Sunday, January 17, 2010

Menembus Hutan di Pulau Sempu (Jawa Timur)

Posting tamu oleh : Hanny Musytika

Perjalanan ke Pulau Sempu pada 23 September 2009 ini sebenarnya di luar rencana saya. Tadinya sembari berkunjung ke kediaman Pakdhe di Malang sebagai rangkaian tur lebaran (ceile...) saya hanya berniat ke Bromo. Namun saya mendapat ajakan menggiurkan dari seorang teman melalui status facebook-nya untuk jalan ke Sempu, langsung saja saya sambar “mauuuuuu....” =D

Akhirnya, di hari saat seharusnya saya istirahat sebelum malamnya ke Bromo, saya malah nge-trip ke Sempu. Saya tidak memikirkan dampaknya bagi kaki “kota” saya ini, singkat cerita selama 2 minggu kaki saya agak abnormal.

Total peserta perjalanan ini 5 orang (4 perempuan dan 1 laki-laki) dan semuanya bukan orang yang biasa tracking. Tapi kami sangat excited dengan perjalanan ini.

Perlengkapan yang dibawa:
  1. Backpack
  2. Air mineral 600 ml 3 botol (per orang)
  3. Baju ganti luar dalam
  4. Senter
  5. Bekal makan siang
  6. Camilan
  7. Sandal jepit cadangan
  8. Ponco

Pulau Sempu adalah pulau kecil yang termasuk cagar alam (artinya alamnya masih terjaga dan dibiarkan sebagaimana aslinya, tidak boleh ada pembangunan apapun) dan berada di seberang Pantai Sendang Biru. Sendang Biru berada kurang lebih 65 km di selatan Malang atau 38 km dari Turen.


Sumber: wikipedia

Perjalanan dimulai jam 8 pagi. Kami janjian di depan salah satu mal di Malang (saya lupa namanya apa), dari sana kita naik mobil APV sewaan plus Mas Oon sebagai supir menuju Sendang Biru. Mewah amat ya kita pake nyewa mobil? Hmmm...sebenarnya pertimbangannya banyak, selain karena keterbatasan waktu (sore hari kami harus kembali ke Malang), ternyata setelah dihitung-hitung perkiraan total biaya jika menggunakan mobil rental tidak terlalu mahal jika dibagi ber-5. Perincian biaya perjalanan ini bisa dilihat di akhir tulisan ini.

Jika ingin ke Sempu menggunakan angkutan umum, rute dan biayanya:
  • Arjosari - Gadang = 3.000 (30 menit) - disarankan pilih angkot AMG karena rutenya lebih dekat
  • Gadang - Pasar Turen = 4.000 (30 menit) - berupa bis/colt/elf
  • Pasar Turen - Sendang Biru = 12.000 (90 menit) - angkot ini akan ngetem cukup lama hingga penumpang penuh

Perjalanan kami dari kota Malang ke Sendang Biru memakan waktu sekitar 2 jam. Jalan yang ditempuh berliku-liku dan naik turun. Tapi banyak pemandangan bagus yang kami temui sepanjang jalan. Bagi orang Jakarta yang tiap hari bertemu deretan gedung dan perumahan, pemandangan ini benar-benar menyegarkan mata.

Sesampainya di Pantai Sendang Biru kami diminta untuk ijin dulu ke kantor polisi hutan (polhut). Perahu yang menyeberangkan kami ke Pulau Sempu tidak akan mau jalan sebelum kita mendapat ijin tersebut. Di dalam kantor polhut, kami diberi sedikit pengarahan, menandatangani surat perjanjian bahwa kita tidak akan menyakiti alam Sempu, termasuk membuang sampah selama disana, dan membayar biaya administrasi 20.000(yang ini saya ragukan ke-legal-annya). Kami juga ditawari jasa pemandu untuk menuju Segara Anakan dengan biaya 100.000, kami memilih tidak menggunakan pemandu karena sebelumnya sudah mendapat informasi bahwa untuk menuju Segara Anakan tidak sulit karena hanya ada satu jalan setapak sehingga kita tidak akan tersesat. Mereka juga memperingatkan kita untuk hati-hati karena malam sebelumnya hujan sehingga medan jalan di Pulau Sempu lebih sulit untuk dilalui.


Pantai Sendang Biru
Foto (c) Hanny Musytika, 2009

Bagi pengunjung yang sudah larut tiba di Sendang Biru, banyak rumah-rumah penduduk yang bisa disewa, harganya tergantung negosiasi. Penginapan yang cukup dikenal adalah Wisma Keluarga (0341 – 872 083)atau Mess Perhutani dengan tarif sekitar 75.000/kamar/malam.

Lalu kami menyewa perahu untuk menyeberang ke Pulau Sempu dengan biaya 100.000 PP , sepertinya bisa dimuati 10 – 15 orang. Tampaknya semua pemilik perahu sudah kompak menetapkan harga sewa perahu ini, karena kami sudah tidak bisa menawar lagi. Semula kami mau berbagi perahu dengan rombongan lain, tapi saat celingak-celinguk tidak ada nemu rombongan lain yang akan menyeberang, ya sudah, daripada kesiangan akhirnya kita jalan sendiri saja. Pengunjung juga bisa mengelilingi pulau menggunakan perahu, tarifnya 250.000. Biasanya perahu akan memutari Pulau Sempu dan pengunjung bisa singgah di sisi lain Pulau Sempu yakni Pantai Waru-Waru yang menghadap Laut Jawa.

Senang sekali rasanya naik perahu menuju Sempu, pemandangan indah laut lepas dari perahu mengawali perjalanan seru di Pulau Sempu.. Sekitar 10 menit kemudian, kami tiba di pantai yang dipenuhi pohon bakau, kami turun dari perahu dan mulai berjalan mengikuti jalan setapak, sebelumnya kami mencatat nomor HP pemilik perahu, agar bisa dihubungi saat kami pulang nanti untuk dijemput. Gaya ya, hare gene mah di tengah hutan ada sinyal bo' =p.

Tujuan kami adalah Segara Anakan yang berada di ujung lain Pulau Sempu, sisi yang menghadap Samudera Hindia. Jarak dari bibir pantai Sempu ini ke Segara Anakan sekitar 4 km dan dalam kondisi jalan kering dan cuaca bersahabat bisa dilalui 1 jam dengan berjalan kaki.

Ada satu rombongan lagi yang datang tidak lama setelah kami turun dari perahu, kami sempat kenalan tapi mereka sepertinya sudah pro, dan mulai tracking tanpa basa-basi. Tadinya kami berharap mereka mau menjadi teman perjalanan kami, tapi ya sudahlah...akhirnya kami dengan PD menantang alam sebagai amatiran....dan...jeng jeng jeng....ternyata karena hujan deras malam sebelumnya, apa yang dinasehatkan polhut benar adanya, semakin ke dalam jalan semakin becek dan penuh dengan lumpur. Cuaca saat itu sebenarnya cukup terik, namun karena rimbunan pohon-pohon tinggi sehingga tanah di bawahnya masih basah. Sungguh sangat berat perjalanan kami, berjalan menggunakan sandal jepit pun percuma, pasti sering nyangkut di jalan berlumpur yang lengket, jadinya kami tenteng saja sandal jepitnya. Tracking menuju Segara Anakan yang kami lalui diwarnai dengan jatuh bangun dengan berbagai gaya dan posisi, heuheu.... dan jangan coba-coba memakai baju warna putih, pasti nanti berubah jadi coklat.


Baru mulai tracking, masih bisa pakai sandal =p
Foto (c) Hanny Musytika, 2009

Beberapa kali kami berpapasan dengan rombongan yang berlawanan arah, kebanyakan mereka hendak pulang setelah bermalam di Segara Anakan. Tiap bertemu rombongan kami selalu bertanya “masih jauh ga?” dan kebanyakan menjawab “sudah dekat mba, sebentar lagi”, tapi kok tidak sampai-sampai ya??? Kami juga sempat disusul oleh rombongan-rombongan lain. Kebanyakan anak-anak muda yang kelihatan sudah sering tracking tapi ada beberapa rombongan keluarga yang pesertanya ada yang masih anak-anak. Agak malu sih kalah sama anak-anak kecil, tapi alon-alon asal kelakon lah =D

Ketika sudah jalan selama 2,5 jam, terdengarlah bunyi ombak dan semburat kebiruan di tengah hijaunya dedaunan, rasanya sueneeeeng...wes bosen mlaku & tibo aku kiiii...! Lucunya, saat kami baru tiba di Segara Anakan, kami berpapasan dengan rombongan yang kami temui saat baru turun kapal tadi. Mereka heran dan bertanya “kemana aja mba kok baru sampai?”....aiiiih, capee deh.

Kaki yang sudah mati rasa dan badan pegel tiba-tiba tidak terasa, Segara Anakan ini bagus banget!! A place that you hope you could see everyday, so refreshing and beautiful....!! Segara Anakan ini seperti laguna yang dikelilingi batu karang tinggi yang membatasinya dengan laut selatan atau Samudera Hindia yang bergelombang besar sehingga tempat ini sungguh menyenangkan. Kita bisa berenang di lautan Hindia yang tenang ^_^.

Meskipun ada beberapa sampah berserakan di sisi pantai karena pengunjung tidak tahu diri, tapi bisa dibilang tempat ini masih lumayan perawan. Beberapa pengunjung ada yang mendirikan tenda, ada yang berenang, ada yang sedang sesi pemotretan (dari pertama saya datang sampai pulang tidak selesai-selesai foto-foto-annya). Kami pun langsung membasuh kaki dan merasakan dinginnya air laut. Sedikit-sedikit menyeburkan diri, namun tidak berenang sampai ke tengah. Pasir di sini pun menurut saya berbeda dengan pasir di Sendang Biru, warnanya kekuningan dengan butiran lebih besar tapi terasa halus dan sangat nyaman untuk dijejak.



Segara Anakan
Foto (c) Hanny Musytika, 2009

Selain Segara Anakan, sebenarnya ada lagi satu spot yang sering dikunjungi orang yaitu Telaga Lele. Tempat itu adalah sumber air tawar dan penduduk sekitar sering kesana untuk memancing. Karena keterbatasan waktu kami tidak sempat ke Telaga Lele.

Tidak sampai dua jam kami di Segara Anakan. Jam 4 sore kami pun mulai beranjak dari Segara Anakan untuk kembali ke Sendang Biru.

Perjalanan pulang menuju tepi Pulau Sempu untuk kembali ke pantai Sendang Biru cukup ditempuh dengan waktu 2 jam saja =D (lumayan lah bagi kami), itu juga karena terbantu oleh rombongan anak-anak SMA yang juga dalam perjalanan pulang dan banyak menolong kami sepanjang perjalanan. Mungkin mereka kasihan melihat penampakan kami yang sudah tidak karuan dan terlihat sekali jarang berkunjung ke hutan, hehehe.

Mereka menuntun kami jika medan jalan setapak yang dilalui cukup sulit, memberikan tangan saat kami terjatuh, menunggu kami yang lelet dan banyak berhenti untuk minum atau melemaskan kaki, dan menemani kami dengan obrolan-obrolan ringan sepanjang perjalanan. Tapi dasar anak SMA, mereka sempat juga mengolok-olok kami dalam bahasa Jawa, tapi kemudian mereka malu dan minta maaf saat tahu kami semua meski dari Jakarta tapi keturunan Jawa semua dan mengerti yang mereka omongin, hahahahaha, tapi tak apalah, toh mereka cuma bercanda.

Tiba di tepi Sempu sudah hampir Maghrib dan hujan rintik-rintik mulai turun. Kami sudah ditunggu oleh perahu kami. Namun karena air surut maka kami harus jalan cukup jauh menuju perahu, masalahnya untuk mendekati perahu itu kami harus melintasi karang-karang tajam, kalau terpeleset....perih.... Tadinya pak perahu kami mau menunggu rombongan lain, tapi karena hari sudah gelap kami memutuskan untuk pergi duluan. Toh perjalanan ke Sendang Biru tidak sampai 15 menit.

Kami kemudian berganti pakaian dan mandi di kamar mandi umum di Sendang Biru. Sekitar jam 7 malam kami meninggalkan Sendang Biru dan kembali ke kota Malang. Badan rasanya remuk, dan kaki terasa perih karena lecet atau tersayat-sayat akibat sepanjang jalan tadi tidak beralas kaki. Tapi hati senang karena tantangan ini bisa kami jalani dan ternyata sangat menyenangkan.

Saya tidak kapok untuk kembali ke Pulau Sempu, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat.

Rincian Biaya:
  • Rental mobil + supir = 275.000
  • Bensin = 100.000
  • Tiket masuk Pantai Sendang Biru = 10.000
  • Ijin masuk Pulau Sempu = 20.000
  • Perahu = 100.000
  • Total = 505.000 = 101.000/orang....cukup murah kan ^_^

+ + + + +
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sempu
http://www.petawisata.net/2005/05/pulau-sempu.html
http://terasrumah.multiply.com/photos/album/49/Bag_I_Sendang_Biru_Pulau_Sempu


Profil Kontributor
Hanny, teman saya, juga adalah seorang pecinta jalan-jalan. Kini bekerja di sebuah lembaga pemerintah sebagai pharmacist. Ini adalah salah satu ceritanya saat ia berlibur ke Malang dan berkesempatan untuk mengunjungi Segara Anakan di Pulau Sempu, Jawa Timur. Tulisan Hanny lainnya dapat dilihat di blog pribadinya : Hanny's Suka Suka.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting