untung Jawa). Tulisan Lis lainnya dapat dibaca di another list's journey.

Tuesday, February 9, 2010

Photo(s) : Kepulauan Seribu

Foto oleh : Anida Dyah Pratiwi


Regatta the Icon.
Foto (c) Anida Dyah Pratiwi, 2009.


Om Dani's Boat.
Foto (c) Anida Dyah Pratiwi, 2009.


Pulau Air.
Foto (c) Anida Dyah Pratiwi, 2009.


I Love Blue of Indonesia.
Foto (c) Anida Dyah Pratiwi, 2009.


Profil Kontributor
Anid, teman (& mantan kolega saya, hehe), kini bekerja di sebuah konsultan environmental graphic di Karawaci, Banten. Mempunyai hobi fotografi dan jalan-jalan. Anda dapat melihat tulisan & jepretan Anid lainnya di bitter sweet & Nidnod's Photostream.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting