Showing posts with label ~ENGLAND. Show all posts
Showing posts with label ~ENGLAND. Show all posts

Wednesday, May 19, 2010

Event Tahunan di Kota Bristol, SW England

Posting tamu oleh: Dhitta Puti Sarasvati



Sebelumnya, saya tidak tahu menahu tentang kota Bristol. Saya hanya mendaftar di universitasnya karena universitasnya memiliki reputasi yang sangat baik di bidang ilmu pendidikan. Tapi ternyata saya jatuh hati pada kotanya karena suasananya mirip Bandung, hangat, banyak kegiatan, artistik, dan juga bukan kota besar --I hate big cities I might say!-- tapi juga bukan kota yang terlalu kecil.



Kalau ke Bristol, ada beberapa event tahunan yang menyenangkan. Di antaranya:


1) Bristol Balloon Fiesta

Kegiatan ini diadakan setiap tahun di musim panas, biasanya selama tiga hari berturut-turut di daerah bernama Ashton Court. Kalau cuaca sedang baik, biasanya balon akan diterbangkan pagi-pagi sekali (saat matahari terbit) atau sore (saat matahari terbenam). Biasanya event ini sangat penuh dan sangat menyenangkan. Tahun 2009 lalu saya datang di acara pembukaannya di sore hari. Balon-balonnya berkedap-kedip lampunya. Seru sekali! Lalu suatu hari saya sedang belajar di perpustakaan di lantai dua, ternyata saya masih bisa melihat balon-balon berterbangan di udara. It is great fun!



Editor's Note: You should see the beautiful photographs of Bristol Balloon Fiesta in this link! Captured by Daugirdas Tomas Racys from Long Lens Photography. You can see more of his awesome works on his flickr account. :)



2) Bristol Art Trail
Kebetulan tahun 2009 lalu saya ikut berpartisipasi di West Bristol Art Trail dengan berjualan kalung karya sahabat saya Aini, Manikam. Jadi, di daerah tempat saya tinggal, bukan hanya seniman profesional yang bisa ikut berpartisipasi, tetapi juga orang-orang biasa. Orang-orang yang merasa memiliki karya seni dapat mengadakan open house di rumahnya (ada juga yang di sekolahnya) dan memamerkan karya-karya seni yang ada di rumah mereka. Kebetulan, pemilik rumah saya setiap tahun selalu membuat kartu natal sendiri, jadi mereka memamerkan kartu-kartu natal yang mereka buat.



Ada juga karya-karya lain seperti gambar anak-anak mereka, hasil quilting, gambar-gambar bangunan di Bristol, dan juga lukisan dan fotografi karya keluarga. Selama seminggu saya ikut rapat bersama pemilik rumah, membersihkan rumah dan mengatur tata letak ruang agar terlihat bagus. Kami juga menyediakan teh dan biskuit bagi tamu di rumah. Saya bertemu banyak orang baru, dan beberapa tamu bahkan sudah pernah ke Indonesia!



Sayangnya, saya hanya sempat mengunjungi satu rumah tetangga untuk melihat karya seni mereka, karena jumlah tamu yang datang ke tempat tinggal saya banyak sekali. Sehingga kami tak sempat berjalan-jalan ke tempat lain. Ini adalah foto beberapa karya di tempat tinggal saya.






Beberapa karya seni warga Bristol

yang dipamerkan di Bristol Art Trail.


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009




Ini juga event tahunan yang diadakan di pelabuhan Bristol. Tepatnya diadakan di Bristol Harbour, Queen Square, Millennium Square, Harbourside pada saat musim panas. Banyak kapal yang ada di pelabuhan, juga ada berbagai musik, bazaar, dan juga semacam fun fair. Saya dan teman saya naik sebuah wahana serupa di Dunia Fantasi, Ancol, Indonesia. Berhubung kami penakut --saya terutama--, saya hanya berani naik satu permainan, itu pun sudah teriak-teriak ketakutan. Haha! Tapi event ini menurut saya kalah seru dibandingkan Bristol Balloon Fiesta dan Bristol Art Trail.


Bristol Harbour Festival.

Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009




4) Redland Mayfair

Sebenarnya event ini baru beberapa minggu lalu. Event ini diadakan setiap May Day, alias tanggal 1 Mei dan selalu diadakan di daerah yang disebut Redland, yang jaraknya hanya 20 menit berjalan kaki dari tempat saya tinggal. Saya tidak datang karena sedang sedikit sakit, padahal beberapa teman-teman saya dari Amnesty International Bristol membuka stand di sana.





Redland May Fair.

Source: flickr


Satu lagi event yang tampaknya tidak akan sempat saya kunjungi (beberapa minggu mendatang) adalah Bristol Vegan Fayre, yang konon merupakan vegan fair terbesar di dunia.





Bristol Vegan Fayre.

Sumber:
geometricapartments.com








Profil Kontributor

Puti, teman saya, seorang praktisi bidang pendidikan, menyelesaikan masternya di Bristol, England. Ini adalah salah satu postingnya tentang Bristol, kota yang ia tempati selama menjalani kuliahnya di sana. Anda dapat membaca tulisan-tulisan Puti lainnya di Warna Pastel & Mahkota Lima.



Wednesday, May 12, 2010

Peak District Journey (Part-2)

Posting tamu oleh: Yuke Listi

S
ambungan dari Peak District Journey (Part-1)

Minggu, 27 September 2009: Tujuan Selanjutnya, Haddon Hall
Kami berempat baru bangun pagi jam 8. Tinggal di hostel semuanya harus dilakuin sendiri, tempat tidur dibongkar dan pasang seprai nya sendiri, dan check out harus dilakukan sebelum jam 10 pagi.

Pada hari sebelumnya si pemilik hostel sudah menanyakan apakah kami mau bayar untuk sarapan atau tidak. Kami memlilih untuk tidak mengambil sarapan, abisnya harus bayar £5.00 lagi per-orang. Sebagai orang Asia kami rasa itu kelewat mahal buat sarapan. Akhirnya kami memesan kopi dan teh sebelum pergi. Cukup dengan £1.00/orang udah dapet 4 gelas minuman hangaat. Hmmm... :) Bekal sandwich dan cake kami juga belum habis, jadi bisa untuk mengganjal sedikit.

Hari ini kami menentukan untuk melakukan perjalanan ke Haddon Hall, katanya juga dipake sebagai lokasi syuting "Pride and Prejudice" (2005). Haddon Hall letaknya dekat dengan Bakewell yang ga gitu jauh dari Youlgrave tempat kami menginap.
"Haddon Hall is an English country house on the River Wye at Bakewell, Derbyshire, one of the seats of the Duke of Rutland, occupied by Lord Edward Manners and his family. In form a medieval manor house, it has been described as the most complete and most interesting house of [its] period." - Wikipedia
Menurut informasi, jalan dari Youlgrave ke Haddon Hall ga begitu jauh, sekitar 1 jam. Hmmm... Kalau dari hostel jam 10, berarti masih bisa brunch di Haddon Hall jam 11, berangkat!!

Perjalanan Menuju Haddon Hall
Akhirnya kami jalan kaki dari Yougrave ke Haddon Hall. Tidur di hostel ternyata cukup membuat tubuh kami nyaman, buktinya kami merasa sangat segar dan penuh energi hari ini. ;)

Berpetualanglah 4 wanita pemberani. Kenapa saya bilang pemberani? Karena kami punya peta tapi ga bisa mengartikannya, kami melangkah kemana kaki kami melangkah saja tanpa tau medan. Yang kami tau tujuan kami ke Haddon Hall.


4 Wanita Pemberani siap berangkat menuju Haddon Hall.
Fot0 (c) Yuke Listi, 2009


Perjalanan dari Youlgrave ke Haddon Hall super duper menakjubkan! Lahan hijau membentang, sungai yang dialiri air yang sangat jernih, domba dan sapi berada di lahan hijau yang luas, ditambah lagi orang-orang yang ramah ketika bertemu di jalan.

Pernah kami hampir tersesat (karena kami memilih jalan menurut perasaan dan mencoba-coba aja, hehe) lalu kami bertemu dengan salah seorang kakek, beliau lah yang menunjukkan jalan ke arah yang benar. Si kakek sendiri tinggal di Youlgrave bersama anjingnya, dan sangat menikmati masa pensiunnya. Begitulah hidup disini, mereka senang tinggal jauh dari kebisingan dan polusi kota.

Lanjuut! Di perjalanan salah seorang teman kami nyeletuk, "Wah, indah banget ya... Saya udah senang seandainya pun kita ga sampai ke Haddon Hall." Dan, sampailah kami di Haddon Hall setelah 2.5 jam jalan. Yang ternyata hari ini TUTUP!

Dari kemarin Haddon Hall ini dipakai untuk pesta pernikahan. Sedikit kecewa dan takjub! Kami melihat sedikit dari luar, sepertinya tamannya sangat indah. Dan gimana ga takjub kalau ada yang bisa menggelar pesta pernikahan di sana. Jadi penasaran gimana acara pernikahannya ya? Pasti unik dan sangat Inggris banget...

Yaaah, mau ga mau kami harus melanjutkan perjalanan ke Bakewell, perjalanannya ga terlalu jauh katanya, jadi kami memutuskan untuk melanjutkan jalan kaki. Walaupun ga terlalu jauh, tapi ternyata ada medan yang harus di daki, aduuuh cape juga, tapi seneng sih. Lama-lama laper juga jadinya, tapi disini gada makanan selain rumput dan daging yang masih idup. Daging yang masih idup = Domba dan Sapi ;P

Pasar Kaget
& Cafe "Lantai Atas"
Ternyata perjalanannya memang tidak terlalu jauh, kira-kira 1.5 jam kami sudah sampai di Bakewell. Di tengah jalan kami menemukan pasar kaget, mereka jual barang-barang antik (dan second hand).


Pasar Kaget!

Fot0 (c) Yuke Listi, 2009

Banyak barang-barang yang menarik seperti buku cerita yang udah kuno, perhiasan jaman kerajaan Victoria, mainan anak-anak, sampe peralatan berkebun yang udah bekas juga ada. Saya sendiri udah sangat lapar, jadi saya tidak tertarik untuk melihat-lihat. Teman saya mendapatkan bros dan kalung vintage yang dijual cukup murah.

Dari pasar kaget kami langsung menuju ke tengah kota Bakewell dan langsung mencari tempat makan! Lapaaaar... Lalu ketemulah sebuah restoran yang bernama "Upstair Cafe". Emang letaknya di lantai atas, duuuh males mikir nama keknya yang punya, hehehe... Tadinya pengen makan fish and chips pinggir jalan aja, tapi berhubung dingin dan capek, rasanya gpp deh mengeluarkan sedikit uang untuk duduk dan menghangatkan tubuh, ;)


Makan siang kami di Upstair Cafe.
Fot0 (c) Yuke Listi, 2009

Tempat makannya sangat ramai sampe harus waiting list. Makanannya enak dan mengenyangkan, harganya juga tidak terlalu mahal, kami habis kira-kira £8.00, udah kuenyaaang banget.

Setelah makan kami melanjutkan untuk jalan-jalan di sekitar kota Bakewell, ternyata kotanya kecil, dalam setengah jam kami udah mengitari kotanya. Ada museum Old House tapi sayangnya kami tidak sempat masuk, walaupun udah sampe di depan museumnya, mengingat kami harus mengejar bus untuk ke Matlock sebelum kembali ke Loughborough.

FYI, hari Minggu gini semua public transportation tampak menurunkan jam terbangnya, jadi hati-hatilah kalau mau pake kendaraan umum, benar-benar di-cek jam keberangkatannya atau kamu harus menunggu 2 jam, paling apes kalau udah gada lagi bus yang beroperasi.

Berkeliling di Matlock

Berangkatlah kami dari Bakewell ke Matlock. BUSEEET... Mahal bener busnya! One way aja sampe £3.20. Ya emang jauh sih tempatnya, tapi tetep aja nyesek, huhuhu... Ya gpp deh, kalo disuruh jalan mungkin kami baru sampai di Matlock jam 7 malem, hehe...

Naek bus sampai di Matlock kira-kira 30 menit (tiba di sana jam 3 sore). Bingung mau ngapain lagi, akhirnya kami puter-puter Matlock. Rencana pengen ke Matlock Bath, katanya disana lebih banyak yang bisa didatengi, tapi aaah udah capek jalan.

Kami duduk-duduk di bangku taman, ada pagelaran musik klasik, lihat anak-anak bermain di playground, katanya sih taman ini ada sejak jaman Victoria (sejak Queen Victoria jadi ratu Inggris). Di dekat taman ada bukit kecil. Di atas bukitnya ada tugu perang, pas di bawah tugu ada taman makan pahlawan. Dari atas bukit sini kami bisa melihat kota Matlock.


Bersantai di taman Matlock.
Fot0 (c) Yuke Listi, 2009

Cukup perjalanan kali ini, waktunya pulang ke Loughborough. Berangkatlah kami ke Railway Station. Sampai di sana...

WHAAAT??!
Ternyata kami ketinggalan kereta 5 menit yang lalu!

Terpaksa menunggu 2 jam lagi untuk kereta selanjutnya, gini deh kalo hari Minggu. :( Akhirnya kami memutuskan untuk duduk-duduk di sebuah pub sebelum ngambil kereta yang jam 7. Sambil nunggu kami memesan teh hangat dan Nachos. Tidak terasa sampai juga waktu kami untuk pulang.

Selamat tinggal Peak District, semua pengalaman dan perjalanan bersama teman-teman disini bakal selalu membekas.

Y Cinantya
Loughborough, 6 Oktober 2009




Profil Kontributor
Yuke, lulusan salah satu universitas swasta favorit di Bandung ini kini sedang melanjutkan pendidikannya di Inggris. Tulisan Yuke lainnya dapat dibaca di blog pribadinya: Anakiyoek - yuke's Blog

Friday, May 7, 2010

Peak District Journey (Part-1)

Posting tamu oleh: Yuke Listi
"The Peak District is an upland area in central and northern England, lying mainly in northern Derbyshire, but also covering parts of Cheshire, Greater Manchester, Staffordshire, and South and West Yorkshire. Most of the area falls within the Peak District National Park, whose designation in 1951 made it the first national park in the British Isles. [...] With an estimated 22 million visitors per year, the Peak District is thought to be the second most-visited national park in the world (after the Mount Fuji National Park in Japan)."
- Wikipedia, 2010
Buat yang suka hiking dan jalan-jalan, mungkin catatan ini bisa sedikit memberikan informasi.

Awalnya...

Tujuan utama kami ke Peak District adalah ingin mengunjungi Chatsworth House. Saya ke sana bareng dengan 3 orang teman saya. Puti, Asta, dan Maggie. Maggie adalah teman kuliah saya yang berwarganegara Cina. Seminggu sebelumnya, Maggie lah yang punya usul buat ke Peak District. Lalu saya ajak Asta, dan Asta mengajak Puti. Semua urusan baru deal 2 hari sebelum berangkat, bahkan rencana perjalanan kami atur dadakan. Kadang-kadang emang lebih seru gitu... :)

Sabtu, 26 September 2009: Menuju
Chatsworth House
Kami berangkat dari Loughborough sekitar pukul 8 AM, langsung ke railway station beli tiket return ke Matlock. Lumayan murah waktu itu, sekitar £9.00. Membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai di Matlock dari Loughborough. Dari Matlock kami langsung ke Chatsworth House dengan bus.

Sebenernya bisa beli bus yang return (Matlock-Chatsworth-Matlock) dengan harga £3.00. Berhubung kami menginap di
Youlgrave, maka kami membeli yang one way seharga £1.85.

Chatsworth House, lokasi syuting film "Pride and Prejudice"
15 menit kemudian, kami tiba di Chatsworth House. Fee masuknya £10.00 dengan menunjukkan ID Student. Lumayan... ;) Di sini kalo student bisa dapet diskon macem-macem, hehehe...


Chatsworth House, tempat syuting film
"Pride and Prejudice" dan "The Dutchess".


Dengan £10.00 ini, kita sudah bisa masuk ke rumahnya dan jalan-jalan di tamannya. Worthed banget deh! Tamannya gueedeeee, dan rumahnya juga ga kalah gedenya. Keasrian Inggris jaman dulu masih kerasa banget. Kabarnya sih rumah beserta tamannya di pake syuting film "Pride and Prejudice" (2005) dan "The Dutchess" (2008).

Orang Indonesia pada umumnya lebih mengenali Edensor (baca: Enzer), karena sempat diangkat melalui novel Andrea Hirata. Edensor sendiri tuh desa keciiiil banget, dan menurut saya gada yang begitu menarik di dalamnya. Tapi kalo mau ke sana, tempatnya bersebelahan banget dengan Chatsworth House.

Gak kerasa, di dalam Chatsworth House kami menghabiskan waktu sekitar 5 jam!

Jam 4 sore kami keluar dari sana menuju Youlgrave, desa tempat penginapan kami. Bus yang menuju ke Youlgrave ga bisa didapet dari Chatworth, harus jalan kaki ke Baslow. Chatworth House - Baslow sekitar 30 menit by foot. Sampe di bus stop-nya harus nunggu lagi, memang bus antar desa gini suka jarang.

Dari Baslow kami harus ke Bakewell dulu untuk ngambil bus yang ke Youlgrave. Mahal juga sih jadinya, kira-kira abis lebih dari £3.00 (Baslow-Bakewell £1.70 + Bakewell-Youlgrave £1.90). Cuma kalo harus jalan kaki rasanya udah ga sanggup... :(

Youlgrave, Menikmati Suasana Pedesaan Inggris

Youlgrave adalah nama sebuah desa kecil di Peak District. Mungkin karena kami telat mencari penginapan, akhirnya ga dapet tempat yang dekat dengan kota, menginaplah kami di Youlgrave. Ga kebayang sebelumnya bakal nginep di desa kecil di Inggris, tapi disinilah kami :) dengan modal £10.00 udah bisa nginep di YHA (hostel).

Kamarnya lumayan, satu kamar menampung 8 orang, kami sendiri ber-4, ditambah 2 orang lagi yang udah ada disana. Kamarnya khusus wanita, buat saya sih jadi jauh lebih nyaman.

Oh iya, hari ini kami sarapan dan makan siang dengan bekal sandwich yang udah disiapin dari rumah, maksudnya biar ngirit. :) Tapi, di Youlgrave ternyata susah cari tempat makan malam. Apalagi karena Youlgrave merupakan desa kecil, mereka kasih harga seenaknya. Muahaal!! :(

Per-orang kami habis sekitar hampir £10.00 buat makan malam. Tapi udah kenyang banget sih, plus nyobain suasana Restoran di desa Inggris. Sebenarnya gak tepat kalo dibilang Restoran, lebih tepatnya Pub, tapi Pub disini bisa berubah-ubah fungsinya, kebetulan pas kami dateng masih jam buat makan malam keluarga, jadi masih banyak anak kecil dan ga banyak orang yang minum-minum.

Suasana di Youlgrave seperti umumnya pedesaan, orangnya ramah-ramah, selalu nyapa kalo ketemu di jalan, pokoknya asik deh! Ngobrol-ngobrol dengan penduduk setempat, mereka bilang Youlgrave ini terkenal dengan mining-nya, dan dulu hostel tempat kami menginap adalah toko sepatu sekaligus penginapan. Berasa di film-film Inggris gitu deh.

Setelah dinner, kita langsung pulang ke hostel dan tidur.
Cukup melelahkan hari ini...

Bersambung ke Peak District Journey (Part-2) - coming soon


All photos (c) Yuke Listi, 2009.




Profil Kontributor
Yuke, lulusan salah satu universitas swasta favorit di Bandung ini kini sedang melanjutkan pendidikannya di Inggris. Tulisan Yuke lainnya dapat dibaca di blog pribadinya: Anakiyoek - yuke's Blog

Sunday, November 22, 2009

Bertemu Tibetian Monks

Posting tamu oleh : Dhitta Puti Sarasvati

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi perpustakaan pusat Bristol.

Menurut teman saya ada beberapa Tibetian Monks dari Tashi Lumpo Monestry yang sedang membuat lukisan dengan pasir. Saya sangat tertarik ingin mengetahui teknik pembuatan lukisannya. Pasir berwarna diletakkan ke dalam sebuah corong logam lalu di samping corong ada bagian bergerigi. Bagian ini digesek-gesekan dengan sebuah alat, sehingga pasir keluar secara perlahan. Wow mengerjakan lukisan tersebut benar-benar membutuhkan kesabaran.


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009

Para Tibetian Monks dari Tashi Lumpo Monestery ini juga berjualan berbagai barang seperti gelang, kartu pos, hiasan dinding, karena mereka sedang mengumpulkan dana untuk pembebasan Panchen Lama yang bernama Gedhun Choekyi Niyam, salah satu tahanan politik paling muda di dunia.

Saat saya sedang melihat-lihat barang-barang yang dijual oleh para monks, saya terpana pada sebuah hiasan dinding berwarna jingga. Tulisannya begini:
THE PARADOX OF OUR AGE

We have bigger houses but smaller families;
more convinience, but less time;
we have more degrees, but less sense;
more knowledge, but less judgement'
more experts, but more problems;
more medicines, but less healthiness;
We've been all the way to the moon and back,
but have trouble crossing the street to meet the new neighbour.
We built more computers to hold more
information to produce more copies than ever, but have less communication;
We have become long on quantity,
but short on quality.
These are times of fast foods
but slow digestion;
Tall man but short character;
Steep profits but shallow relationships;
It's a time when there is much in the window, but nothing in the room

... His Holiness the 14th Dalai Lama


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009

Entah kenapa kata-kata ini begitu mengena bagi saya, mungkin juga koreksi terhadap diri sendiri. Saya meminta izin kepada sang biksu yang menjaga barang-barang dagangan untuk memotrer tulisan ini lalu mengobrol sedikit tentang Pancen Lama yang sedang dipenjara. Akhirnya saya berjalan pulang.




Profil Kontributor
Puti, teman saya, seorang praktisi bidang pendidikan, menyelesaikan masternya di Bristol, England. Ini adalah salah satu postingnya tentang Bristol, kota yang ia tempati selama menjalani kuliahnya di sana. Anda dapat membaca tulisan-tulisan Puti lainnya di Warna Pastel & Mahkota Lima.

Sunday, August 16, 2009

Eksibisi Banksy

Posting tamu oleh : Dhitta Puti Sarasvati

Saya belum sempat mengunjungi museum kota Bristol sejak museum dirombak khusus untuk eksibisi karya-karya Banksy. Eksibisi ini akan berakhir pada 31 Agustus, dan saya tampaknya harus menyempatkan diri ke sana. Banksy seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya merupakan salah satu seniman grafiti yang berasal dari Bristol. Tak banyak yang tahu siapa dia sebenarnya. Karya-karyanya cenderung merupakan kritik sosial, terhadap berbagai isu di dunia. Ia juga pernah membuat grafiti di tembok Palestina, sebagai sebuah aksi protes terhadap konflik yang terjadi di sana.

Yang menarik dari eksibisi Banksy di Bristol kali ini adalah bahwa persiapannya dilakukan secara rahasia. Yang tahu bahwa Banksy akan melakukan eksibisi di museum hanya kurator museum. Bahkan semua karyawan museum kaget, ketika hari pertama pembukaan eksibisi dan menemukan ,museum telah dirombak total. Untuk tahu lebih lanjut coba intip site ini.

Museum terletak di seberang jalan menuju jurusan saya. Saat itu saya sedang berjalan melalui museum dan cukup kaget dengan boneka Ronald McDonald yang duduk di atap museum. Ronald McDonald tampak sedih dan seakan-akan mau bunuh diri. Tampaknya itu sebuah visi yang ingin disampaikan Banksy. Ia tampaknya bermimpi bahwa suatu hari industri fast food seperti McDonald akan mati.

Di hari yang lain saya dibuat kaget lagi ketika melewati Oxfam yang terletak di jalan masuk ke jurusan saya. Saat itu Oxfam sudah tutup, tetapi ada tulisan berupa tanda terima kasih kepada penyumbang rahasia karya-karya Banksy kepada Oxfam. Karya-karya tersebut telah habis terjual dalam waktu yang sangat singkat dan menghasilkan uang belasan ribu poundsterling.

Oxfam Bookshop

Salah satu alasan saya tidak mengunjungi museum adalah karena setiap saya melewati museum saya melihat antrian yang teramat panjang. Bahkan setiap hari ada satu jalan (yang cukup lebar dan panjang) yang ditutup, karena penuh dengan antrian orang-orang yang mau melihat eksibisi Banksy. Banyak orang datang dari seluruh dunia untuk melihat eksibisi ini termasuk (katanya) para artis dunia. Hehe saya yang tinggal hanya 10 menit dari museum pun belum ke sana. :D

Source (picture):
http://www.nerdbanite.com/2009/08/ronald-mcdonald-bristo/
http://www.bristol-street-art.co.uk/street-art-blog/oxfam-selling-banksy-merchandise




Profil Kontributor
Puti, teman saya, seorang praktisi bidang pendidikan, menyelesaikan masternya di Bristol, England. Ini adalah salah satu postingnya tentang Bristol, kota yang ia tempati selama menjalani kuliahnya di sana. Anda dapat membaca tulisan-tulisan Puti lainnya di Warna Pastel & Mahkota Lima.

Tuesday, December 23, 2008

Polisi Berkuda di Bristol, England

Foto oleh : Dhitta Puti Sarasvati


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009

Polisi berkuda di Bristol..
Ah akhirnya bisa motret juga. :D

Lucu yah?


Profil Kontributor
Puti, teman saya, seorang praktisi bidang pendidikan, menyelesaikan masternya di Bristol, England. Ini adalah salah satu postingnya tentang Bristol, kota yang ia tempati selama menjalani kuliahnya di sana. Anda dapat membaca tulisan-tulisan Puti lainnya di Warna Pastel & Mahkota Lima.

Tuesday, December 9, 2008

Bristol Brunel Academy

Posting tamu oleh : Dhitta Puti Sarasvati


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009

Minggu lalu saya berkunjung ke sebuah sekolah menengah bernama Brunel Academy. Sekolah ini dulunya cukup bermasalah (anaknya bandel2x). Belakangan ini sekolah tersebut di desain ulang (ada investor).

Dan kurikulumnya pun di ubah. Ada beberapa seminar (kayak kelas pada umumnya), ada sistem proyekan.. Setahun ada sekitar 12 proyek yang harus dikerjakan. Proyek2x ini multidisiplin, dan ada juga sistem tutoring, di mana ada guru2x yang berkeliling dan memberikan bimbingan secara lebih individual.

Ada beberapa hal yang unik tentang sekolah ini.. Yakni ketika saya memasuki pintu depan sekolah ini, saya terpaku oleh tempelan harapan2x murid2x sini. Katanya, ini adalah usul seorang murid.. Harapan2x ini beberapa seperti,
"Saya ingin mempunyai monyet"
"Saya ingin memiliki pacar yang ngak galak"
"Saya ingin berjalan di bulan"

Sampai beberapa harapan yang menyentuh hati seperti
"Saya ingin semua orang bahagia"
"Saya ingin tidak pernah capai"
"Saya berharap ibu saya bisa melihatku tumbuh dan bangga pada diriku"

dan banyaaaaaak lagi..

Hal unik lainnya tentang sekolah ini adalah desain arsitekturnya. Namanya sekolah menengah lah yah.. Pastinya ada anak2x yang selalu ingin mencoba2x merokok, jual beli narkoba. Nah.. Kamar mandi merupakan salah satu sarana untuk melakukan segala transaksi ilegal ini. Makannya desain kamar mandinya cukup mengagumkan. Dari luar bisa dilihat siapa yang masuk kamar mandi. Persis di ujing ada sebuah kaca besar, jadi seandainya ada asap rokok keluar dari salah satu kamar mandi.. Bisa langsung dideteksi..

Ini ada contoh gambarnya:
Nah desain kantor kepala sekolah, guru, dan wakil kepala sekolah pun terbuka.. Jadi hanya disekat oleh semacam papan (kayak dikantor-kantor gethu). Gunanya biar lebih gampang mengawasi anak2x.. Kalau ada suara teriakan, atau apapun bisa lebih gampang di handle. JAdi walaupun di sekolah ini anak2x diberi cukup banyak kebebasan untuk berkesperimen dalam proyek2x yang ada dalam kurikulum, desain arsitektur sekolahnya memungkinkan adanya pengawasan yang lebih.

Nah di belakang papan yang warna oranye (dibawah ini), itu kantor wakil kepala sekolahnya.


Foto (c) Dhitta Puti Sarasvati, 2009

Hehe.. begitulah kunjunganku ke sekolah menengah ini.




Profil Kontributor
Puti, teman saya, seorang praktisi bidang pendidikan, menyelesaikan masternya di Bristol, England. Ini adalah salah satu postingnya tentang Bristol, kota yang ia tempati selama menjalani kuliahnya di sana. Anda dapat membaca tulisan-tulisan Puti lainnya di Warna Pastel & Mahkota Lima.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting