Tuesday, February 16, 2010

Ayo ke Pulau!

Posting tamu oleh : Listya Reina Karyadi

Akhir minggu kemarin, akhirnya jadi juga jalan-jalan ke Kepulauan Seribu-nya. Walaupun maju-mundur-kiri-kanan dari bulan April, yang penting terjadi dan senang. SENANG!

Perjalanan saya dimulai dari pinggir Danau Sunter, alias tempat dijemput Riris yang sudah bersama dengan Tir. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Tangerang untuk menjemput Oom yang kerjanya lembur & sampling mulu.

Dalam perjalanan ke Tomang, kami pun nyasar berkali-kali. Ada yang karena kebodohan saya, salah naek fly-over, dan petunjuk rambu yang salah. Quote from Tir, “Belok kiri blok m, hahaha, ga mungkin kita ke kiri”. Padahal kita emang mesti ke kiri kalo mo masuk underpass Tomang.

Panjang kata, tibalah kita di Karawaci --eh belom dink-- Kita mampir dulu di semacam toserba untuk beli ransum sementara si Siti mengisi bensin. Seplastik besar lho. 2 botol air mineral, 1 botol teh bermadu, sekantong besar keripik rasa keju bakar, sekantong kecil coklat, dan biskuit bikin kuat, serta tak lupa teh favorit saya dalam kotak. Ditambah 2 pak bika ambon dan minuman Tir, sepertinya persediaan kita oke juga kan.

Perjalanan dilanjutkan menjemput Oom yang udah bingung kenapa keponakannya ga muncul-muncul, terus anter ke tempat kaka Oom untuk taro motor, lalu masuk jalan-jalan yang saya ga inget lagi. Tanyalah pada Siti yang berjiwa kesopiran. Gue cuma inget, kalo dari Jakarta lewat tol bandara aja sampe ujung ntar bakal ketemu jalannya. DENG... Setelah itu kemudian kita tiba di pelabuhan kita bersama, Tanjung Pasir.


Aktivitas Tanjung Pasir.
Membuat iri saja ketenangannya...
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Masuk sana, pertama kita harus bayar. 2500 per-orang dan 50o0 per-mobil. Lumayan murah dibanding pelabuhan sebelah sana yang masuknya 10.000 per-orang dan 10.000 per-mobil. Tidak lama, ada yang menawarkan carter perahu, Rp300.000,-. Karena bingung akhirnya kami bilang mau ke Untung Jawa saja, tidak mau carter. Katanya Rp20.000,- per-orang PP. Oke...

Kami pun melaut.

Udah di tengah laut, ditawarin lagi. Mau ngga ke Onrust sekalian, dll, dll. Si pemilik perahu kayanya marketer yang baik ya. Tawarkan pada konsumen, bila mereka masih ragu, berikan waktu sejenak, berikan mereka pengalaman, kemudian tawarkan lagi. Karena ekspektasi yang tinggi, (baru pertama kali naik perahu macam ini, mungkin + efek Antimo, dan norak khas pegawai kantoran sang budak kapitalis depresi) akhirnya kami mau. Bagian nego-nego masalah si Oom sih.

Akhirnya deal dengan Rp 200.000,- seharian, dan rute pun berubah. Dari hanya 1 pulau ke terserah-kami-berapa-pulau-pokoknya-sampe-sore.

Dan inilah awal kebangkrutan finansial kami yang sok punya duit.


Mega Laut J16 no. 242, tumpangan kami seharian.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Tujuan pertama berubah, akhirnya kami ke Pulau Rambut dahulu. Kaga ngartilah, gue sih iya-iya aja. Secara ga tau juga komponen Kepulauan Seribu apa aja. Cuma tau mau ke Untung Jawa kok.

Di pulau ini, kita bayar 2500 per-orang . Bukan begitu? Atau 2000? Ternyata pulau ini cagar alam sekaligus suaka margasatwa. Lalu kita naik ke menara pengawas. Sepanjang perjalanan ga berani nengok, naro sweater diatas kepala. Takut pas nengok ketemu ular atau biawak juga takut kena durian runtuh dari burung kowak. Ternyata burung kowak gak cuma ada di depan itb teman-teman dan ternyata kita ga usah nengok, karena biawaknya nyebrang jalan aja di depan gue. Huhuhu...


(kiri) Tiba di Pulau Rambut, Cagar Alam sekaligus Suaka Margasatwa;
(kanan) Pemandangan dari menara pengawas.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Dari menara pengawas, keren lho, keliatan banyak burung-burung yang sedang duduk-duduk di atas pohon. Ada elang dan lain-lain (maaf saya bukan ahli perburungan). Pokoknya suasananya nyaman dan riuh rendah, mereka saling mengobrol dan saling menambah anak (katanya ada yang jauh-jauh dr Ostrali, bikin anak trus pulang lagi).

Lanjut, kali ini kita melanjutkan ke Pulau Onrust. Agak jauh juga ternyata, sekitar sejam dari Pulau Rambut ke Pulau Onrust. Dalam perjalanan agak-agak bete karena kok di tengah laut banyak sampah, seolah membawa berita tentang apa makanan yang sedang trend. Mau dipungut juga di tengah laut. Pasrah aja sambil berjanji, pokonya sampah kita ga boleh dibuang ke laut.


(kiri) Sisa-sisa Benteng Onrust; (kanan) Asrama Haji.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Di pulau Onrust ini, kita bayar 2000 per-orang. Di sini banyak cerita sejarahnya. Ada museum arkeologi yang dulunya tempat tinggal dokter, ada bekas asrama haji, ada sisa-sisa benteng. Onrust itu dibangun berkali-kali dan hancur berkali-kali. Ada yang karena diserang, ada yang karena letusan krakatau. Onrust juga merupakan kompleks pertahanan yang beranggotakan Onrust, Cipir (kayangan kecil), Bidadari, dan Kelor. Untuk berhenti di pulau ini ternyata ada biaya sandar, Rp25.000,-

Perut mulai lapar (untung gue belom) tapi kaki masih gatal, jadilah kita mampir di pulau yang terlihat indah di foto, dan memang indah kok aslinya. Tolong disambut, PULAU KELOR. Horeee..


(kiri) Pulau Kelor dari kejauhan; (kanan) Dermaga Pulau Kelor, pasirnya keren...

Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Pengen beli pulau ini deh.. Pasirnya putih, warna airnya kehijauan. Mirip pantai di kawah putih tapi dengan suhu tropis. Di sini ada sisa benteng yang kayanya bagus untuk foto prewed (dan ternyata sudah ada orang yang melakukannya, ada setangkai bangkai bunga disana). Model-model pun beraksi dan berpose, salah satunya si Angelina Jolie. Huu... kalo gue ikutan naik, pasti ga ada foto itu. Thanks to me lah jol..


Benteng Kelor.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Tidak ada kehidupan di pulau ini yang terlihat, kecuali seekor kucing. Darimanakah dia berasal?

Hari semakin siang, kulit semakin terbakar, perutpun semakin melapar. Akhirnya kami meninggalkan Pulau Kelor menuju Pulau Untung Jawa untuk makan ikan bakar. Dalam perjalanan semua sudah lelah, angin kencang, perahu bergoyang. Saya pun tidur-tiduran di perahu.

Tir sempat menunjuk, “List, kantong kita mau terbang”.
Saya menengok, “Hmm... mudah-mudahan engga”.
Respon orang cape.

Tidak berapa lama Tir berkata, kantong kita terbang! Tapi saya ga denger. Tiba-tiba... Dass, dan ketenangan muncul. Mesin kapalnya mati sodara-sodara...

Tir bilang, jangan-jangan karena kantong kita terbang kemudian menyangkut di baling-baling. Detik ini saya baru sadar kalo kantong kita terbang. Huhuhu, saya jadi merasa bersalah karena menambah sampah di tengah laut. Coba kalo tadi ga hmm trus tidur lagi.

Tapi terus saya bilang, engga kok, itu kantongnya...
Dia beneran terbang, huhuhu...

Di detik lainnya saya malah ketawa-ketawa, abis lucu reaksi Tir & Oom Andi siy...

Tapi, tentu saja ga cuma 1 mesin dikapal itu. Dengan mesin lain, akhirnya kami pun tiba di Untung Jawa. Huaa senangnya melihat tenda warna-warni.


(kiri) Warna-warni Untung Jawa; (kanan) Silakan dipilih ikannya...
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Di sini, masing-masing bayar 3000. Ikan bakar di atas tikar dengan ada yang bayar... 2 paket, ikan Baronang dan ikan Kerapu, ditambah 4 teh dalam botol yang kemudian menjadi masalah sepulau. Ckk ckk.

Disini kami menghitung uang dan pengeluaran.
Hahaha.. kami baru sadar...

Kami bangkrut.

Untung masih ada uang untuk bayar kapal. Setelah teman-teman sholat, kami pun pergi meninggalkan pulau. Meninggalkan warna-warni Untung Jawa untuk kembali ke dunia nyata. Ditemani senja, tiba-tiba si Oom disapa. Ternyata uangnya minta ditamba(h).


Senja menjemput, saatnya kembali ke kehidupan nyata.
Foto (c) Listya Reina Karyadi, 2008.

Ya sudahlah akhirnya kami mengalah. Dengan sisa-sisa kemampuan finansial yang ada kami pun merogoh dompet lagi. Dan hasilnya dari 4 orang... hanya Siti yang masih punya 50 ribu.

Saya, Tir, dan Oom Andi habis-sehabis-habisnya. Seribu pun tak ada. Untung Siti mau mengantar kami ke rumah masing-masing. Terimakasih Siti...

Huaa.. saya ingin kesini lagi.

Tadinya pengen ke Pulau Pramuka, tapi setelah saya lihat di peta ternyata jauh ya. Jadi rute berikut sepertinya akan Tanjung Pasir-Pulau Onrust-Cipir-Kelor-Untung Jawa-Pulau Rambut-Tanjung Pasir.

Ada yang berminat barengan?


Profil Kontributor
Listya adalah seorang karyawan di sebuah industri farmasi, lulusan sebuah institut di Indonesia, dan berpikir bahwa dirinya tidak ambisius tapi sering memiliki banyak keinginan. Mempunyai hobi fotografi dan jalan-jalan. Ini adalah catatan perjalanannya saat ke Kepulauan Seribu bulan Mei 2008 lalu (rute : Tanjung Pasir, Pulau Rambut, Pulau Onrust, Pulau Kelor, dan Pulau Untung Jawa). Tulisan Lis lainnya dapat dibaca di another list's journey.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting